tag:blogger.com,1999:blog-54261261276329473422024-02-20T02:05:33.081-08:00cerita dewasasahronihttp://www.blogger.com/profile/04363341387314395578noreply@blogger.comBlogger49125tag:blogger.com,1999:blog-5426126127632947342.post-52421495624172902762010-06-07T00:40:00.000-07:002010-06-07T00:40:02.783-07:00sahronihttp://www.blogger.com/profile/04363341387314395578noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5426126127632947342.post-35480660421289109122010-05-30T20:52:00.000-07:002010-05-30T20:53:19.142-07:00adikku pembobolkuNamaku Mona, umurku 24 tahun, aku sudah menikah dan mempunyai satu anak lelaki.. Berikut ini aku ingin berbagi pengalaman tentang hubunganku dengan adik kandungku sendiri.<br /><br />Kejadian ini terjadi dua tahun yang lalu ketika aku berusia 22 tahun dan adikku berusia 18 tahun.<br /><br />Kami adalah 3 bersaudara, kakakku Diana telah menikah dan ikut suaminya, sedangkan aku dan adikku tinggal bersama orang tua kami. Aku sendiri berperawakan sedang, tinggiku 160cm berat badan 52kg, orang bilang aku montok, terutama pada bagian pinggul/pantat. Payudaraku termasuk rata2 34 saja. Kulitku yang putih selalu menjadi perhatian orang2 bila sedang berjalan keluar rumah.<br /><br />Aku mempunyai seorang pacar berusia 2 tahun diatasku, dia adalah kakak kelas kuliahku. Aku dan pacarku berpacaran sudah 2 tahun lebih, dan selama itu paling jauh kami hanya melakukan petting, sailng raba, saling cium dan saling hisap…..<br /><br />Pacarku sangat ingin menerobos vaginaku jika saat petting, tapi aku sendiri tidak ingin hal itu terjadi sebelum kami menikah, jadi aku mengeluarkan air maninya dengan cara swalayan, yaitu mengocok kontolnya. Aku juga kerap dipaksa menghisap kontol pacarku yang mana sebenernya aku agak jijik melakukannya.<br /><br />Keseringan petting dengan pacarku membuatku menjadi haus akan belaian lelaki dan selalu iingin disentuh, sehari saja tidak dibelai rasanya tersiksa sekali... entah kenapa aku jadi ketagihan... Sampai akhirnya kau sendiri melakukannya dengan tanganku sendiri dikamarku sendiri. Sering aku meraba-raba payudaraku sendiri dan mengusap-usap memeku sendiri sampai aku orgasme.<br /><br />Inilah kesalahan ku, aku tidak menyadari kalau selama ini adikku John sering mengintip aku... ini aku ketahui setelah dia mengakuinya saat berhasil membobol keperawananku, kakaknya sendiri.<br /><br />Awal mulanya, ketika itu aku, mamaku dan adikku John pergi ke supermarket 500m dekat rumah. Karena belanjaan kami banyak maka kami memutuskan untuk naik becak. Saat itu aku memakai celana panjang ketat setengah lutut, dan karena kami hanya naik satu becak, aku memutuskan untuk di pangku adikku, sedangkan mamaku memangku belanjaan. Diperjalanan yang hanya 500m itu, ketika aku duduk di pangkuan adikku, aku merasakan sesuatu bergerak-gerak dipantatku, aku sadar bahwa itu kontol adikku, keras sekali dan berada di belahan pantatku. Aku membiarkannya, karena memang tidak ada yang bisa kulakukan. Bahkan ketika di jalan yang jelek, semakin terasa ganjalan dipantatku. Karena aku juga sangat rindu belaian pacarku yang sudah 3 hari tidak ke rumah, diam diam aku menikmatinya.<br /><br />Sejak kejadian itu, aku sering melihat dia memperhatikan tubuhku, agak risi aku diperhatikan adikku sendiri, tapi aku berusaha bersikap biasa.<br /><br />Suatu hari, aku dan pacarku melakukan petting di kamarku... Aku sangat terangsang sekali... dia meraba dan membelai-belai tubuhku. Sampai akhirnya pacarku memaksakku membuka celana dalamku dan memaksaku untuk mengijinkannya memasukkan kontolnya ke memekku. Tentu saja aku keberatan, walaupun aku sangat terangsang tapi aku berusaha untuk mempertahankan keperawananku. Dalam ketelajanganku aku memohon padanya untuk tidak melakukannya. Dan anehnya aku malah berteriak minta tolong. Hal ini di dengar oleh adikku John, dia langsung menerobos kamarku dan mengusirnya, saat itu juga pacarku ketakutan, karena memang badan adikku jauh lebih besar. Aku lansung menutupi tubuhku yang telanjang dan aku yakin adikku melihat ketelajanganku. Dan pacarku sendiri langsung memakai pakaiannya dan pamit pulang.<br /><br />Sejak itu, pacarku jadi jarang ke rumah. Dari selentingan teman-teman ku, pacarku katanya mempunyai teman cewe lain yang sering jalan dengannya. Tentu saja aku sedih mendengarnya, tapi aku juga merasa beruntung tidak ternodai olehnya.<br /><br />Suatu malam aku berbincang-bincang dengan adikku, aku berterima kasih padanya karena dia telah menggagalkan pacarku menodaiku. Aku kaget ketika adikku ngomong bahwa, aku ngga bisa menyalahkan pacarku karena memang bodyku sexy sekali dan setiap laki-laki pasti ingin merasakan tubuhku. Ketika kutanya, jika setiap lelaki, apakah adikku juga ingin merasakan tubuhku juga... dia menjawab:<br /><br />"Kalau kakak bukan kakakku, ya aku juga pengen, aku kan juga lelaki" aku sangat kaget mendengar jawabannya tapi aku berusaha itu adalah pernyataan biasa, aku langsung aja tembak, "emang adik pernah nyobain cewe?" dia bilang "ya, belum kak".... itulah percakapan awal bencana itu.<br /><br />Malam harinya aku membayangkan bercinta dengan pacarku, kau merindukan belaiannya... lalu aku mulai meraba-raba tubuhku sendiri... tapi aku tetap tidak bisa mencapai apa yang aku inginkan... sekilas aku membayangkan adikku... lalu aku memutuskan untuk mengintip ke kamarnya... Malam itu aku mengendap-endap dan perlahan-lahan nak keatas kursi dan dari lubang angin aku mengintip adikku sendiri, aku sangat kaget sekali ketika melihat adikku dalam keadaan tak memakai celana dan sedang memegan alat vitalnya sendiri, dia melakukan onani, aku terkesima melihat ukuran kontolnya, hampir 2 kali pacarku, gila kupikir, kok bisa yah sebesar itu punya adikku... Dan yang lebih kaget, di puncak orgasmenya dia meneriakkan namaku... Saat itu perasaanku bercampur baur antar nafsu dan marah... aku langsung balik kekamarku dan membayangkan apa yang baru saja aku saksikan.<br /><br />Pagi harinya, libidoku sangat tinggi sekali, ingin dipuaskan adikku tidak mungkin, maka aku memutuskan untuk mendatangi pacarku. Pagi itu aku langsung kerumah pacarku dan kulihat dia sangat senang aku dating… ditariknya aku ke kamarnya dan kami langsung bercumbu... saling cium saling hisap dan perlahan-lahan baju kami lepas satu demi satu sampai ......akhirnya kami telanjang bulat. Gilanya begitu aku melihat kontolnya, aku terbayang kontol adikku yang jauh lebih besar darinya... sepert biasa dia menyuruhku menghisap kontolnya, dengan terpaksa aku melakukannya, dia merintih-rintih keenakkan dan mungkin karena hampir orgasme dia menarik kepalaku.<br />"Jangan diterusin, aku bisa keluar katanya" lalu dia mula menindihi ku dan dari nafasnya yang memburu kontolnya mencari-cari lubang memekku... begitu unjung kontolnya nempel dan baru setengah kepalanya masuk, aku kaget karena dia sudah langsung orgasme, air maninya belepotan diatas memekku...<br />"Ohhhhh..." katanya.<br /><br />Dia memelukku dan minta maaf karena gagal melakukan penetrasi ke memekku. Tentu saja aku sangat kecewa, karena libidoku masih sangat tinggi.<br />"Puaskan aku dong... aku kan belum..." rengekku tanpa malu-malu. Tapi jawabannya sangat menyakitkanku...<br />"Maaf, aku harus buru-buru ada janji dengan sisca" katanya tanpa ada rasa ngga enak sedikitpun. Aku menyembunyikan kedongkolanku dan buru-buru berpakaian dan kami berpisah ketika keluar dari rumahnya.<br /><br />Diperjalanan pulang aku sangat kesal dan timbul kenginanku untuk menyeleweng, apalagi selama diperjalanan banyak sekali lelaki yang mengodaku dar tukang becak, kuli bangunan sampai setiap orang di bis.<br /><br />Begitu sampai rumah aku memergoki adikku yang akan pergi ke sport club, dia mengajakku untuk ikut dan aku langsung menyanguppinya karena memang aku juga ingin melepaskan libidoku dengan cara berolah raga.<br /><br />Di tempat sport club, kam berolah raga dari senam sampai berenang dan puncaknya kami mandi sauna. Karena sport club tersebut sangat sepi, maka aku minta adikku satu kamar denganku saat sauna. Saat didalam adikku bilang "kak, baju renangnya ganti tuh, kan kalau tertutup gitu keringatnya ngga keluar, percuma sauna"<br /><br />"Abis pake apa" timpalku, "aku ngga punya baju lagi"<br /><br />"Pake celana dalem sam BH aja kak, supaya pori-porinya kebuka" katanya<br /><br />Pikirku, bener juga apa katanya, aku langsung keluar dan menganti baju renangku dengan BH dan celana dalam, sialnya aku memakai celana dalam G-string putih sehabis dari rumah pacarku tadi... Tapi "ah, cuek aja.. toh adikku pernah liat aku telanjang juga".<br /><br />Begitu aku masuk, adikku terkesima dengan penampilanku yang sangat berani... kulihat dia berkali-kali menelan ludah, aku pura-pura acuh dan langsung duduk dan menikmati panasnya sauna. Keringat mencucur dari tubuhku, dan hal itu membuat segalanya tercetak didalam BH dan celana dalamku... adikku terus memandang tubuhku dan ketka kulihat kontolnya, aku sangat kaget, dan mengingatkanku ke hal semalam ketika adikku onani dan yang membuat libidoku malah memuncak adalah kepala kontolnya muncul diatas celana renangnya.<br /><br />Aku berusaha untuk tidak melihat, tapi mataku selau melirik ke bagian itu, dan nafasku semakin memburu dan kulihat adikku melihat kegelisahanku. Aku juga membayangkan kejadian tadi pagi bersama pacarku, aku kecewa dan ingin pelampiasan.<br /><br />Dalam kediaman itu aku tidak mampu untuk bertahan lagi dan aku memulainya dengan berkata:<br /><br />"Ngga kesempitan tuh celana, sampe nongol gitu"<br /><br />"Ia nih, si otong ngga bisa diajak kompromi kalo liat cewe bahenol" katanya<br /><br />"Kasian amat tuh, kejepit. Buka aja dari pada kecekik" kataku lebih berani<br /><br />"Iya yah..." katanya sambil berdiri dan membuka celananya...<br /><br />Aku sangat berdebar-debar dan berkali-kali menggigit bibirku melihat batang kemaluan adikku yang begitu besar.<br /><br />Tiba-tiba adikku mematikan mesin saunanya dan kembali ke tempatnya.<br /><br />"Kenapa dimatiin" kataku<br /><br />"Udah cukup panas kak" katanya<br /><br />Memang saat juga aku merasa sudah cukup panas, dan dia kembali duduk, kami saling memandang tubuh masing-masing. Tiba-tiba cairan di memekku meleleh dan gatal menyelimuti dinding memekku, apalagi melihat kontol adikku.<br /><br />Akal warasku datang dan aku langsung berdiri dan hendak keluar, tapi adikku malah mencegahku "nanti kak".<br /><br />"Kan udah saunanya " timpalku, aku sangat kaget dia berada tepat di depanku dengan kontol mengacung ke arahku, antara takut dan ingin.<br /><br />"Kakak udah pernah gituan belum kak" kata adikku<br /><br />"Belum" kataku, "emang kamu udah..?" lanjutku<br /><br />"Belum juga kak, tapi pengen nyoba" katanya<br /><br />"Nyoba gimana???? Nantikan juga ada saatnya" kataku berbalik kearah pintu dan sialnya kunci lokerku jatuh, ketika aku memungutnya, otomatis aku menunggingi adikku dan buah pantatku yang besar menempel di kontolnya.<br /><br />Gilanya aku malah tetap diposisi itu dan menengok ke arah adikku. Dan tak kusangka adikku memegang pinggulku dan menempelkan kontolnya dibelahan pantatku yang hanya tertutup G-string.<br /><br />"Oh kak.... bahenol sekali, aku pengen nyobain kak" katanya dengan nafas memburu.<br /><br />"Aw... dik ngapain kamu" timpalku tanpa berusaha merubah posisiku, karena memang aku juga menginginkannya.<br /><br />"Pengen ngentot kakak" katanya kasar sambil menekan batangnya kepantatku.<br /><br />Aku menarik pantatku dan berdiri membelakanginya, "Aku kan kakakm John, inget dong"<br /><br />Adikku tetap memegang pinggulku "tolong kak.. asal nempel aja.. nga usah dimasukkin, aku ...<br />...ngga tahan banget"<br /><br />"Tolong kak," katanya memelas. Aku di suruh nagpain juga mau kak, asal bisa nempelin aja ke memek kakak".<br /><br />Pikiranku buntu, aku juga punya libido yang tak tertuntaskan tadi pagi.. dan membayangkan pacarku menunggangi sisca, libidoku tambah naik..<br />"Persetan dengan pacar brengsek" batinku.<br /><br />"Jangan disini" pintaku.<br /><br />"Sebentar aja kak, asal nempel aja 1 menit" katanya meremas pinggulku.<br /><br />"Kakak belum siap" kataku.<br /><br />"Kakak nungging aja, nanti aku panasin" katanya.<br /><br />Bagai terhipnotis aku menuruti apa katanya, sambil memegang grendel pintu, aku menungginginya dan dengam pelan-pelan dia membuka G-stringku dan melemparkannya. Dan dia jongkok di belakangku dan gilanya dia menjulurkan lidahnya menjilat memeku dari belakang...<br /><br />"Oh... ngapain kamu dik..." kataku tanpa melarangnya.<br /><br />Dia terus menjulurkan lidah dan menjilati memekku dari belakang.. ohhhh... gila pikirku... enak banget, pacarku saja ngga mau ngejilatin memekku, adikku sendiri dengan rakus menjilati memekku<br /><br />"Gila kamu dik, enak banget, belajar dimana" rintihku... Tanpa menjawab dia terus menjilati memekku dan meremas remas bokongku sampai akhirnya lama-lama memekku basah sekali dan bagian dalam memekku gatal sekali...<br /><br />Tiba-tiba dia berdiri dan memegang pinggulku..<br />"Udah panas kak" katanya mengarahkan kontolnya kepantatku dan memukul-mukul kepala kontolnya kepantatku….<br /><br />"udah...." kataku sambil terus menungging dan menoleh ke arah adikku...<br /><br />"Jangan bilang siapa-siapa yah dik" kataku.<br /><br />Adikku berusaha mencari lubang memekku dengan kepala kontolnya yang besar... dia kesulitan...<br /><br />"Mana lubangnya kak.." katanya.<br /><br />Tanpa sadar aku menjulurkan tangan kananku dan menggengam kontolnya dan menuntun ke mulut goaku...<br /><br />"Ini dik" kataku begitu tepat di depannya, "gesek-gesek aja yah dik".<br /><br />"Masukin dikit aja kak" katanya menekan kontolnya.<br /><br />"aw... dik, gede banget sih" kataku, "pelan-pelan....".<br /><br />Begitu kepala kontolnya membuka jalan masuk ke memekku, adikku pelan-pelan menekannya.. dan mengeluarkannya lagi sedikit sedikit... tapi tidak sampai lepas... terus ia lakukan sampai membuat aku gemas....<br /><br />"Oh.. dik.... enak.... dik.... udah yah..." kataku pura-pura.....<br /><br />"Belum kak.... baru kepalanya udah enak yah...."<br /><br />"Memang bisa lebih enak...???" kataku menantang.<br /><br />Dan.... langsung menarik pinggulku sehingga batang kontolnya yang besar amblas ditelan memekku"<br /><br />Aku merasakan perih luar biasa dan "aw.... sakit dik..." teriakku.<br /><br />Adikku menahan batangnya didalam memekku ....<br />"Oh...kak...nikmat banget....." dan secara perlahan dia menariknya keluar dan memasukannya lagi, sungguh sensasi luar biasa. Aku merasakan nikmat yang teramat sangat, begitu juga adikku...<br /><br />"Oh, kak... nikmat banget memekmu.." katanya.<br /><br />"Ssssshhhh... ia dik... enak banget" kataku.<br /><br />Lima belas menit dia mengenjotku, sampai akhirnya aku merasakan orgasme yang sangat panjang dan nikmat disusul erangan adkku sambil menggengam pinggulku agar penetrasinya maksimum.<br /><br />"Oh.. kak.. aku keluar.. nikmat banget..." katanya<br /><br />Sejenak dia memelukku dari belakang, dan mulai mencabut kontolnya di memekku...<br /><br />"Ma kasih kak" katanya tanpa dosa dan memakaikan celanaku lagi. Aku bingung bercampur menyesal dan ingin menangis. Akulangsung keluar dan membersihkan diri sambil menyesali diri.. "kenapa adikku????"<br /><br />Dalam perjalanan pulang adikku berulang-ulang minta maaf atas perbuatannya di ruangan sauna... Aku hanya bisa berdiam merenungi diriku yang sudah tidak perawan lagi...<br /><br />Kejadian itu adalah awal petualangan aku dan adikku, Karena dua hari setelah itu kembali kami besetubuh, bahkan lebih gila lagi.. kami bisa melakukannya sehari 3 sampai 5 kali sehari semalam.<br /><br />Satahun sudah aku di tunggangi adikku sendiri sampai ada seorang kaya, kenalan bapakku melamarku, dan kami menikah. Untungnya suamiku tidak mempermasalahkan keperawananku.<br /><br />Akhirnya aku di karunia seorang anak dari suamiku, bukan dari adikku.. karena aku selalu menjaga jangan sampai hamil bila bersetubuh dengan adikku.<br /><br />Sampai sekarang aku tidak bisa menghentikan perbuatanku dengan adikku, yang pertama adikku selalu meminta jatah, dilain pihak aku juga sangat ketagihan permainan sex nya.<br /><br />Demikian kisah nyataku dengan adikku.<br /><br />TAMATsahronihttp://www.blogger.com/profile/04363341387314395578noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5426126127632947342.post-87680646083625308692010-03-19T18:50:00.000-07:002010-03-19T19:01:44.401-07:00AstridNamanya Astrid Anindita, dia adalah seorang wartawan yang bekerja di sebuah surat kabar ibu kota. Umurnya baru 25 tahun. Sangat disayangkan sebetulnya kalau Astrid bekerja sebagai wartawan. Astrid memiliki wajah yang sangat cantik, banyak yang membandingkannya dengan Siti Nurhaliza, penyanyi dari Malaysia yang memang jelita itu, kulitnyapun putih mulus dengan bodi aduhai. Tingginya mungkin mencapai 170 cm dan bobotnya ideal. Tubuhnya juga ramping berisi. Payudaranya yang kencang sekitar 36B sering sekali menjadi pusat perhatian teman-teman prianya. Daya tarik Astrid yang paling besar adalah rambutnya yang panjang dan hitam legam berkilau, mungkin kalau jadi bintang iklan shampopun Astrid tidak terlalu mengecewakan. <br />Bos Astrid bernama Pak Bob, pria tua yang gendut dan mata keranjang. Wajahnya bulat dengan leher pendek, tidak pernah muat memakai baju model apapun. Berkumis lebat dan tidak teratur dengan sedikit jenggot yang sudah mulai memutih. Orangnya galak bukan main. Kalau marah suaranya bisa menggentarkan seisi ruangan. Dua kali Pak Bob menyatakan cinta pada Astrid, tapi Astrid menolaknya karena tahu bosnya sudah beristri bahkan punya anak yang hampir berumur 17 tahun. <br /><br />Belakangan ini Astrid sering mendapat teror dari orang tidak dikenal, ini terkait dengan pemberitaan yang diliputnya tentang tindak kriminal yang sering terjadi di ibu kota. Hal itu membuat teman-temannya cemas akan keselamatannya. Tapi Astrid hanya menanggapinya dengan ucapan ‘tenang aja, gue nggak apa-apa’. Padahal teror itu sering mampir ke padanya, lewat telepon maupun surat kaleng yang isinya benar-benar jorok dan melecehkan. Rata-rata surat kaleng yang ditujukan kepada Astrid berisi foto wanita cantik telanjang yang sedang disetubuhi, dengan tulisan “Gue bakal perkosa elo” <br />Malam itu sekitar pukul 23.00 terlihat Astrid terlihat keluar dari kantornya setelah kerja lembur. Pikirannya masih menyangkut pada naskah yang sudah hampir deadline. Dia berjalan dengan langkah lambat dan pandangan menunduk. Astrid berjalan menyusuri tempat parkir, mencari-cari tempat mobilnya diparkir. Mobil itu pemberian orang tuanya sesaat setelah dia lulus dan diterima bekerja. <br />Dengan gerakan pelan Astrid membuka pintu mobilnya lalu mobil itu meluncur manuju ke jalan raya yang lengang. Satu dua mobil yang berlari kencang mendahuluinya dengan kilatan lampu seperti mendesing. Mobil Astrid tidak terpengaruh oleh mobil lain yang seolah memprovokasinya. Dia tetap melaju dengan konstan. Tapi ketika membelok ke sebuah jalan kecil yang sangat sepi Astrid merasakan gerakan mobilnya oleng ke kiri dengan suara gradak-gruduk dari arah depan dan terdengar suara gesekan keras seperti suara benda logam menggesek aspal jalan. <br />Astrid segera turun dari mobilnya lalu memeriksa bagian depan. Dilihatnya ban depan sebelah kiri kempes total. <br />“Damn..” Astrid mengutuk pendek. “Kenapa musti bocor? Dan kenapa musti di sini?” pikirnya, perasaaan gelisah mulai merayapi punggungnya. Dan dalam kegelisahan itulah tiba-tiba muncul sesosok bayangan dari balik kegelapan, Astrid hanya sempat melihatnya sekilas karena sesaat bayangan yang jelas-jelas manusia itu memukul tengkuknya membuat kepalanya pusing. Pandangan Astrid yang mengabur sempat melihat wajah dari sosok bayangan itu, tapi sedetik kemudian satu kepalan besar negarah ke dagunya membuatnya terlempar dan jatuh terkapar. Kemudian dunia menjadi gelap baginya. <br />Keatika tersadar Astrid menemukan dirinya berada dalam sebuah ruangan yang pengap. Dan dia sangat terkejut ketika mengetahui dirinya dalam keadaan terikat pada sebuah tiang besar. Dia mencoba meronta tapi ikatan yang membelit tangan dan kakinya begitu kuat. Dalam kebingungan dia mencoba melihat ke sekeliling ruangan. Ruangan itu seperti bagian dari sebuah rumah semi permanen dengan dinding separo tembok dan separo kayu papan, diterangi oleh lampu listrik bertenaga batere ukuran besar di atasnya. Ukuran ruangan itu cukup besar tapi terkesan sempit oleh tumpukan barang, Astrid melihat ada sebuah lemari bobrok tanpa pintu di sebelah kirinya dan sebuah meja kayu usang dan bocel-bocel berwarna cokelat plitur pudar di dekatnya serta sebuah sofa usang berwarna merah marun yang sudah rusak. Ada sebuah ranjang ukuran besar di depannya yang – anehnya - dibuat sangat rapi dan bersih, kontras dengan suasana si sekitarnya. Ranjang itu terlihat bagus dan nyaman dengan kain bed cover berwarna putih.<br />Astrid terlonjak ketika pintu kayu yang ada di samping kanannya berderit dan terbuka. Astrid langsung terkesiap pucat. Dua orang pria berwajah sangar masuk ke ruangan itu dan menutup pintunya. <br />“Kamu...” Astrid menjerit tertahan. Dia kenal dua orang itu. Dua orang itu adalah penjahat kambuhan yang sering keluar masuk penjara, kebetulan kasus terakhirnya terungkap berkat investigasi Astrid. Kasus perampokan disertai perkosaan yang menimpa seorang gadis foto model berusia 19 tahun. Yang satu sering disapa Jack meski nama aslinya Joko. Orangnya beringas, wajahnya ditumbuhi kumis dan janggut yang tidak rapi, rambutnya gondrong dan awut-awutan. Badannya penuh tato, tinggi besar dan menyeramkan. Memakai kaus buntung dan celana jeans robek-robek. Yang satunya sering disapa dengan sebutan Jon, Astrid tidak tahu nama aslinya, orangnya bertampang .....tolol dan menjengkelkan dengan senyum-senyum mirip orang gila, wajahnya hitam dengan bekas luka dijahit melintang di pipinya, kumis dan janggutnya juga jarang-jarang, badannya lebih kecil dari Jack, bahkan lebih pendek dari Astrid, tapi berotot dan bertato. Astrid melihat ada tato naga hijau yang melilit lengan kirinya sampai ke batas siku. <br />“Hallo Nona manis.. masih ingat gue kan?” Jack membuka suara. Suaranya terdengar berat dan kasar. <br />“Apa-apaan ini?” Astrid memberontak. “Lepasin saya!” Lepasin!” <br />“Tsk.. tsk..” Jack menggeleng. “Masih saja galak dan sombong ya..” dia mendekati Astrid, lalu dengan gerakan lembut dia membelai pipi Astrid yang mulus. Astrid langsung melengos ketakutan. <br />“Jangan .. Jangan Bang..” Astrid merintih ketakutan, dari sudut matanya mulai menetes air mata. “Ambil saja uang saya, tapi jangan sakiti saya..” <br />“Jangan sakiti? Jangan sakiti katanya..” Jack tertawa keras, Jon di belakangnya ikut tertawa dengan suara sember. “Enak saja elo bilang jangan sakiti.. Karena berita yang elo buat kami berdua masuk penjara. Memang enak dipenjara?” <br />“Tapi.. Tapi.. itu karena..” Ucapan Astrid putus oleh bunyi Plak keras. Jack menampar pipinya, meninggalkan bekas kemerahan di pipi yang putih mulus itu. Astrid merasa kepalanya berputar, bintang-bintang seperti terhambur di depan matanya. Tapi itu belum cukup, Jack kembali membenamkan tinjunya ke perut Astrid, Astrid terhenyak kasakitan. Perutnya seperti pecah. Air mata mengalir dari sudut matanya karena manahan sakit. <br />“Hehehehe.. itu tadi baru icip-icip..” kata Jack santai seolah tidak terjadi apa-apa. “Kalau elo tidak mau gue siksa elo harus nurutin apa mau gue. Ngerti?” Jack menjambak rambut Astrid dan menyentakkannya sehingga wajah Astrid menengadah, tepat berhadapan dengan wajahnya yang sangar. “Atau kalau tidak..” Jack mengeluarkan sebilah pisau komando besar dari bagian belakang tubuhnya. Pisau berwarna putih berkilau itu ditempelkannya ke wajah Astrid. Darah Astrid seakan berhenti melihat pisau itu menelusuri wajahnya. <br />“Gimana Nona cantik?” Jack bertanya. Astrid memejamkan mata menghindari tatapan Jack yang liar. Perlahan dia mengangguk. Jack langsung tertawa berderai sampai badannya terguncang-guncang. Dia mau, dia mau katanya sambil menoleh ke arah Jon yang juga tertawa. Dia lalu memerintahkan Jon melepaskan ikatan di kaki dan tangan Astrid. Astrid langsung terpuruk ke lantai yang dingin. Sekilas dilihatnya Jack mengambil sesuatu. Astrid tidak tahu apa itu, dia sudah tidak mampu berpikir lagi karena katakutan. Tiba-tiba Jon mencengkeram tangannya dan menyentaknya membuat Astrid terpaksa berdiri. Jack mendekat dan memberikan secarik kertas pada Astrid. <br />“Baca ini dengan baik!” perintahnya sambil menyodorkan kertas itu ke wajah Astrid. Astrid membacanya sekilas, tulisannya besar berwarna merah. <br />“Tidak.. jangan..” Astrid ketakutan dan meronta seperti melihat sesuatu yang mengerikan di kertas itu. Tapi Jack segera mengacungkan pisaunya membuat Astrid terdiam meskipun masih saja menangis sesenggukan. <br />“Baca yang baik, jangan pakai menangis soalnya ini mau direkam..” <br />Ucapan Jack membuat Astrid tersentak seperti disambar gledek, wajahnya memucat dan makin memelaskan, dia menggeleng-geleng pertanda tidak mau. Dia sekarang tahu apa yang ada di tangan Jack, sebuah handycam. <br />“Ayo kita mulai..” Jack mulai menyalakan handycamnya dan merekam ke arah Astrid. Dia memberi tanda ke arah Astrid yang sedang menghapus air matanya. Astrid berusaha tersenyum di kamera, lalu. <br />“Hai, nama saya Astrid, saya adalah bintang film bokep, dan saya paling suka disetubuhi. Ini adalah film saya yang terbaru.” <br />Astrid berujar datar dengan perasaan tidak karuan, berusaha untuk sewajar mungkin meskipun perasaannya hancur bukan main. Inilah yang rupanya direncanakan oleh kedua penjahat yang menculiknya. Astrid merasa hidupnya sudah berakhir. Sebentar lagi dirinya akan diperkosa oleh dua penjahat yang brutal. <br />“Bagus.. bagus..” Jack berujar. “Sekarang buka bajunya..” perintahnya kalem tapi menusuk hati, seolah memerintahkan seorang pelacur murahan saja. Astrid dengan gemetar mulai menjamah .....bajunya, dilepaskannya kancing-kancing bajunya satu persatu, diiringi tegukan ludah kedua bajingan di hadapannya. Perlahan-lahan tubuh bagian atas Astrid tersingkap saat baju itu jatuh ke lantai. <br />“Uoohh.. muluss..” Jon berkomentar. Dia menatap liar ke tubuh putih itu. Terutama ke payudara Astrid yang mencuat indah dan hanya tertutup BH berenda warna putih. Payudara itu terlihat sangat kecang dan montok, ukurannya terlihat lebih besar ketimbang saat Astrid memakai baju. Sementara perut Astrid terlihat ramping dan padat dan sangat rata, Astrid memang termasuk hobi olah raga sehingga perutnya sangat kencang. <br />“Celananya juga.. celananya juga..” <br />Astrid mulai menangis lagi mendengar perintah itu. Dia mulai melepaskan sabuk di celana panjangnya lalu memelorotkan celana panjang itu. Sepasang paha putih berkilau langsung menjadi pemandangan yang sangat indah. Paha Astrid benar-benar proporsional, tidak terlalu besar, tapi juga tidak terlalu kecil, membulat membentuk pinggul yang sempurna berakhir pada pinggang yang ramping. Bagian selangkangannya membentuk sebuah gundukan yang masih tertutup celana dalam putih berenda-renda. <br />“Sekarang lepas itu BH dan celana dalam.” Perintah Jack datar. Astrid terkesiap pucat. Dia menggeleng takut. <br />“Jangan .. jangan telanjangi saya..” Astrid menghiba memohon memuat wajahnya semakin memelas tapi justru membuat Jack dan Jon tertawa senang. <br />“Buka!” Jack membentak. Astrid tidak punya pilihan lain, dengan gematar dia mulai meraih kait BH di bagian belakang punggungnya lalu perlahan BH itu merosot dari tempatnya, seketika sepasang payudara yang putih mulus mencuat telanjang di depan Jack dan Jon, payudara yang sangat indah, bulat padat dan kenyal dengan puting berwarna merah muda segar. Astrid secara reflek menutupi payudaranya dengan kedua lengannya. Tapi Jack segera melarangnya. <br />“Siapa yang suruh menutupi, ayo sekarang copot itu celana dalam.” <br />Astrid tidak mampu berbuat banyak, dia menurut dan memelorotkan celana dalamnya sendiri. Sekarang Astrid sudah bediri telanjang bulat di hadapan kedua penjahat itu, satu-satunya yang masih melekat di badannya Cuma kalung dan jam tangannya. Astrid berusaha sekuat tenaga menutupi bagian-bagian vital tubuhnya dengan kedua belah tangannya. <br />“Nah Astrid, Elo senang nggak waktu kami telanjangi?” tanya Jack sambil terus merekam Astrid yang berdiri bugil. <br />“Se.. senang Bang..” jawab Astrid terbata di sela tangisnya. <br />“Jangan panggil Bang, panggil Tuan, ngerti?”Jack berkata lagi. <br />“Nger.. ngerti Tuan..” kembali Astrid terbata menjawab. <br />“Nah, karena kamu suka kami telanjangi, sekarang kamu berdiri yang tegak, pentangkan kaki lebar-lebar, dan angkat tanganmu ke belakang kepala.” Jack memberi perintah jelas seperti seorang sutradara mengarahkan artisnya. “Ngerti?” <br />“I.. iya Tuan.. saya ngerti Tuan..” kata Astrid diiringi isakan tangis. Astrid lalu berpose seperti yang ddinginkan Jack, dibukanya kedua kakinya lebar-lebar lalu tangannya diangkat dibelakang kepala, pose tersebut membuat bagian selangkangannya terbuka lebar sehingga memperlihatkan vaginanya dengan jelas. Vagina Astrid yang masih perawan terlihat terawat dengan baik, ditumbuhi rambut-rambut halus dan rapi, Astrid selalu merawat bagian genitalnya dengan sangat cermat. Sementara dengan tangan di belakang kepala membuat payudaranya makin membusung dan mencuat menggemaskan. <br />“Oke.. ini dia pelacur kita.. “ Jack mengarahkan kameranya ke bagian payudara dan vagina Astrid yang telanjang berkali-kali. Astrid merasa harga dirinya sudah hancur sama sekali, dirinya bahkan disamakan dengan pelacur oleh Jack. Jack lalu mengarahkan kameranya ke wajah Astrid yang basah oleh air mata. <br />“Nah, sekarang karena kamu suka kami telanjangi, bolah nggak kami meraba tubuhmu?” tanya Jack kalem dengan nada ramah. <br />Astrid tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti permintaan itu. <br />“I.. iya Tuan, tentu saja boleh Tuan..” Astrid meneguk ludah. Dia melihat Jack meletakkan kameranya di meja tinggi sehingga Astrid yakin kamera itu bisa merekam seluruh tubuhnya. <br />“Sekarang kita mulai ya..” kata Jack, Astrid hanya mengangguk, dia merasakan sentuhan tangan Jack bergerilya di wajahnya. <br />“Uhh.. wajahmu mulus sekali Non..” Jack lalu mencium pipi Astrid, antara geli dan jijik Astrid memajamkan mata. Lalu Jack mulai menelusuri bibir Astrid yang merah dan mulai melumatnya dengan gerakan lembut. Astrid sampai megap-megap saat bibirnya bersentuhan dengan bibir Jack. Tapi Jack terus berusaha mendesakkan bibirnya mengulum bibir Astrid, lidahnyamencoba menerobos masuk ke mulut Astrid, sementara tangannya juga bergerilya meraba-raba dan meremas payudara Astrid. Astrid menggelinjang mendapat perlakuan itu. Sambil bibirnya terus mengulum bibir Astrid, tangan Jack juga memelintir-melintir puting payudara Astrid dengan gerakan kasar. Astrid meringis kesakitan tapi perlahan perlakuan Jack justru menimbulkan sensasi aneh dalam dirinya, tubuh Astrid menegang saat sensasi itu ...<br />..melandanya, tanpa sadar Astrid mulai mendesah. <br />“Hoi Jon.. ngapain lu bengong di situ?” Jack memanggil kawannya yang agak bego yang dari tadi cuma menonton sambil mengocok penisnya sendiri. “Sini, Pelacur ini nggak puas kalau berdua.” <br />Astrid makin menderita mendengar ucapan itu, kali ini dua orang yang mengerubutinya, mereka meraba-raba ke sekujur tubuhnya. Jon bahkan meremas-remas payudara kiri Astrid dengan kasar, sementara sebelah tangannya meraba dan meremas pantat Astrid yang sekal. <br />“Uohh.. Jack, Pentilnya dahsyat, pantatnya juga nih.. kayaknya enak nih kalo ditidurin,” kata Jon. Sementara Jack sedang asyik berkutat dengan payudara Astrid sebelah kanan. Dia menjilati dan menyentil puting payudara Astrid dengan lidahnya. <br />“Ohh.. baru tahu lu?” Jack tertawa di tengah usahanya menjilati payudara Astrid. Astrid hanya bisa merintih pasrah. Apalagi saat Jack mulai menggerayangi vaginanya. <br />“Ohh.. tempiknya bagus banget nih Jon..” Jack menggesek-gesekkan jarinya di bibir vagina Astrid, sementara Jon kali ini sibuk menciumi dan menjilati payudara Astrid sementara tangannya membelai-belai perut Astrid yang licin. <br />“Ohh..” Astrid menjerit kecil saat saat Jack mencoba memasukkan jari-jarinya ke vagina Astrid. <br />“Jangan Tuan..” Astrid merintih. “Saya masih perawan.. tolong jangan lakukan..” <br />“Masih perawan ya..? kebetulan..” kata Jack dingin, dia makin liar menggesekkan jarinya ke selangkangan Astrid bahkan dia juga meremas-remas gundukan vagina Astrid. Astrid merintih. Tubuhnya mengejang mendapat perlakuan itu. <br />“Hei Jack.. kayaknya lonte ini sudah mulai terangsang nih..tuh lihat dia mulai merintih, keenakan kali ye..?” ujar Jon diiringi tawa, Astrid makin sakit hati dilecehkan seperti itu, tapi memang dia tidak bisa mungkir kalau dirinya mulai terangsang oleh perlakuan kedua penjahat itu. <br />“Janganhh..ohh...” Astrid mulai meracau tidak karuan saat Jack mulai menjilati vaginanya. Astrid menjerit saat lidah Jack bermain di klitorisnya. Lidah Jack mencoba mendesak ke bagian dalam vagina Astrid sambil sesekali jari-jarinya juga ikut mengocok vagina itu. <br />“Ahkkhh.. ohh.. janganhh..” Astrid menggeliat. Semantara Jon kali ini berdiri di belakang Astrid sambil mendekap tubuhnya dan meremas-remas kedua payudara Astrid dengan gerakan liar. Sesekali puting payudara Astrid dipilin-pilin dengan ujung jarinya seperti orang sedang mencari gelombang radio. Astrid mengejang, sebuah sensasi aneh secara dahsyat mengusir akal sehatnya. Dia mendesah-desah dengan gerakan liar, hal ini membuat kedua penjahat itu terlihat makin bernafsu. <br />“Ayo terus Jack..sebentar lagi dia orgasme..” Jon berteriak-teriak kegirangan seperti anak kecil sambil terus menerus meremas payudara Astrid sementara Jack masih menelusupkan wajahnya ke selangkangan Astrid. Lidahnya terus menyapu bibir vagina Astrid dan sesekali menyentil klitorisnya. Astrid menjerit kecil setiap kali lidah Jack menyentuh klitorisnya, semantara tangannya juga bermain meremasi pantat Astrid. Tubuh Astrid sudah basah oleh keringat, sekuat tenaga dia menahan desakan sensasi liar di dalam tubuhnya yang makin lama makin kuat sampai membuat wajahnya merah padam. Tapi Astrid akhirnya menyerah, tubuhnya mengejang dahsyat dan tanpa sadar dia mendorongkan vaginanya sendiri ke wajah Jack dan menggerakkannya maju mundur dan bergerak liar menyentak-nyentak. Astrid tidak dapat menahan diri lagi. Tubuhnya menggeliat dan menegang. <br />“OOHHHKKHHHH.... AHHHH...” Astrid mengerang kuat-kuat seperti mengejan. Dan seketika itu pula “Crt... crt... crt...” cairan vaginanya muncrat keluar membasahi wajah Jack. Tanpa sadar Astrid mengalami orgasme untuk pertama kali, dan kemudian tubuhnya melemas lalu jatuh terpuruk, Jon menahan tubuh Astrid dengan kedua tangannya yang kekar. <br />“hahahahaha...” Jack tertawa. “Pelacur di mana-mana sama, bilang nggak tapi muncrat juga.” <br />“Iya nih.. dasar pelacur..” Jon menambahi. Dibiarkannya tubuh Astrid terpuruk di lantai. Astrid merasa sangat hina, ditelanjangi dan dilecehkan seperti seorang pelacur. Dia menangis sesenggukan. <br />“heheh.. lihat , dia menangis..” Jack kembali melontarkan penghinaan. “Oke Jon, sekarang rekam yang ini..” Jack mengangkat wajah Astrid yang bersimbah air mata. Jon mulai merekam adegan tersebut. <br />“Nah Nona, sekarang Nona gue minta untuk ngemutin kontol gue.. Nona mau nggak ngemut kontol gue?” ujar Jack ringan. Astrid terkesiap mendengar permintaan Jack. <br />“Jangan Tuan.. jangan..” Astrid menggeleng mencoba menolak. <br />“Mau menolak ya?” Jack mengacungkan pisaunya. Hal itu mambuat Astrid ...<br />...ketakutan setengah mati. <br />“Ti..tidak Tuan.. i.. iya Tuan.. saya mau ngemutin kontolnya tuan..” kata Astrid terbata-bata. <br />“Sekarang elo kesini.. merangkak, lalu memohon buat ngemutin gue punya kontol ya..” kata Jack dengan ringan. Astrid menunduk malu campur takut. Belum pernah sekalipun dalam hidupnya dia melakukan permainan seks model apapun dan sekarang dia dipaksa untuk melakukannya. Tidak punya pilihan, Astrid akhirnya menuruti perintah itu. Dia merangkak menuju ke arah Jack lalu menatap ke arah Jack dengan tatapan memelas. <br />“Tuan, boleh.. bolehkah saya ngemut kontolnya Tuan, plis Tuan.. ijinkan saya ngemut kontolnya Tuan, “ kata Astrid dengan cukup jelas. <br />“Coba ulangi dengan lebih mesra..” kata Jack. Wajah Astrid langsung merah padam mendengar ucapan itu, dipaksakannya untuk bicara. <br />“Tuan, boleh nggak saya ngemut kontolnya Tuan, plis.. ijinkan dong .. saya sudah enggak tahan.” Astrid berkata dengan senyum dipaksakan. <br />“Berapa gue harus bayar elo buat ngemut kontol gue?” Jack bertanya yang membuat Astrid kebingungan. <br />“Ehh... gratis Tuan.. Tuan nggak usah bayar.. saya sukarela kok,” kata Astrid akhirnya. <br />“Hehehehe.. gratis ya? Jadi elo sukarela ya? Bukan paksaan kan?” tanya Jack. <br />“Eh.. iya Tuan.. saya nggak terpaksa..” jawab Astrid pendek. <br />“Yah.. karena elo yang memaksa, buruan gih..” Jack membuka ritsletingnya sendiri, lalu Astrid menurunkan celana jeans butut itu, seketika penis Jack yang panjnag menonjol dari balik celana dalamnya yang kumal. Astrid dengan gerakan terburu-buru memelorotkan celana dalam itu. Penis Jack yang besar dan panjang langsung mencuat tegak di depan wajah Astrid. Penis itu besar sekali, mungkin sekitar 20 cm dengan diameter hampir 4 cm, hitam dan berurat mengerikan. Astrid memalingkan wajahnya saking jijiknya memandang penis itu. <br />“Lho katanya mau ngemut, kok malah melengos sih?” Jack berkata datar membuat Astrid tersadar. Perlahan Astrid mulai memegang penis itu yang terasa penuh dalam genggamannya, lalu dengan gerakan pelan Astrid mulai mengocok-ngocok penis itu. Astrid lalu mendekatkan penis itu ke mulutnya, dan mulai menjilati ujung penisnya, terasa asin, dan terasa ada cairan sedikit pada ujungnya, kemudian Astrid menahan nafas dan langsung memasukkan penis itu ke dalam mulutnya kemudian dihisap-hisapnya dengan kuluman lembut, dan dikocok-kocok dengan tangan, lama kelamaan Astrid mulai terbiasa dengan penis itu, meskipun tidak pengalaman tapi naluri seksualnya sudah mengalahkan akal sehatnya mulai dapat menyesuaikan diri, Astrid juga menjilati samping sampingnya hingga ke buah pelirnya, Astrid sedikit memberi ludah pada ujung penis itu dan memainkan ludah itu di penisnya, kemudian diratakan dan dihisap dan dijilat kembali, tampaknya Astrid mulai menikmati penis Jack. <br />"Ohh.. yess.. ahh... enak tenan… nggak kayak pelacur-pelacur pinggir jalan, asyik tenan, mirip artis-artis bokep jepang atau bule." kata Jack mengomentari kuluman Astrid. “Ayo teruss Nona.. teruss.. “ Jack mengerang. Astrid mempercepat gerakan kulumannya, sesekali penis itu dikeluarkan dari mulutnya lalu dimasukkan kembali, Astrid berusaha sekuat tenaga memuaskan Jack, terlihat penis itu dikulumnya sampai mentok ke tenggorokannya, dikeluarkan lalu dimasukkan lagi, dikeluarkan lagi dimasukkan lagi, persis seperti orang sedang manikmati es mambo. <br />“Ohhh.. Ahhh.. teruss..” Jack mengerang, sampai akhirnya dia menjambak rambut Astrid lalu menekan wajah Astrid ke selangkangannya dan dengan gerakan kasar Jack mendesakkan penisnya maju mundur di dalam mulut Astrid, Astrid sampai tersedak dan kehabisan nafas,api Jack tidak memberinya kesempatan, dia terus menggoyangkan pantatnya dengan liar. <br />“AHH.. AHHH.. AHHHH...” gerakan Jack baru berhenti setelah dia mengerang keras, Astrid merasakan semburan cairan kental di dalam mulutnya yang meluncur langsung ke dalam tenggorokannya, rupanya Jack berejakulasi di dalam mulut Astrid, cairan spermanya banyak sekali sampai memenuhi mulut Astrid, sebagian cairan putih kental itu meleleh keluar di sudut bibir Astrid yang terpuruk di lantai sambil terengah-engah kehabisan nafas. <br />Astrid tersengal mencoba mengambil nafas dengan terpaksa dia menelan sperma Jack yang ditumpahkan ke dalam mulutnya. Dia hanya bisa menangis diperlakukan seperti itu, tapi dia tidak kuasa melawan. Tapi penderitaan Astrid belumlah selesai. Tiba-tiba Jack menyentak rambut Astrid dengan kasar. <br />“Sekarang Nona cantik merangkak ke teman gue yang di situ, lalu memohon untuk ngemut kontolnya, ingat ya.. harus sopan,” Jack berujar kalem. <br />“Iya Tuan.. ,” Astrid mengangguk ketakutan. Dia lalu merangkak ke arah Jon yang sudah tidak sabar. Jon ....bahkan sudah tidak memakai apa-apa lagi seningga penisnya yang besar mengacung tegak. Dengan perasaan jijik Astrid belutut sehingga wajahnya tepat berada di depan penis Jon yang besar dan hitam. <br />“Tuan yang baik, bolehkah saya ngemut kontolnya Tuan, saya ingin sekali ngemut kontolnya Tuan, boleh ya?” Astrid berkata dengan suara tertahan, bernada memelaskan, tapi dia berusaha tersenyum semanis mungkin. Sementara Jack beraksi merekam adegan demi adegan yang dilakukan Astrid dengan kameranya. <br />“Hehehe.. Nona ini sudah cantik, sopan pula..” Joan melontarkan sindiran. “Tapi nggak bayar kan Non?” <br />“Tidak Tuan.. tidak.. saya rela kok.. nggak usah bayar..” Astrid menggeleng-gelengkan kepalanya. <br />“Yah.. karena Nona cantik dan sopan, saya mau deh Non, ayo jangan malu-malu kalau mau ngemut..” Jon memajukan pinggulnya membuat penisnya mengacung lebih dekat ke wajah Astrid. Dengan gerakan ragu Astrid mulai menggenggam penis Jon, lalu dengan lembut mulai mengocok penis yang seukuran genggaman tangannya itu. Jon langsung mengejang menerima kocokan itu. Astrid lalu menjilati ujung penis Jon dengan ujung lidahnya, sesekali lidahnya juga menyapu batang penis Jon sambil terus mengocoknya dengan gerakan lembut. <br />“Ohhh.. Ohhhh.. enakhh.. “ Jon mengerang. “Benar-benar nggak kayak lonte-lonte murahan yang biasa kita entotin itu Jack..” <br />Astrid berdesir mendengar hinaan itu, hatinya terasa sakit, air matanya kembali menetes disamakan dengan pelacur murahan. Tapi dia tidak mampu berbuat apa-apa selain menuruti perintah kedua penjahat itu dengan harapan mereka akan segera melepaskannya. <br />“Masukan ke mulut dong Non..” kata Jon ringan. Astrid hanya melirik sekilas lalu mulai membenamkan batang penis Jon ke mulutnya dan menggerakkan kepalanya maju mundur membuat penis itu keluar masuk di mulutnya. <br />“Diemut yang benar dong Non!” perintah Jon yang langsung dituruti oleh Astrid, di dalam mulut dia mainkan lidahnya sehingga memberi sensasi nikmat pada penis itu. Jon melenguh nikmat merasakan kuluman Astrid, lalu tangannya menjulur ke bawah meraih buah dada Astrid yang menggantung kenyal. Astrid menjerit kecil saat tangan Jon yang kasar mulai meremas payudaranya dengan gerakan kasar, tapi remasan itu justru membuat dorongan seks dari diri Astrid semakin menggelegak menimbulkan sensasi tersendiri membuatnya semakin bergairah melakukan kuluman di penis Jon. <br />“Ohh.. enak Non.. ahh.. ahh teruss..” Jon mengerang sambil tangannya terus menerus meremas-remas payudara Astrid dengan kasar, Astrid merasa sakit pada payudaranya, tapi gerakan kasar itu sekaligus membakar nafsu seksualnya membuat wajahnya merah padam dan gerakan kepalanya menjadi semakin teratur makin lama makin lembut membelai dan mengocok penis Jon dengan bibir mungilnya. <br />“Ahhkhh.. Ohhh..” Tiba-tiba Jon mengejang dan mengerang. Dengan kasar dia mencabut penisnya dari cengkeraman bibir Astrid lalu memaksa Astrid menggenggam penis itu. <br />“Kocok.. ayo kocok..” perintahnya. Astrid menurut dan mengocok penis Jon dengan lembut. Jon menjadi semakin liar, tubuhnya mengejang dan menyentak-nyentak. <br />“Ohhh.. gue mau ngecroott.. Ahhhh..” Jon mengerang lalu menjambak rambut Astrid membuat wajah Astrid menengadah tepat di depan penisnya, lalu. <br />“Crott.. crott.. crott..” sperma Jon muncrat dengan deras menyembur tepat di wajah Astrid, Astrid gelagapan saat wajahnya tersemprot cairan putih kental itu, dia mencoba menghindar tapi cengkeraman Jon pada rambutnya membuatnya tidak berkutik, akhirnya dia pasrah Jon menyemprotkan sperma ke wajahnya. Wajah Astrid yang cantik langsung berlumuran sperma kental, sebagian meleleh membasahi payudaranya dan sebagian lagi mengalir masuk ke mulutnya. <br />“Ahhhh....” Jon mengerang lega. Dia merasakan kepuasan yang luar biasa saat beejakulasi di wajah cantik itu. Dia langsung melepaskan cengkeramannya dari rambut Astrid membuat Astrid langsung tersimpuh di lantai dan menangis tersedu-sedu. Tubuhnya yang putih mulus kini basah oleh keringat dan sperma. Sementara Jon dengan santainya merebahkan tubuhnya di sofa merah marun yang sudah rusak yang ada di dekatnya. <br />“Hehehee.. “ Jack menunjukkan kameranya. “Nona berbakat juga lho jadi bintang film bokep. Benar-benar mirip sekali dengan bintang bokep mandarin..” <br />Astrid memejamkan mata, mencoba tidak mendengarkan penghinaan penjahat-penjahat itu, hatinya seperti ditindih sebongkah batu besar dan berat membuatnya kembali menangis tersedu-sedu. <br />“Oke Jon, kayaknya Nona cantik ini harus membersihkan diri dulu,” kata Jack lagi. Jon mengacungkan jempolnya ke atas, dia lalu keluar dari ruangan dan masuk lagi beberapa saat kemudian dengan membawa seember air. <br />“Bersihin wajah sama badan elo!” perintah Jack sambil menunjuk ember yang dibawa Jon. Astrid melirik sekilas, ada air bersih dan kain di dalamnya, lalu dengan takut-takut dia mulai membersihkan sisa-sisa sperma yang menempel di wajah dan payudaranya. <br />“Sekarang berdiri Nona..” Jack ...<br />...memerintahkan. <br />“Ampun Tuan.. lepasin saya.. saya kan sudah menuruti semua perintah Tuan..” Astrid memohon dengan memelaskan sambil menangis tersedu. <br />“Oho.. jangan buru-buru Nona cantik, bagian terbaiknya belum lagi dimulai,” kata Jack dingin. “sekarang Nona naik ke atas ranjang itu!” perintahnya dingin. <br />“Jangan Tuan..” Astrid terperanjat mengetahui apa yang bakal menimpanya. “Jangan perkosa saya Tuan! Saya masih perawan.. ampun Tuan.. jangan perkosa saya..!” Wualn menjerit menghiba dan memohon. <br />“PLAKK!!” sebuah tamparan cukup keras mendarat di pipi Astrid membuat Astrid terhuyung ke belakang disertai jeritan. <br />“Berani membangkang?” Jack menghunus pisau besarnya kembali, darah Astrid seperti berhenti melihat kilatan pisau itu. Astrid gemetar ketakutan begitu melihat Jack mengacungkan pisau itu tepat di wajahnya. <br />“Bagaimana? Berani menolak?” Tanya Jack kalem. Astrid memalingkan wajahnya, air matanya mengalir makin deras. Dia tidak punya pilihan lain, dengan hati hancur dia menggeleng lemah, dia sudah tidak punya harapan lagi mengetahui sebentar lagi dirinya akan diperkosa oleh dua preman brutal. <br />“Hehehe.. bilangnya yang sopan dong masa Cuma menggeleng gitu,” Jack tertawa sinis. “Ayo bilang yang sopan.” <br />“Iya Tuan, saya mau..” jawab Astrid sambil terisak. <br />“Mau apa?” Jack bertanya galak. <br />“Ehh.. saya.. saya mau dikenthu sama tuan berdua..” jawab Astrid dengan perasaan hancur. <br />“Mau apa kepingin?” Jack bertanya dengan nada menghina. <br />“Eh.. iya Tuan, saya kepingin dikenthu sama Tuan berdua, saya pingin Tuan berdua menyetubuhi saya, “jawab Astrid gemetar. <br />“Kalau gitu memohon yang sopan dong..” Jack berujar datar, membuat Astrid makin terhina, inilah tujuan Jack, makin terhina Astrid berarti semakin dia berkuasa pada diri Astrid. <br />“Tuan yang baik, maukah Tuan berdua menyetubuhi saya, please Tuan, saya sudah nggak tahan pingin kenthu..Please..” Astrid memohon-mohon untuk disetubuhi. <br />“Bayar nggak?” Tanya Jack kalem. <br />“Tidak Tuan, saya mau dikenthu tanpa bayaran, gratis Tuan, gratis.” Astrid memohon-mohon seperti pelacur murahan. <br />“Kalau gitu sih boleh.. “Jack tersenyum liar. “Nona sekarang tiduran deh di ranjang.” Astrid menuruti perintah itu, dia langsung naik ke ranjang yang sepertinya memang sudah direncanakan untuk memperkosa Astrid. <br />“Terlentang dong.. masa cuma duduk begitu, Gimana caranya gue ngentotin elo kalau elo cuma duduk di situ” Jack memberi perintah ketika melihat Astrid Cuma duduk di tepi ranjang. Astrid lalu merebahkan badannya dan terlentang. <br />“Bagus sekali Nona cantik, sekarang pentangkan kaki elo lebar-lebar, rentangkan tangan ke atas.” Jack memberi perintah lagi dan Astrid dengan pasrah menurut, dipentangkannya tangan dan kakinya sesuai perintah. Sekarang posisi Astrid lebih mirip huruf X dengan tangan dan kaki terbentang, huruf X yang sangat bagus. <br />“Hadap ke sini dong Sayang..” Jack mengarahkan handycamnya ke tubuh Astrid yang telanjang bulat mulai dari ujung kaki sampai ujung tangan, pada bagian vagina dan payudara sengaja disyut lebih lama dengan berbagai posisi. <br />“Ayo Non, bilang lagi yang sopan kalau mau dikenthu,” Jack memerintah. <br />“Mari Tuan, silakan, buruan kenthu saya Tuan, nikmati tubuh saya..” Astrid berkata dengan gemetar. Jack lalu menyerahkan Handycamnya pada Jon. <br />“Tentu Nona manis, dengan senang hati, “ kata Jack sambil mendekati Astrid, dia lalu berbaring di dekat Astrid. Astrid gemetar ketakutan saat Jack mulai membelai wajahnya dan menciumi pipinya, kumisnya yang kasar seperti duri menusuk-nusuk pipi Astrid yang halus. Jack lalu menciumi bibir Astrid dengan gerakan lembut berulang-ulang sambil tidak lupa tangannya bergerak ke payudara Astrid yang kenyal dan lembut, payudara yang putih mulus itu dibelai-belai dan diremas dengan lembut, sesekali Jack mempermainkan puting payudara Astrid yang berwarna pink segar dengan jari-jarinya. Astrid berusaha menahan agar tidak terhayut oleh perlakuan itu, tapi gerakan-gerakan Jack yang sangat berpengalaman membuat pertahanannya sedikit demi sedikit bobol. Perlahan Astrid mulai memberikan respon pada ciuman Jack, tanpa disadari, Astrid mulai membuka mulutnya dan membiarkan lidah Jack bermain-main dengan lidahnya, bahkan Astrid mulai ikut memainkan lidahnya sendiri dan membiarkan bibirnya berpagutan dengan bibir Jack. Sambil terus berciuman, Jack terus membelai dan meremas-remas payudara Astrid dengan lembut. Lalu Jack mengarahkan ciumannya ke bagian leher Astrid. Astrid menerima perlakuan itu sambil mendesah pelan. <br />“hehehe.. udah mulai terangsang ya Non.. “ Jack tertawa pelan sambil terus menciumi ...<br />...sekujur leher Astrid, lalu ciumannya bergerak menelusuri bagian payudara Astrid. Dengan lidahnya, Jack menjilat-jilat payudara mulus itu dengan lembut, ujung lidahnya sesekali menyapu puting payudara Astrid membuat Astrid makin terangsang. Desahan nafasnya mulai memburu, wajah Astridpun mulai memerah. <br />“Wah.. ini memang pentil yang sangat indah,” kata Jack ditengah usahanya menciumi payudara Astrid, sementara bibir dan lidahnya mengarah ke payudara sebelah kiri, tangan Jack tetap meremas-remas payudara Astrid yang sebalah kanan. <br />“Memang pentil yang baguss, gue belum pernah menikmati barang yang segini bagus kayak punya Non, beda lho sama pentilnya lonte-lonte yang pernah gue pakai..” kata Jack dengan nafas tidak teratur. Tapi Astrid sudah tidak bisa mendengarkan ucapan itu, gejolak nafsu seksnya begitu besar menghantamnya. <br />Jack lalu menelusuri bagian perut Astrid yang licin dengan lidahnya dan terus ke bawah, dilihatnya belahan vagina Astrid yang mulai basah untuk sesaat. <br />“Wuah.. tempik Non emang yahud banget, belum pernah dipakai ya..?” Jack tersenyum buas. <br />“Ahh.. jangan Tuan.. jangan di situ.. ohhh..” Astrid menggeliat saat Jack mulai menjilati vaginanya sambil tangannya mengelus-elus sepasang paha Astrid yang mulus.Jack lalu membuka paha Astrid lebih lebar untuk lebih leluasa menjilati vagina Astrid, dan kali ini lidahnya berputar-putar di bagian klitoris Astrid. Astrid mengejang sesaat ketika klitorisnya dijilati. <br />“Jangan Tuan.. “ Astrid meronta saat Jack dengan perlahan mulai menindih tubuhnya. Tapi ucapannya terhenti saat bibirnya kembali dilumat oleh Jack dengan ganas. Dan sambil berciuman Jack mengarahkan penisnya ke vagina Astrid. Astrid menggeliat saat merasakan ada benda tumpul yang mencoba menerobos ke dalam vaginanya. <br />“Tidak Tuan.. jangann.. jangann..” Astrid meronta dan bergumam tidak jelas. Astrid menggeliat saat Jack mendesakkan pantatnya mendorong penisnya masuk ke dalam vagina Astrid. <br />“Ahhkh.. sakiitt..” Astrid menjerit kecil saat penis itu mengoyak vaginanya, air mata meleleh di pipinya. Astrid memejamkan mata dan menangis, keperawanannya yang dijaga seumur hidup kini direnggut paksa oleh seorang preman bengis. <br />“Ohh.. masuk juga akhirnya..” Jack mendengus lega. “Gila, tempiknya Nona seret banget lho..” <br />Lalu Jack mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur, mula-mula pelan, tapi setelah beberapa saat gerakannya makin teratur, Vagina Astrid yang masih sempit mulai licin dan lancar meskipun masih sangat menjepit. Astrid tidak tahan lagi, dorongan nafsu seksualnya sudah mangalahkan akal sehatnya, diapun mengerang dan mendesah seirama gerakan penis Jack yang menggenjot vaginanya. Gesekan penis di dalam vaginanya memberikan sensasi luar biasa pada sekujur tubuh Astrid membuatnya mengejang dan bergerak liar. Astrid akhirnya menikmati persetubuhan yang baru pertama kali dilakukannya ini. Dan setelah beberapa menit diperkosa, Astrid sudah tidak lagi kelihatan seperti orang yang sdang diperkosa tapi justru menikmati persetubuhannya. Dia bahkan membiarkan saja saat Jack kembali menciumi bibirnya ditengah-tengah persetubuhan. Bahkan ketika Jack menghentikan genjotannya, secara tidak sadar Astrid gantian menggerak-gerakkan pantatnya, dan Astrid pun menurut saja ketika Jack menyuruhnya berganti posisi. Kali ini Astrid disuruhnya nungging dengan gaya Doggy style. Lalu dari arah belakang Jack kembali memasukkan penisnya ke dalam vagina Astrid dan kembali menyetubuhinya. Astrid kali ini tidak melawan lgi, dia bahkan bergoyang seirama dengan genjotan Jack dengan lenguhan dan desahan penuh nikmat. Sementara Jon dengan gaya kameraman professional sibuk mengambil adegan pemerkosaan itu dari berbagai sudut.Dia paling suka mengarahkan kamera ke wajah Astrid yang merintih-rintih nikmat, dan sesekali mengarahkan kameranya tepat di vagina Astrid yang sedang digenjot oleh penis Jack sehingga suara gesekannya terekam dengan jelas. <br />Tapi ditengah-tengah usaha memperkosa Astrid tiba-tiba Handphone milik Astrid berdering dengan nyaring, hal itu menyadarkan Astrid dari sensasi seksual yang sedang dialaminya. Astrid kembali menangis, tapi Jack tidak mempedulikan tangisan itu. <br />Jon mengambil handphone Astrid, dilihatnya sesaat, lalu diserahkannya pada Jack. Lalu Jack menyodorkan handphone itu kepada Astrid yang masih disetubuhinya. <br />“Jawab!” perintahnya. “Tapi ingat, jangan sampai dia curiga, kalau tidak..” Jack menyodorkan Handphone itu disertai ancaman. Astrid menerimanya, panggilan itu dari temannya, Rani. <br />“Hallo..” Astrid menjawab panggilan Rani dengan susah payah ditengah-tengah persetubuhan yang dia lakukan. Astrid berusaha setengah mati sewajar mungkin untuk tidak ...<br />...membuat temannya curiga, tapi menjawab telepon sambil disetubuhi membuatnya sesekali kelepasan dan mengerang. Gilanya Jack bukannya menghentikan genjotannya, dia justru mempercepat gerakannya membuat tubuh bugil Astrid tersentak-sentak. Sekuat tenaga Astrid menahan nada suaranya agar terdengar biasa sementara dari belakang Jack menyetubuhinya dengan ganas. Astrid menggigit bibirnya menahan agar tidak mengerang sampai wajahnya memerah, tapi Jack melihat Astrid yang kepayahan menahan diri justru semakin senang, digenjotnya vagina Astrid dengan kuat sehingga Astrid tersentak ke depan dan mau tidak mau Astrid melenguh tertahan. <br />“Trid, elo nggak apa-apa kan?” suara Rani dari telepon terdengar cemas. <br />“Ngaakk.. ahhkkh..“ Astrid tiba-tiba berteriak, pada saat yang bersamaan Jack kembali menyodok vaginanya kuat-kuat membuat Astrid terlonjak. “Gue nggak apa-apa...ohh.. ohh.. “Astrid mengerang perlahan. <br />“Tapi kok suara elo aneh gitu, elo lagi ngapain sih?” tanya Rani lagi. <br />“Gue nggak ngapa-ngapain.. ahh.. ahh..” kembali Astrid mengerang lirih. “Udah ya.. gue mau tidur dulu..” lalu buru-buru Astrid memutuskan hubungan teleponnya sambil mengerang keras melepaskan tekanan seksual yang dari tadi menyiksanya. <br />“Ahhkhhh... ohhhh...” Astrid menggeliat saat Jack menyentakkan penisnya kuat-kuat. <br />“Hehehehe.. enak ya Non, ngentot sambil telepon..” Jack mengejek. Astrid diam saja sambil menggigit bibirnya. Jack makin bersemangat menggenjotkan penisnya sampai tubuh bugil; Astrid tersentak-sentak maju-mundur. Dorongan seksual dari dalam diri Astrid kembali menggelegak membuat tubuhnya mengejang kuat sekali. Dan pada saat mendekati klimaks Astrid tiba-tiba bergerak dengan liar mengimbangi genjotan Jack. <br />“AHHHHH......... AHHHH.........” Astrid mengerang keras sambil menggeliat liar, tubuhnya menegang, tangannya mencengkeram kasur dengan kuat dan kemudian perlahan mengendur lagi lalu melemas kehabisan tenaga, rupanya Astrid kembali mengalami orgasme yang kali ini bahkan lebih dahsyat dari orgasme sebelumnya. Tapi rupanya Jack belum merasa puas, mungkin karena sudah berejakulasi sebelum menyetubuhi Astrid. Dia membalikkan tubuh bugil Astrid yang terengah-engah sehingga kebali terlentang di ranjang. Bagian vagina Astrid terlihat mengalirkan lendir bercampur darah segar pertanda memang Astrid masih perawan sebelum diperkosa olehnya. Jack lelu mengangkat kedua paha Astrid dan membukanya lebar-lebar, dengan memagan kedua pergelangan kaki Astrid Jack kembali mengarahkan penisnya ke vagina Astrid, Astrid menggeliat saat vaginanya kembali dimasuki oleh penis Jack, tapi dorongan seksual sudah menguasai Astrid, dia diam saja ketika Jack mulai kembali menyetubuhinya, bahkan kembali mendesah-desah penuh kenikmatan saat Jack menyodok-nyodokkan penisnya dengan brutal. <br />Astrid sangat tidak berdaya menghadapi sodokan-demi sodokan Jack, dia memilih untuk menyerahkan ketotalan kepasrahan dirinya untuk diapakan saja oleh Jack, untuk di garap habis – habisan dan kepasrahan itu mambuat Astrid kembali merasakan orgasme membuat tubuhnya kembali menegang, melihat Astrid kembali orgasme Jack semakin keras saja mengenjot vagina Astrid, ia memompa Astrid habis habisan sampai Astrid merasakan ada busa-busa mengalir disekitar vaginanya. <br />“Argggghhhh emmhhh oohhh yeahhhh yeahhhhhh yahhhh.... gua mau kluar... enak banget nih.... oooiiiii ahhhh... ahhh ahhhhhh....” teriak Jack, dan akhirnya semburan spermanya memenuhi rongga vagina Astrid. <br />Astrid terkapar lemas di ranjang, tubuhnya yang putih mulus basah kuyup oleh keringat membuat tubuh bugil itu berkilau. Nafasnya naik turun membuat payudaranya ikut naik turun menggairahkan. Astrid kembali menangis ketika ingat Jack menyemprotkan sperma di dalam vaginanya yang bisa membuatnya hamil, beruntung saat ini bukan masa subur baginya. <br />“Hehehee.. Uenak tenan Jon, bisa merawanin cewek secakep ini, elo coba deh,” kata Jack. Astrid gemetar mendengar ucapan Jack. Dilihatnya mereka bertukar tugas, kali ini Jack yang bertugas merekam adegan saat dirinya diperkosa. <br />“Tenang aja ya Non, Non bakal ketagihan nanti,” kata Jon sambil mendekati Astrid yang masih terbaring kelelahan. Dia lalu mulai membaringkan Astrid dengan posisi terlentang, lalu dia membungkuk mengarahkan mulutnya ke payudara Astrid. Dilumatnya payudara itu dengan kenyotan dan gigitan-gigitan ringan. Hal itu menyebabkan Astrid menggeliat-geliat dan mengeluarkan desahan, perasaannya terombang-ambing dalam ketakutan dan kenikmatan yang tak bisa dibendungnya. Hisapan pria itu pada putingnya menaikkan libidonya walaupun itu diluar kehendaknya. Astrid hanya bisa pasrah saja, tangannya meremas-remas rambut Jon karena rasa geli akibat kenyotan pada payudaranya, payudara yang lain juga sedang diremasi tangan Jon, nampak jari-jarinya menggesek-gesek putingnya memanaskan birahi gadis itu. Desahannya bercampur dengan suara tangis sesenggukan. <br />“Hmmm…Non emang sempurna banget, punya body montok gini siapa yang ga ngiler” gumam Jon sambil tangannya menjelajahi lekuk-lekuk tubuh Astrid. <br />Lalu Jon menindih tubuhnya, dipeluknya tubuh Astrid dan diresapi kehangatan dan kemulusannya. Astrid dapat merasakan benda keras dengan daerah kemaluannya. Astrid memalingkan wajah ketika Jon menyentuh bibirnya, tapi ruang gerak yang terbatas Jon berhasil juga melumat , tapi ruang gerak yang terbatas Jon berhasil juga melumat bibirnya. <br />“Mmhh…uummm ...<br />...!” gumamnya saat menciumi Astrid dan berusaha memasukkan lidahnya ke mulut gadis itu yang masih menutup. <br />Astrid sendiri dapat merasakan hembusan nafas pria itu pada wajahnya, panas dan bau rokok. Dia merasa tidak enak dengan nafas Jon yang bau rokok itu tapi toh pertahanannya bobol juga karena sulit bernafas dan Jon terus merangsangnya dengan menggerayangi tubuhnya. Lidah Jon pun mulai bermain-main di rongga mulutnya, Astrid tidak sanggup lagi mengelak darinya karena setiap kali lidahnya bergerak yang terjadi adalah saling beradu dengan lidah Jon sehingga diapun membiarkan lidah Jon menari-nari di mulutnya. Matanya terpejam dengan air mata membasahi kelopak matanya. Percumbuan itu membuat nafasnya makin memburu, badannya bertambah panas. <br />“Jangan Tuan.. jangan lagi...” Astrid merintih pelan saat benda tumpul itu mulai menyentuh kemaluannya. <br />“Nikmatin aja Non, jangan!” kata Jon dekat telinganya. “Tahan yah Non, agak sakit, tapi nantinya bakal enak deh. Gue ga bakal kasar kok kalo Non nurut..!” kata Jon, lalu dia mulai menekan kepala penisnya yang sudah menempel di bibir vagina Astrid. <br />“Aahh…sakit…!! Oohh…tolong hentikan !” rintih Astrid menahan sakit sampai tubuhnya menggeliat dan dadanya terangkat hingga makin membusung, keringat mengucur membasahi tubuhnya. <br />“Sabar yah Non, sabar !” Jon menenangkannya sambil membelai rambut gadis itu, dia dapat merasakan genggaman tangan gadis itu yang makin erat karena telapak tangan mereka saling genggam. <br />“Sempit oi, enak banget !” gumam Jon sambil terus mendorong-dorongkan penisnya ke vagina Astrid. Kepala penis yang seperti jamur itu sudah menancap di vagina Astrid, lalu Jon mendorong lebih dalam lagi. <br />“Aakkhh…aaaahhh !” jerit Astrid tubuh makin mengejang. <br />“Pheeww…masuk juga akhirnya, asoy banget tempik perawan nih !” kata Jon sambil menghembuskan nafas panjang. Sementara Jack terus merekam adegan perkosaan itu sambil tertawa-tawa. <br />Mulut Jon mulai menjalar naik ke bahu, leher, hingga bibirnya. Bibir yang sudah berkerut itupun bertemu dengan bibir Astrid yang mungil dan segar sehingga erangannya teredam. Lidah pria itu mengaduk-aduk mulutnya, Astrid pun secara refleks menggerakkan lidahnya sehingga tanpa terasa dia malah hanyut melayani permainan lidah Jon, ini juga dikarenakan sodokan-sodokan Jon yang menimbulkan rasa nikmat yang tidak bisa disangkalnya. Penjahat itu makin bersemangat menggenjot vagina Astrid sambil menggumam tak jelas. <br />“Okh-oohh…enak, ohh-uuuuh…udah perawan, cantik lagi uhh..!” ceracaunya sambil menikmati kontraksi dinding vagina Astrid yang memijati penisnya. <br />Tangan kekar Jon yang memegangi paha gadis itu membelai-belai menikmati kemulusan pahanya, sesekali juga meremasi bongkahan pantatnya. Kontras sekali pemandangannya saat itu, tubuh mulus seorang gadis jelita dihimpit tubuh hitam kekar penuh tato dan menyeramkan. <br />Hampir liambelas menit lamanya Jon menggenjot tubuh bugil yang makin melemah itu. Astrid sudah kehabisan tenaga untuk melawan, tubuhnya kini tersentak-sentak mengikuti setiap genjotan penis Jon di vaginanya. Tiba-tiba Jon berdiri lalu membalikkan tubuh Astrid, Pantat Astrid ditunggingkannya sehingga posisi Astrid sekarang menungging dengan tangan menutupi bagian dadanya. <br />“Uih.. pantatnya asoy banget, gede, mulus lagi..” Jon membelai-belai dan meremasi pantat Astrid. Astrid menegang sesaat ketika tangan Jon membelai belahan vaginanya yang berlendir. Jon lalu mengarahkan penisnya bersiap menyetubuhi gadis itu dalam posisi doggie. Astrid meringis ketika merasakan penis Jon yang besar menyeruak masuk ke vaginanya, dia merintih, perih, namun kali ini sudah lebih mendingan berkat cairan kewanitaan yang melicinkan vaginanya. <br />“Aahh…!” itulah yang keluar dari mulut Astrid saat Jon menyentakkan penisnya hingga amblas seluruhnya. <br />Jon mulai maju-mundur sambil tangannya berkeliaran menggerayangi pantat, punggung dan payudaranya yang menggelantung indah. Sementara Jack asyik merekam adegan demi adegan perkosaan itu dengan seksama. Bagian yang paling sering dia sorot adalah wajah Astrid yang terlihat begitu memelaskan tapi sekaligus terangsang hebat. <br />“Ayo.. teruss Jon.. teruss.. sebentar lagi dia ngecret lagi.. teruss..” Jack menyemangati kawannya seperti menyemangati tim sepak bola membuat Jon mendesakkan penisnya dengan kuat, Astrid tersentak berkali –kali saat Jon menyodokkan penisnya dengan kuat.<br />Sepuluh menit lamanya dia digumuli dalam posisi itu, sodokan-sodokan Jon mendatangkan kembali perasaan aneh yang tadi dirasakannya, kembali tubuh Astrid mengejang disertai erangan panjang. Dirinya serasa terbang selama 1-2 menit, dan dia harus mengakui kenikmatannya. <br />“Ahhhhkkhhhh... Ohhhh...” Astrid melenguh panjang merasakan orgasme untuk kesekian kalinnya gelombang orgasme yang menerpa Astrid dirasakan juga nikmatnya oleh Jon karena otot-otot vaginanya semakin menghimpit penisnya serta menghangatkannya dengan cairan yang dihasilkan. Hal ini tentu memicu Jon menggenjotnya lebih cepat lagi dan membuatnya ejakulasi. <br />“AHHHH... Ahhhh...” Jon menerang keras-keras sambil menekan penisnya dalam-dalam di vagina ...<br />...Astrid merasakan kenikmatan ejakulasi, penisnya menyemprotkan sperma dengan derasnya ke rahim Astrid. Setelah mengeluarkan isinya, Jon menarik lepas penisnya, ketika dikeluarkan terlihat cairan kental belepotan di batangnya yang lalu dilapkan pada belahan pantat gadis itu. <br />Astrid langsung tersungkur di ranjang karena kelelahan, sementara Jon berdiri sempoyongan. <br />“Ohhh.. gile... tempik perawan memang beda, seret banget, nggak kayak punya lonte-lonte pinggiran jalan..” Jon menggumam sendiri sambil berjalan. Astrid kembali menangis sesenggukan, dirinya sudah tidak berharga lagi, diperkosa oleh dua penjahat dan dilecehkan habis-habisan, direndahkan bahkan lebih hina dibandingkan pelacur pinggiran jalan. <br />Masih belum cukup penghinaan dan pelecehan yang diterimanya, kedua penjahat itu memaksanya untuk berpose dalam keadaan telanjang bulat, dan dengan kamera milik Astrid sendiri kedua penjahat itu memotret pose-pose Astrid yang berpose dengan gaya persis bintang film porno. <br />“Hehehehe... Nona memang pantas menjadi pintang film bokep, gayanya natural sekali lho..” ujar Jack santai sambil terus memotret tubuh bugil Astrid dalam berbagai posisi. Baru setelah puas mereka mengijinkan Astrid pulang ke rumahnya sambil disertai ancaman. <br />“Jangan berani-berani cerita macam-macam ya! Gue tahu persis keluarga elo, jadi kalau mau keluarga elo selamat, elo mulai sekarang harus nurutin apa mau gue..” Jack mengancam. Dia membiarkan Astrid berpakaian, tapi dia mengambil BH dan celana dalam Astrid. Dia juga bilang kalau mobil Astrid akan dikembalikan. Astrid berjalan dengan pikiran kalut. Mendapati dirinya baru saja diperkosa saja sudah merupakan mimpi buruk, apalagi sekarang dia diancam bila bercerita para penjahat itu akan menghabisi keluarganya. Astrid merasa penderitaannya baru saja dimulai.<br />Dua hari setelah peristiwa perkosaan itu mobil Astrid dikembalikan oleh Jon yang berlagak sopan. Astrid tidak berani menemuinya, peristiwa yang memalukan dan menyakitkan itu masih membayang di pikirannya. Tapi tepat pada Sabtu malam Astrid menerima telepon lewat HP nya. <br />“Hallo sayang..” suara yang sudah dikenal oleh Astrid membuat seluruh tubuh Astrid gemetar. Itu suara Jack. Hampir saja Astrid mematikan HP nya, tapi Jack yang seolah bisa membaca pikirannya langsung melarang Astrid mematikan HP. Dia menyuruh Astrid membawa mobilnya ke suatu tempat. Astrid mematuhi perintah itu karena takut oleh ancaman Jack. Dia segera menuju ke tempat yang sudah disebutkan oleh Jack. Di sana Jack sudah menunggu dengan senyum liar. <br />“Jalan aja terus Non, nanti gue beritahu,” kata Jack yang tahu-tahu sudah masuk ke dalam mobil Astrid. Ternyata Jack mengajak Astrid ke seorang dokter kandungan dan memaksa Astrid untuk dipasangi spiral. Jack berpura-pura menjadi suami Astrid dan meminta dokter kandungan untuk memasang spiral dengan alasan agar tidak hamil. Astrid dengan berat hati memenuhi permintaan gila itu. <br /><br />“hehehe.. gitu dong Non, kalau Nona menurut semuanya pasti beres,” kata Jack saat mereka di dalam mobil lagi. “Kali ini kayaknya Nona bakal kerja lebih keras deh, soalnya seberapapun seringnya kita ngentot, Nona nggak bakalan bisa hamil kan..” Jack tersenyum liar. Astrid terdiam dengan pikiran berkecamuk, rupanya Jack sudah merencanakan semuanya dengan sangat rapi. Dia tidak menyangka kalau dirinya akan menjadi budak seksual dua orang preman bejat macam mereka. <br />Jack lalu menyuruh Astrid mengarahkan mobilnya ke luar kota, Jack juga menyuruh Astrid menelepon ke rumah kalau dirinya akan menginap selama beberapa hari di luar kota supaya tidak mencari. Mereka menuju ke daerah yang sangat sepi dan terpencil di daerah puncak. Astrid melihat ada sebuah rumah kecil di tengah hutan kecil di depannya. Mereka lalu turun dari mobil dan berjalan mendekati rumah itu. Rumah itu sebuah rumah tua, berukuran kecil, lebih mirip villa kecil tapi tidak terawat, kemungkinan sebuah villa yang sudah tidak dipakai, meski begitu rumah itu diterangi oleh lampu listrik yang dicuri dari kabel jaringan. Suasana yang agak gelap membuat Astrid tidak bisa memperhatikan dengan jelas keadaan di sekelilingnya. <br />Astrid baru akan melangkah ketika Jack menahan sembail mencengkeram pergelangan tangannya. <br />“Tunggu dulu Non,” Jack tersenyum liar sambil menjilati bibirnya. “Kayaknya sebelum masuk ke dalam rumah lebih baik Nona buka baju dulu di sini..” <br />Astrid terbelalak mendengar ucapan yang disampaikan dengan nada datar itu, dia dipaksa bugil di luar ruangan. Tapi Astrid takut pada ancaman Jack. Maka sambil berlinang air mata dia melepas pakaiannya satu persatu. <br />“Sampai bugil Non, sampai bugil,” kata Jack ketika Astrid menyisakan celana dalam dan BH-nya. Mau tak mau Astrid melepaskan pakaian dalamnya sampai dia telanjang bulat. Hanya tinggal kalung emas dan sepatu hak tinggi yang saat ini dipakai Astrid. Pakaiannya diambil oleh Jack dan dimasukkan ke kantong plastik. <br />“Hehehe.. gitu kan lebih cantik, Nona kelihatan lebih cantik lho kalau bugil,” ujar Jack menghina sambil memelototi tubuh mulus Astrid yang telanjang. “Sekarang masuk,” Jack meremas pantat Astrid sambil mendorongnya maju. Dengan gemetar Astrid membuka pintu. Dia menemukan sebuah ruangan cukup lapang yang didesain agak aneh, penuh diisi dengan pot tanaman, sebuah ranjang besar ada di tengah ruangan, ranjang itu terbuat dari besi yang kokoh, kasurnya dilapisi kain warna pink. Jon, teman Jack sudah menunggu di sofa merah usang yang ada di samping ranjang, sementara di seberang ranjang, dekat ke dinding ada sebuah televisi ukuran besar yang diletakkan di atas sebuah meja kayu usang. <br />“Ah.. apa kabar Sayangku,” Jon tertawa melihat Astrid yang sudah telanjang bulat. ”Kayaknya elo sudah nggak sabar pingin ngentot ya, kok sudah bugil duluan?” Astrid memalingkan mukanya yang berlinang air mata menghindari tatapan liar Jon yang memelototi bagian-bagian vital tubuhnya. <br />“Nggak usah buru-buru Nona cantik..” Jon menarik tubuh Astrid yang bugil ke ranjang dan memaksanya duduk menghadap televisi. <br />“Hari ini kita mau bikin film bokep lagi dengan Nona sebagai bintang utamanya,” kata Jon sambil duduk di sebelah Astrid. Astrid hanya diam di tempatnya sambil memalingkan wajah menghindari Jon. <br />“Tapi sebelumnya lihat dulu yang ini,” Jon menyalakan televisi di depannya dengan remote control. Astrid terkesiap melihatnya, di televisi itu sedang diputar film saat dirinya sedang diperkosa. Suara Astrid di televisi terdengar mendesah dan mengerang membuat Astrid merah padam karena malu dan sakit hati. Tapi Jon memaksa Astrid terus menyaksikan adegan perkosaan itu, dan mau tak mau adegan-adegan itu membuat Astrid terangsang, apalagi saat kemudian Jon secara tiba-tiba menciumi pipinya dan menjilati bagian belakang telinganya sambil tangannya membelai-belai dan meremas payudaranya. <br />“Ahh..” Astrid mendesah ketika dorongan seksualnya mulai bangkit. Tubuhnya mulai menggeliat dan menegang. <br />“hehehe.. enak kan nonton bokep sambil beginian?” jon mengejek sambil terus menerus menciumi bagian tubuh Astrid yang sensitif terutama di bagian sekitar leher dan pundaknya. Astrid mengerang merasakan sentuhan liar itu, perasaannya mulai kacau balau. Rangsangan dari dalam dirinya menyebabkan Astrid pun menyambut saat ...<br />membelit. Sementara itu tangan Jon meremas lembut payudara Astrid, tangan satunya mengelus pantat. Keduanya terlibat dalam ciuman penuh nafsu selama lima menit <br />“Gimana Sayang, asyik kan ? Nona jadi tambah cantik kalau lagi horny gitu loh” Kata Jon sambil tersenyum sambil memilin-milin kedua puting payudara Astrid. <br />“Mmhh…eengghh…sudah Tuan, sshh…sudahh... !” desahnya merasakan kedua putingnya makin mengeras. <br />“Tenang sayang, disini aman kok, kita have fun bentar yah !” <br />Kemudian Jon mencumbui payudara Astrid, lidahnya menyapu-nyapu puting kemerahan yang sudah menegang itu. Astrid hanya bisa mendongak dan mendesah merasakan nikmatnya. Tangan Jon merabai pahanya yang putih mulus itu. <br />“Hhhssshh…eeemmmhh !” Astrid mendesis lebih panjang dan tubuhnya menggelinjang ketika tangan Jon menyentuh kemaluannya. Seperti ada getaran-getaran listrik kecil yang membuat tubuhnya terasa tersengat dan tergelitik saat jari jari kasar itu menyusup menyentuh bibir vaginanya, daerah itu jadi basah berlendir karena sentuhan-sentuhan erotis itu. <br />Astrid tidak tahan lagi mendapatkan serangan sehebat itu, perlahan tubuhnya mulai menegang keras, gelora nafsu seksualnya makin meledak mambuat tubuhnya menejang.<br />“AHHHHHHHH...” Astrid mengerang keras, lalu tubuhnya melemas kembali dan ambruk terlentang di kasur. Cairan vaginanya mengucur deras membasahi seprei. Astrid terengah-engah setelah mengalami orgasme yang begitu hebat. Jack dan Jon tertawa-tawa menyaksikan kejadian itu. Untuk beberapa saat meraka membiarkan saja Astrid terkapar di kasur. <br />Setelah agak lama, terlihat Jack mempersiapkan kamera handycamnya yang dulu dipakainya untuk merekam perkosaaan Astrid. Dia lalu menegakkan tubuh Astrid id ranjang. <br />“Nah Sayang, sekarang waktunya Nona untuk jadi bintang film bokep lagi.” Jack berujar datar. “Nah, pertama, Nona harus melakukan onani dulu di situ, siap Non?” Jack memberi aba-aba. Astrid sadar dia tidak bisa membantah perintah kedua preman itu, perlahan diapun melai melakukan apa yang diperintahkan. Mula-mula Astrid meremasi payudaranya sendiri dengan gerakan lembut sambil mendesah-desah, Jack merekam adegan itu dengan seksama. Astrid kemudian memilin-milin puting payudaranya dengan lembut sambil sesekali meremas payudaranya sendiri. <br />“Teruss ayo teruss..” Jack memberi aba-aba seperti sorang pelatih menyemangati atlitya yang sedang lomba. Astrid melenguh sambil bergerak liar dan menggeliat-geliat, perlahan tapi pasti nafsu birahinya mulai memuncak. Astrid mmpercepat remasan pada payudaranya sendiri dan hal itu membuat tubuhnya kian dibakar oleh dorongan seksual yang makin meledak. Astrid lalu mengarahkan tangannya ke daerah vaginanya. Dengan gerakan liar dia mengusap-usap bibir vaginanya lalu memasukkan jari tengahnya k dalam liang vaginanya lalu mengocok-ngocok jari itu di vaginanya. <br />“Ohhkkkhh.. “ Astrid merintih merasakan sentuhan tangannya sendiri di vaginanya, mulutnya megap-megap seolah ingin dimasuki oleh penis, Astrid memasukkan jari tangannya yang lain ke mulutnya dan mengulumnya seolah-olah dia sedang mengulum penis sesorang. <br />“Emhh.. ohhh.. “ Astrid merintih pelan merasakan kenikmatan yang melandanya, dia makin liar beronani, liang vaginanya diaduk-aduk dengan jari-jarinya dengan gerakan liar, tubuhnya mengejang, dan akhirnya. <br />“AHHHH...OOOHHHH....” astrid mengerang kuat, badannya menyentak sampai melengkung ke belakang. Cairan vaginanya tumpah dengan deras membasahi seprei. <br />Jack dan Jon tertawa senang melihat Astrid kembali mengalami orgasme, untuk sesaat dibiarkannya Astrid terbaring di ranjang. Tak lama kemudian Jon yang sudah bertelanjang bulat naik ke atas ranjang dan menjamah tubuh bugil Astrid. Jon terlihat memakai topeng kain yang menutupi seluruh wajahnya kecuali bagian mata, hidung dan mulutnya. Dia memaksa Astrid untuk duduk lalu mendekap tubuh bugil itu. Jack masih tetap menyorot setiap adegan demi adegan yang dimainkan oleh Astrid dan Jon. Jon mulai menciumi dan menjilati pipi Astrid dan dengan gerakan kasar dicengkeramnya wajah Astrid sampai bibir Astrid monyong. <br />“Hehe.. julurin lidah elo Nona..” perintah Jon. Astrid menjulurkan lidahnya, Jon serentak mulai mengulum lidah Astrid dengan bibirnya berulang-ulang seperti orang mengulum permen lolipop, dimainkannya lidah Astrid di bibirnya, rangsangan itu membuat Astrid kembali mengerang, birahinya bangkit kembali, nafasnya mulai megap-megap. Jon mengulangi kulumannya di lidah Astrid berkali-kali, sementara tangannya bergerak menggerayangi payudara Astrid, diremasnya payudara yang putih kenyal itu dengan gerakan lembut sambil sesekali putingnya dipelintir lembut. Astrid melenguh pelan mendapat perlakuan seperti itu, dan dalam keadaan terangsang, dia membiarkan tangan Jon yang satu lagi memegangi tangannya dan membimbingnya ke bagian selangkangan Jon. <br />“Pegang kontol gue dong Non, terus kocokin kontol gue..” perintah Jon, Astrid menuruti perintah itu dibawah ancaman dan juga dorongan birahinya, tangannya bergerak memegang penis Jon yang sudah mencuat dan mengocok-ngocoknya dengan gerakan lembut, sementara Jon tidak henti-hentinya mengulum lidah Astrid sambil tangannya terus meremas-.....remas payudara Astrid. Jika Astrid menarik lidahnya, Jon dengan kasar menyentak rambut Astrid membuat Astrid kembali menjulurkan lidahnya untuk dikulum. <br />Sepuluh menit lamanya Jon menikmati lidah Astrid, kemudian dia membaringkan tubuh mulus itu terlentang di ranjang. Kemudian Jon mulai menyerbu payudara Astrid yang putih dan kenyal, bibir dan lidahnya menciumi dan menjilati payudara Astrid sebelah kiri sementara tangan kirinya asyik meremas-remas payudara Astrid yang sebelah kanan. Tangan Jon yang satu lagi juga sibuk mengaduk-aduk vagina Astrid. Diperlakukan seperti itu membuat tubuh Astrid menegang, dari mulutnya meluncur erangan tertahan, tubuh Astrid bergetar dan nafasnya semakin tidak teratur, rupanya dia sudah tak kuasa menahan diri lagi. Mulutnya menceracau tak jelas dan kakinya terasa lemas, Jon meningkatkan serangannya untuk membuat gadis itu takluk sepenuhnya dengan cara memainkan klitorisnya, daging kecil itu dia gesekkan pada jarinya dan sesekali dipencet-pencet sehingga pemiliknya tersentak dan mengerang, Astrid tinggal pasrah saja membiarkan Jon mengocok-ngocok vaginanya dengan jarinya. <br />“Haha…enak ya Non, liat udah basah gini !” ejeknya dekat telinga Astrid. Jon lalu mengulum bibir Astrid lagi sambil tangannye terus menerus meremas payudara Astrid. Dia kemudian mengarahkan cumbuannya ke bagian payudara Astrid, dimainkannya puting payudara Astrid sebentar, kemudian lidah Jon menyusuri perut Astrid yang rata, terus ke bawah dan ketika sampai di daerah selangkangan Astrid Jon lalu merangkul pinggang ramping itu membawa tubuhnya lebih mendekat. Paha mulus itu lalu dia ciumi inci demi inci sementara tangannya mengelusi paha yang lain. Astrid merinding merasakan sapuan lidah dan dengusan nafas pria itu pada kulit pahanya membuat gejolak birahinya makin naik . <br />“Ssshhh…!” sebuah desisan keluar dari mulutnya ketika jari Jon menyentuh bagian vaginanya <br />“Aahhh… aahhh… jangan !” Astrid mendesah antara menolak dan menikmati saat lidah Jon menelusuri gundukan bukit kemaluannya <br />Tanpa disadari kakinya melebar sehingga memberi ruang lebih luas bagi Jon untuk menjilatinya. Tubuh Astrid seperti kesetrum ketika lidah Jon yang hangat membelah bibir kemaluannya memasuki liangnya serta menari-nari di dalamnya. <br />Astrid semakin tak kuasa menahan kenikmatan itu, dia bergerak tak karuan akibat jilatan Jon sehingga Jon harus memegangi tubuhnya. <br />“Ahhhh…ahhh…oohh !” desahnya dengan tubuh bergetar merasakan lidah Jon memainkan klitorisnya. Dan sekali lagi tubuhnya mengejang kuat, dari vaginanya mengucur airan kewanitaan dengan deras yang langsung dijilati oleh Jon. Astrid sekali lagi mengalami orgasme. Tubuh Astrid lalu kembali melemas dan terkapar tak berdaya kelelahan. Tapi dengan kasar Jon menarik tubuh Astrid dan memaksanya duduk. <br />“Sekarang emutin kontol gue..” Perintah Jon sambil tiduran terlentang dengan penis mengacung tegak seperti tiang bendera. Atrid dipaksanya untuk menungging dengan wajah tepat menghadapi penisnya. Lalu dengan kasar Jon memaksa Astrid untuk mengulum penisnya. Astrid dengan terpaksa menurut, dia perlahan menjilati ujung penis Jon dengan lidah, bibirnya yang mungil sesekali mengecup dan menciumi ujung penis itu. Lalu Astrid menjilati keseluruhan batang penis Jon dengan lidahnya dengan jilatan-jilatan lembut. <br />”Ohhhhh... ahhhh enak Non...ahhhh..” Jon mengejang-ngejang mendapatkan belaian lembut lidah Astrid di kemaluannya. Sambil sesekali Astrid mengocok lembut penis itu dengan tangannya, dia kemudian mulai memasukkan batang penis itu ke dalam mulutnya, lalu dengan gerakan amat lembut, dia mulai menggerakkan kepalanya, bibirnya yang mungil mencengkeram lembut batang penis itu dan mengocoknya dengan sangat lembut. Astrid sesekali juga mengeluarkan penis itu dari mulutnya untuk dikocok dan dijilat-jilat kemudian dimasukan lagi dan disedot-sedot seperti orang yang sedang menikmati permen loli. Perlakuan Astrid pada penis Jon membuat Jon benar-benar melayang, dia mengerang-erang liar sambil menjambak rambut Astrid. <br />“Ahhh... Ahhhh...” Jon memejamkan matanya merasakan kenikmatan di penisnya. Hampir lima menit lamanya Astrid mengulum penis Jon dengan perasaan sangat menderita. Tapi karena sudah terangsang, perlahan-lahan Astrid mulai merasakan sensasi tersendiri. Rasa jijik yang tadinya begitu melingkupinya perlahan-lahan sirna, Astrid mulai menikmati oral seks yang dilakukannya meskipun itu dikalukannya dengan terpaksa. dimaju-mundukannya kepalanya seperti yang pernah dia dengar dari obrolan dengan teman-temannya, lidahnya menjilat memutar kepala penisnya, akibatnya Jon keenakan dan mengerang-ngerang. <br />“Uuaaahh…terus Non, enak banget, harusnya Nona jadi lonte saja, hehehe !” ejek Jon sambil mengerang keenakan. Astrid hanya bisa menggerakkan mata melihat ke arah Jon yang tersenyum-senyum sambil meringis keenakan. Penis Jon semakin mengeras dan berkedut-kedut di dalam mulut Astrid serta menebar rasa asin. Dia sendiri tidak tahu bagaimana dia bisa segila ini, namun situasi saat itu ditambah jilatan Jon yang tanggung tadi membuat gairahnya menggebu-gebu. Penis yang besar mengerikan itu tidak muat seluruhnya ke dalam mulutnya yang mungil, maka sesekali Jon menekan kepalanya agar bisa masuk lebih dalam lagi. Tapi setalah agak lama, Jon tiba-tiba mendorong Astrid, melepaskan jepitan bibir Astrid dari penisnya. Dia menelentangkan tubuh Astrid di ranjang. <br />“Nah,sekarang kita mulai ya Non..” kata ...<br />...Jon. Astrid hanya menggeleng lemah sambil menangis, tapi Jon yang sudah terangsang berat tidak mempedulikan penolakan Astrid. Perlahan ditindihnya tubuh bugil Astrid yang putih mulus itu. Lalu pelan-pelan IJon menekan penisnya ke liang senggama Astrid. <br />“Sshhh…sakit, aawhhh…!!” rintih Astrid ketika penis Jon yang besar itu menerobos vaginanya.Astrid meringis dan merintih menahan rasa sakit pada vaginanya, meskipun sudah tidak perawan lagi setelah diperkosa dua hari yang lalu tapi kemaluannya masih sempit. Jon terus berusaha memasukkan senjatanya sambil melenguh-lenguh. Setelah beberapa saat menarik dan mendorong akhirnya masuklah seluruh penis itu ke vaginanya, saat itu airmata Astrid meleleh lagi merasakan sakit pada vaginanya. <br />“Huhh…masuk juga akhirnya, tempiknya seret banget Non, gue suka yang kayak gini.” katanya dekat telinga Astrid. <br />Sesaat kemudian, Jon sudah menggoyangkan pinggulnya, mula-mula gerakannya perlahan, tapi makin lama kecepatannya makin meningkat. Astrid benar-benar tidak kuasa menahan erangan setiap kali Jon penis Jon menghujam vaginanya. Gesekan demi gesekan yang timbul dari gesekan alat kelamin mereka menimbulkan rasa nikmat yang menjalari seluruh tubuh Astrid sehingga matanya membeliak-beliak dan mulutnya megap-megap mengeluarkan rintihan. Jon lalu mengangkat paha kirinya sepinggang agar bisa mengelusi paha dan pantat Astrid sambil terus menggenjot. <br />Jon meningkatkan tempo goyangannya, penis yang besar dan berurat itu menggesek dan menekan klitorisnya ke dalam setiap kali menghujam. Kedua payudaranya yang membusung tegak itu ikut berguncang hebat seirama guncangan badannya. Jon meraih yang sebelah kanan dan meremasnya dengan gemas. Gairah Astrid mulai bangkit lagi, dia merasakan kenikmatan yang berbeda dari biasanya, tanpa disadari dia juga ikut menggoyangkan pinggulnya seolah merespon gerakan Jon. <br />“Turun Non, kita ganti gaya !” perintahnya <br />Mungkin karena saking terangsangnya, Astrid menurut saja apa yang dimintanya, Jon mengatur posisinya berdiri dengan pantat agak ditunggingkan, tangannya bertumpu pada meja di depannya. Dan, penis Jon kembali memasuki vaginanya dari belakang. Dalam posisi demikian, Jon memaju-mundurkan pinggulnya sambil berpegangan pada kedua payudara Astrid. Mulutnya sibuk menciumi pundak dan lehernya membuat Astrid serasa melayang, sekonyong-konyong dia tidak merasa diperkosa karena turut menikmatinya. Ditariknya wajah Astrid hingga menengok ke belakang dan begitu wajahnya menoleh bibir tebalnya langsung memagut bibirnya. Karena sudah pasrah, Astrid pun ikut membalas ciumannya, lidah mereka saling membelit dan beradu, air liur mereka menetes-netes di pinggir bibir. <br />“Ahhh... ahhhh.... oohhhhh... oohhhh...” Astrid mengerang setiap kali Jon menyodokkan penisnya, di lain pihak, Jack ikut memberi semangat setiap kali Jon menyodok vagina Astrid sambil merekam adegan persetubuhan itu. <br />“Ayoo.. terusss.. teruss Nona ... yeahh... oohhh... baguss..” Jack memberi semangat sembil merekam terus persetubuhan itu, dia menyorot wajah Astrid yang memerah karena dorongan birahi yang memuncak, sesekali Jack bahkan menyorot ke daerah vagina Astrid sehingga proses keluar masuknya penis Jon di dalam vaginanya direkam dengan jelas. <br />Menit demi menit berlalu, Jon masih bersemangat menggenjot Astrid. Sementara Astrid sendiri sudah mulai kehilangan kendali diri, dia kini sudah tidak terlihat sebagai seseorang yang sedang diperkosa lagi, melainkan nampak hanyut menikmati ulah preman itu. Kemudian Jon mengganti gaya lagi, kali ini ditelentangkannya lagi tubuh Astrid, lalu diangkatnya kedua paha Astrid dan disampirkannya ke pundaknya, lalu kedua tangannya mencengkeram pergelangan tangan Astrid, dan menariknya kuat-kuat, kemudian Jon kembali mendesakkan penisnya ke vagina Astrid dan menggenjotnya. Astrid menggeliat antara sakit bercampur nikmat, perlakuan Jon yang kasar ternyata justru membuat gejolak birahi Astrid kian meledak. gaya bercinta jon yang barbar justru menciptakan sensasi tersendiri. Di ambang klimaks, tanpa sadar saat Jon melepaskan pegangannya dan kembali menindih tubuhnya, Astrid memeluk Jon dan memberikan ciuman di mulutnya. Mereka berpagutan sampai Astrid mendesis panjang dengan tubuh mengejang, tangannya mencengkeram erat-erat lengan kokoh Jon. Sungguh dahsyat orgasme yang didapatnya, namun ironisnya hal itu didapat dari seorang pria mesum yang sebenarnya sedang memperkosa dirinya. <br />Penis Jon yang masih menancap di vaginanya belumlah terpuaskan, maka setelah jeda beberapa menit dia bangkit sehingga penis itu terlepas dari tempatnya menancap. Astrid yang belum pulih sepenuhnya disuruhnya menungging dengan tangan dan wajah bertumpu pada kasur. <br />“Oohh…sudah Tuan... saya sudah nggak kuat... tolong !” Astrid memelas dengan lirih <br />Mendengar itu, Jon cuma nyengir saja, dia merenggangkan kedua paha Astrid dan menempelkan penisnya pada bibir kemaluannya. <br />“Uugghh…oohh !” desah Astrid dengan mencengkram seperei dengan kuat saat penis itu kembali melesak ke dalam vaginanya. Sementara tangan Jon memegang dan meremas pantatnya sambil menyodok-nyodokkan penisnya, cairan yang sudah membanjir dari vagina Astrid menimbulkan bunyi berdecak setiap kali penis itu menghujam. Suara desahan Astrid membuatnya semakin bernafsu sehingga dia meraih payudara Astrid dan meremasnya dengan gemas seolah ingin ...<br />...melumatkan tubuh sintal itu. <br />Limabelas menit lamanya Jon menyetubuhinya dalam posisi demikian, seluruh bagian tubuh Astrid tidak ada yang lepas dari jamahannya. Sekalipun merasa pedih dan ngilu oleh cara Jon yang barbar, namun Astrid tak bisa menyangkal dia juga merasakan nikmat yang sulit dilukiskan, <br />Akhirnya Jon menggeram dan merasakan sesuatu akan meledak dalam dirinya. Dan serentak dia mencabut penisnya kemudian membalikkan tubuh Astrid sampai terlentang lagi, lalu Jon mengangkangi wajah Astrid sembil mengocok-ngocok penisnya sendiri tepat di depan wajah Astrid. <br />“Crtt…crt…crt....,” spermanya muncrat membasahi wajah Astrid. Belum cukup sampai situ, disuruhnya Astrid menjilati penisnya hingga bersih, setelahnya barulah dia merasa puas dan memakai kembali celananya. Dibiarkannya Astrid terkapar di ranjang itu, wajahnya tampak sedih dan basah oleh keringat, air mata dan cairan sperma yang sangat banyak melumuri wajahnya, dalam hatinya berkecamuk antara kepuasan yang sensasional ini dan rasa benci pada pria yang baru saja memperkosanya. <br />“hehehehe..” Jack tertawa puas sambil mematikan handycamnya. “Kita dapat film yang sangat bagus hari ini. Berkat pelacur kita yang satu ini..” <br />“Benar Jack,” Jon menambahkan sambil tersengal. ”Jepitan tempiknya mantap, gue jadi ketagihan sama tempiknya.” <br />“Suruh dia membersihkan wajahnya!” Jack memerintah. Jon dengan gontai mengambil seember air yang memang sudah disiapkan di sudut ruangan. Astrid ditariknya turun dari ranjang lalu dipaksanya untuk membersihkan mukanya yang penuh cairan sperma. <br />Setelah agak lama membiarkan Astrid -yang sengaja dibiarkan untuk memulihkan tenaganya- Jack kemudian mendekati Astrid. <br />“Nah, sekarang episode duanya sama gue,” kata Jack tenang sambil melepas seluruh pakaiannya. Astrid terdiam antara shock dan ketakutan melihat Jack yang sudah telanjang bulat di hadapannya. <br />“Oke Jon, kita mulai ya...?” Jack memberi komando dan Jon mulai merekam lewat handycamnya. Jack memeluk tubuh Astrid yang bugil sampai rapat dengan tubuhnya. <br />“Lihat ke kamera dong Sayang.. senyum... ” kata Jack sambil memalingkan wajah Astrid ke arah handycam di tangan Jon, mau tidak mau Astrid melihat ke arah handycam itu. Astrid memaksakan diri untuk tersenyum meskipun wajahnya berlinang air mata. Sementara itu Jakck mulai melancarkan aksinya dengan mencium pipi Astrid berulang-ulang, Jack bahkan menggosok-gosokkan bibirnya di pipi Astrid yang mulus itu. Kamudian dia juga menciumi dan mengulum bibir Astrid, Astrid hanya bisa meronta lemah. <br />“Sekarang Nona cantik tolong emut punya saya dong..” kata Jack santai. Astrid hanya bisa mengangguk. Perlahan dia berlutut tepat di depan Jack. Wajahnya diturunkan sampai tepat menghadap penis Jack. <br />“Sekarang?” tanya Astrid yang sepertinya ragu melakukannya. <br />“Iya dong Non masa harus nunggu sampai besok!” jawab Jack santai. Kemudian dengan tangan gemetar Astrid melingkarkan telapak tangannya pada penis itu. Didekatkannya penis Jack ke mulutnya, dan mulai menjilati ujung penisnya, terasa asin, dan terasa ada cairan sedikit pada ujungnya, Astrid menutup matanya dan langsung memasukkan penis itu ke dalam mulutnya, dihisap dan dikulumnya penis itu dengan lembut, sesekali Astrid mengocok-ngocok penis itu dengan tangannya juga, lama kelamaan Astrid mulai terbiasa dengan penis Jack dan mulai dapat menyesuaikan diri, Astrid menjilati samping-sampingnya hingga ke buah pelirnya, Astrid bahkan memainkan ludahnya sedikit di penis itu, kemudian Astrid kembali memasukkan kepala penis itu ke mulutnya. Jack mendesah merasakan kehangatan mulut Astrid, sentuhan lidahnya memberi sensasi nikmat padanya. <br />Jack mendesah merasakan belaian lidah Astrid pada penisnya serta kehangatan yang diberikan oleh ludah dan mulutnya. Pertama kalinya sejak keluar penjara lalu dia kembali menikmati kehangatan tubuh wanita. Astrid sendiri walaupun merasa jijik dan kotor, tanpa disadari mulai terangsang dan mulai mengulum benda itu dalam mulutnya. <br />“Uuhhh…gitu Non, enak…mmmm !” gumamnya sambil memegangi kepala Astrid dan memaju-mundurkan pinggulnya. <br />Astrid merasakan wajahnya makin tertekan ke selangkangan dan buah pelir Jack yang berbulu lebat itu, penis di dalam mulutnya semakin berdenyut-denyut dan sesekali menyentuh kerongkongannya. Sekitar sepuluh menit lamanya dia harus melakukan hal itu, sampai Jack menekan kepalanya sambil melenguh panjang. <br />“Ohhh... “ Jack melenguh, tapi dia tidak ingin buru-buru. Dia melepaskan penisnya dari kuluman bibir Astrid. Dia lalu menyuruh Astrid untuk bergaya seperti anjing. <br />“Hehehehehe.. kita mulai ya Non..” kata Jack, rupanya dia ingin menyetubuhi Astrid dengan gaya doggy style. Dia mengarahkan penisnya kearah kemaluan Astrid, sementara Astrid masih dalam keadaan membungkuk terlungkup, Astrid merasakan ujung penisnya menyentuh ujung vaginanya. <br />"Dia yang minta lho,” kata Jack sambil menghadap kamera diikuti tawa Jon yang men zoom wajah Jack. Astrid merasa terhina oleh ucapan itu tapi Astrid tidak bisa berbuat apa-apa, dia telah menjadi budak seks mereka. Akhirnya Astrid merasakan penisnya menyeruak masuk ke dalam vaginanya, Jack mulai mengenjotnya dengan posisi doggy style. <br />"OOugh… ough… ...<br />...gila… enak… waduh…kok masih sempit sih tempiknya?” Jack meracau sambil terus mengenjot vagina Astrid, tangannya meremas remas payudara Astrid dari arah belakang. Sementara Jon mengarahkan kamera handycamnya ke arah di mana penis Jack memasuki vagina Astrid dehingga setiap gerakan dan suara gesekan penis Jack dan vagina Astrid terekam dengan jelas. Astrid membuka pahanya lebih lebar seiring dengan sodokan Jack yang semakin ganas agar tidak terlalu perih. Selain itu dia juga mulai menggerakkan pinggulnya mengikuti irama goyangan Jack. <br />"Enak kan non? Gue bikin Nona ketagihan ya?" ledek Jack. <br />"Iya Tuan... ahhhh... enak banget...." Astrid tidak peduli lagi bahwa saat ini dirinya sedang diperkosa. <br />Sekitar sepuluh menit lamanya Jack menyetubuhi Astrid dengan posisi seperti itu, lalu dia memeritahkan Astrid berganti gaya. Sekarang Jack berbaring di lantai dengan memakai pakaiannya sebagai alas kepala, disuruhnya Astrid melakukan gaya woman on top dengan bergoyang di atas penisnya. Dengan pertimbangan mengakhiri perkosaan itu secepatnya, Astridpun menaiki penis Jack lalu mulai menaik-turunkan tubuhnya. Kemudian Jack menarik tubuh Astrid sampai merapat dengan tubuhnya sambil tetap memaksa Astrid bergoyang di atas penisnya. <br />Astrid sempat menggenjotkan vaginanya sendiri di penis Jack sekitar lima menitan sebelum Jack memutuskan berganti posisi, sekarang dia kembali menelentangkan tubuh Astrid lalu menarik pergelangan kakinya dan membentangkan kedua pahanya, kemudian dia mengambil posisi diantara kedua paha itu. Jack langsung menyodokkan penisnya diiringi erangan panjang Astrid. Jack menghentak-hentakkan pinggulnya membuat tubuh Astrid berkelojotan, mulutnya megap-megap mengeluarkan rintihan yang justru membuat jack tambah bernafsu. <br />“Ayo lihat sini, ke arah kamera!” sahut Jon yang mengarahkan handycam itu pada mereka. <br />“Jangan…tolong jangan ahhh… …ahhh !” kata Astrid di tengah erangan nikmatnya, Jack merentangkan kedua tangannya itu ke samping sehingga wajah Astrid yang terangsang hebat bisa direkam dengan jelas. Jack tertawa-tawa melihat ke arah kamera seolah bangga bisa menikmati tubuh wanita secantik Astrid. Tak lama kemudian, tubuh Astrid mengejang dan menekuk ke atas sampai tulang-tulang rusuknya terjiplak di kulitnya. Dia merasa seperti ada suatu ledakan hebat dari dalam tubuhnya yang tidak bisa ditahan dan menyebabkan tubuhnya menggelepar-gelepar bak ikan keluar dari air. Tidak dapat disangkal bahwa perasaan itu nikmat luar biasa melebihi kenikmatan yang pernah dirasakan sebelumnya. Jack masih terus menggenjotnya selama beberapa menit ke depan, dan akhirnya dia pun mencabut penisnya lalu buru-buru mendekati wajah Astrid dimana dia menyemprotkan spermanya. Cairan putih kental pun berceceran membasahi wajah dan rambut gadis itu. <br />Mereka tertawa-tawa puas setelah memperkosa Astrid, tapi itu belum selesai. Tiba-tiba mereka memberikan sesuatu pada Astrid, sebuah penis mainan terbuat dari karet yang bisa menempel ketat di lantai. Mereka lalu memasang penis mainan sepanjang 20 cm itu di lantai lalu memaksa Astrid memasukkan penis itu ke vaginanya. Tadinya Astrid menolak sambil memohon-mohon, tapi setelah satu tamparan mendarat di pipinya, Astrid pasrah. Dia lalu mengangkangi penis karet itu dan mendesakkan vaginanya. <br />“Ahhh.... AHHHKK..” Astrid meringis dan merintih kesakitan saat penis karet itu menusuk vaginanya. Dipaksakannya untuk terus mendorong vaginanya sampai penis karet itu amblas sleluruhnya di dalam vaginanya. Astrid merngis kesakitan, air matanya meleleh keluar menahan rasa sakit di vaginanya. <br />“Goyangin pantatnya dong Non..” kata Jack dengan nada memerintah. Astrid perlahan-lahan mengangkat kembali pantatnya, penis karet itu seperti lolos dari vaginanya, tapi kemudian diturunkannya kembali pantatnya sehiangga penis itu amblas lagi, diulanginya lagi gerakan itu berulang-ulang, semula pelan, tapi kemudian Astrid mempercepat gerakan pantatnya yang naik turun membuat penis karet itu mengocok-ngocok vaginanya. Astrid mengerang antara sakit dan nikmat merasakan penis karet yang mengaduk-aduk vaginanya. Hampir sepuluh menit Astrid memperkosa dirinya sendiri sampai akhirnya tubuhnya mengejang, badannnya melengkung ke belakang membuat tulang iganya menjiplak di kulit tubuhnya, diiringi satu erangan keras Astrid kembali mengalami orgasme lalu dia terkapar di lantai dengan terengah-engah, sekujur badannya terasa nyeri terutama di bagian selangkangannya. Dia memajamkan mata, kali ini dia lebih menderita daripada sebelumnya, air matanya kembali meleleh, air mata kesedihan dan penderitaan. <br />“Hahahahahahaha...” Jack dan Jon tertawa mengejek. “Ternyata dia seneng banget dientot, tuh buktinya pingin lagi, sampai pakai kontol mainan pula..” <br />Astrid hanya bisa menangis mendengar penghinaan demi penghinaan yang dilontarkan oleh kedua preman itu, meskipun hatinya terasa perih tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dirinya sudah dikuasai bulat-bulat oleh kedua preman itu. <br />“Bagaimana Nona? Enak kan ngentot sama kami?” Jack berjongkok sambil meremas payudara Astrid yang sebelah kiri. “Nona sebetulnya berbakat lho jadi pelacur, kenapa Nona nggak nyoba saja jadi pelacur? Pasti pelanggan Nona banyak.” <br />Jon tertawa terbahak menengar ucapan yang sangat merendahkan itu, sementara Astrid hanya bisa ...<br />...berlinang air mata. Kemudian mereka menyeret Astrid ke kamar mandi. Di kamar mandi yang sempit itu mereka mengguyur tubuh Astrid dengan air dingin membuat Astrid menggigil kedinginan. Mereka juga menyabuni tubuh Astrid dengan sabun cair sambil tentunya menggosok-gosok tubuh Astrid dan bagian yang paling sering disabuni adalah bagian payudara, pantat dan vagina Astrid. Dan hal itu membuat kedua preman itu menjadi terangsang lagi. Dengan kasar dipaksanya Astrid menungging di lantai kamar mandi yang dingin lalu Jon kambali memperkosanya dari belakang, kali ini bahkan lebih brutal dari sebelumnya, Astrid sampai menjerit-jerit kesakitan. Tapi jeritan Astrid itu justru menambah semangat Jon untuk memperkosa Astrid. Setiap sepuluh menit mereka bergantian memperkosa Astrid berselang-seling, Jon sepuluh menit, Jack sepuluh menit. Hal itu membuat keduanya bisa bertahan lama sekali. Astrid sendiri makin lemas dan kelelahan, dia tidak tahu lagi berapa lama kedua preman itu memperkosanya, dirinya sekarang hanya bisa merintih kesakitan sambil sekaligus terangsang hebat. Astrid merasakan pedih luar biasa di vaginanya, selama puluhan menit keduanya menyetubuhinya dan berkali-kali pula Astrid mengalami orgasme sehingga tubuhnya menggelepar-gelepar di lantai. Perkosaan itu baru berakhir setelah kedua preman itu merasa puas, mereka lalu menyemprotkan spermanya di dalam rahim Astrid. <br />Hampir satu jam lamanya kedua preman itu secara bergantian menyetubuhi Astrid yang kini tertelungkup tidak berdaya dengan rintihan kesakitan keluar dari bibirnya, sekujur tubuhnya terasa sakit seperti habis dipukuli. Astrid tidak mampu lagi bergerak, dia hanya diam saja saat kedua preman itu menyeretnya ke sebuah kamar tidur yang tertutup rapat. Seluruh jendelanya tertutup dan berterali besi. Hanya ada sebuah kasur busa usang yang ada di situ. <br />“Nah, nona cantik, sekarang Nona boleh tidur di sini, tapi ingat ya, jangan macam-macam, kalau Nona menurut maka tidak akan terjadi apa-apa, mengerti?” Jack berkata dengan nada mengancam. Astrid hanya mengangguk lemah. Dia kemudian ditinggalkan di kamar itu, sendirian, kedinginan karena Jack dan Jon hanya memperbolehkan Astrid memakai BH dan celana dalam saja. <br />Tubuh Astrid gemetar karena dingin dan kelelahan. Pikirannya kacau balau, dia tersiksa secara fisik dan mental tapi dia tidak berani melawan, dia takut ancaman kedua preman itu yang akan menghabisi seluruh keluarganya. Karena kekelahan dan putus asa, Astrid akhirnya tertidur.sahronihttp://www.blogger.com/profile/04363341387314395578noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5426126127632947342.post-7478335395939816972010-03-19T18:44:00.000-07:002010-03-19T18:47:56.322-07:00Dulu Meronta, Kini Meminta mintaSetelah membaca tulisan yang berjudul “Rumput Tetangga Lebih Hijau & Lebih Nikmat” aku terilhami untuk menuliskan pengalamanku bermain seks dengan tetanggaku sendiri walaupun jalan ceritanya berbeda dengan yang diceriterakan oleh penulis ceritera tersebut. Aku harus menjalani dulu perjuangan yang berat. <br /><br />Aku, riyans_2000@hotmail.com, adalah seorang laki-laki yang sudah beristri dan mempunyai seorang anak yang sudah berumur 7 tahun dan sudah bersekolah di kelas 1 SD. Karena anak kami masih kecil dan jarak antara rumah kami dengan SD tempat anak kami bersekolah cukup jauh maka setiap hari istriku mengantarkan anak kami ke sekolah. Kami mempunyai tetangga, suami istri, yang sudah sangat akrab dengan kami. Istrinya, sebut saja Heni, sangat akrab dengan istriku sehingga hampir setiap hari ia bermain ke rumah kami, dan kalau berkunjung ke rumah kami biasanya ia langsung masuk tanpa mengucapkan salam atau membunyikan bel. Suaminya sendiri bekerja di perusahaan swasta yang seringkali pulang malam dan kebetulan mereka belum dikaruniai anak. <br /><br />Heni biasa memanggil istriku dengan sebutan Teteh sedangkan kepadaku ia biasa memanggil Mas Ary. Ia adalah seorang wanita yang cantik, kulitnya putih mulus, dan bodinya pun menggiurkan namun sangat bersahaja dan lugu, tidak pernah neko-neko, baik dalam cara berpakaian maupun cara bergaul, pokoknya polos. Kalau berkunjung ke rumah kami biasanya ia hanya memakai daster, atau kadang-kadang memakai kain, namun bagiku hal tersebut menjadikan dia sangat seksi. Aku merasa sangat senang kalau ia berkunjung ke rumah kami dan berlama-lama mengobrol dengan istriku sebab aku bisa berlama-lama pula mengintipnya dari balik garden kamar memperhatikan tubuhnya yang sintal. Bahkan kalau sudah tidak tahan aku pun melakukan onani sambil mengintipnya dan membayangkan seandainya tubuh Heni itu bugil dan aku menggumulinya. Bahkan tidak jarang ketika aku sedang menyetubuhi istriku pikiranku berfantasi seolah-olah aku sedang menyetubuhi Heni, dan memang dengan berfantasi seperti itu aku merasakan kenikmatan yang lebih dari biasanya. Namun aku sering merasa kesal karena orang yang sering kubayangkan tersebut selalu bersikap acuh terhadap diriku. Aku sering mencoba memancing ke arah pembicaraan yang agak menjurus namun ia tidak pernah menanggapinya, bahkan pura-pura tidak mendengarnya. Sikapnya tersebut membuat diriku semakin merasa penasaran. <br /><br />Pada suatu hari istriku minta izin kepadaku untuk pergi ke rumah saudaranya yang rumahnya agak jauh, setelah pulang dari sekolah anak kami, dan diperkirakan baru akan pulang ke rumah sore harinya. Aku pun tidak berkeberatan karena aku pun tidak akan pergi ke mana-mana sehingga tidak khawatir dengan keadaan rumah kami. Aku pun bersantai-santai saja di rumah sambil menyetel vcd porno yang tidak berani kusetel bila anak kami sedang berada di rumah. Aku menikmati tontonan yang merangsang tersebut sambil membayangkan bahwa yang bermain di dalam film porno tersebut adalah aku dan Heni. Aku terhanyut dalam bayangan bahwa diriku sedang menggumuli tubuh bugil Heni. Kebetulan sudah seminggu kontolku tidak mendapat jatah karena istriku sedang berhalangan. Kontolku sudah sangat ngaceng. <br /><br />Sedang asyik-asyiknya aku menonton sambil mempermainkan kontolku tiba-tiba pintu yang lupa aku kunci dibuka orang sehingga kontan kumatikan vcd player yang sedang kusetel. Ternyata yang membuka pintu tersebut adalah Heni yang langsung masuk sambil memanggil-manggil istriku: “Teh ……. Teh ……”. Ia memakai kain dan baju atasannya agak terbuka atasnya, sehingga pangkal buah dadanya yang putih mulus dan montok terlihat sedikit. Kain yang dipakainya agak basah, mungkin ia baru selesai mencuci sehingga pinggulnya tercetak dengan jelas dan aku tidak melihat garis segitiga di balik kain yang dikenakannya itu sehingga aku berkeyakinan bahwa ia tidak memakai celana dalam. Hal itu menyebabkan aku semakin terangsang. “Mas, Tetehnya ke mana?” tanyanya. “Ke rumah saudara, pulangnya nanti sore!” jawabku, “Memangnya mau apa sih Hen?” tanyaku. “Anu Mas, mau pinjam seterikaan, kepunyaan saya rusak”. Datanglah setan membisikkan ke dalam diriku bahwa aku harus memanfaatkan kesempatan ini untuk mewujudkan hal yang selama ini selalu menjadi fantasiku. Aku berkata: “Biasanya sih di kamar tidur, ambil saja sendiri!”, padahal aku tahu bahwa seterikaan tersebut tidak disimpan di kamar tidur. Ketika Heni pergi ke kamar tidur untuk mencari seterikaan aku segera mengunci pintu agar tidak ada orang lain yang mengganggu rencanaku. Kontolku sudah sangat keras karena ingin segera mendapat jatah. <br /><br />Dari dalam kamar tidur terdengar Heni berkata: “Kok enggak ada Mas, di sebelah mana ya?” Aku pun masuk ke kamar tidur dengan hanya mengenakan sarung tanpa memakai celana dalam supaya rencanaku tidak terhambat dengan cd. Nampaknya Heni tidak menaruh curiga apa-apa. “Mungkin di bawah tempat tidur!” kataku. Kemudian Heni pun melihat ke bawah tempat tidur, tentu saja sambil menungging. Ketika Heni menungging aku melihat sebuah pemandangan yang sangat indah dan sangat menggairahkan. Pantat Heni yang bahenol tercetak ..pada kain yang dikenakannya, dan sekali lagi aku yakin bahwa Heni tidak memakai celana dalam karena aku tidak melihat garis segitiga pada pantatnya yang bahenol itu. <br /><br />Karena sudah tidak tahan maka aku pun segera memeluk tubuh Heni dari belakang sambil menggesek-gesekkan kontolku pada pantatnya. Ternyata Heni memberikan reaksi yang tidak kuharapkan. Ia meronta-ronta berusaha melepaskan tubuhnya dari pelukanku sambil memaki-maki diriku, “Mas apa-apaan sih? Lepaskan diriku, aku tidak mau melakukan ini, kamu bajingan Mas, tidak kusangka!” Melihat reaksinya yang seperti itu pada mulanya aku pun merasa ragu untuk melanjutkan perbuatanku, namun rupanya bisikan setan lebih dahsyat daripada akal sehatku, sehingga walaupun Heni meronta-ronta sambil memaki-maki aku tidak peduli, bahkan aku semakin bernafsu. <br /><br />“Ampun Mas, lepaskan aku, aku tidak mau melakukan hal yang seperti ini!” Heni berkata sambil menangis dan meronta-ronta. Aku semakin ganas, kuhempaskan tubuh Heni ke atas tempat tidur sambil kutarik kainnya secara paksa sehingga kain tersebut lepas dan terlihatlah kemaluan Heni yang ditumbuhi bulu yang lebat. Aku pun semakin bernafsu, aku berusaha untuk membuka pakaian bagian atasnya, namun aku mendapat kesulitan karena Heni selalu mendekapkan tangannya erat-erat di daarya sambil terus menangis, kakinya pun selalu dirapatkan erat-erat sambil menendang-nendang sehingga aku mendapat kesulitan untuk memasukkan tubuhku di sela-sela pahanya. <br /><br />Mungkin karena sudah lelah atau karena lengah pada suatu kesempatan aku mendapat kesempatan untuk merenggangkan pahanya dan tubuhku berhasil masuk ke sela-sela pahanya. Dari sana aku berusaha untuk melepaskan pakaian bagian atas Heni dan sekaligus bh-nya yang pertahankan dengan gigih, sambil meronta-ronta, menjerit-jerit, memukul, dan mencakari tubuhku. Akhirnya aku berhasil menyobekkan pakaian bagian atasnya dan melepaskan bh-nya, dan aku pun berhasil mendaratkan bibirku pada susunya yang masih keras, maklum belum dipakai menyusui, kecuali suaminya. Tidak ayal lagi aku pun menciumi susunya dan sesekali mengulum putingnya dan menyedotnya. Diperlakukan demikian Heni mendesah, namun ia masih terus melakukan perlawanan dengan cara meronta-ronta sambil menangis, walaupun rontaannya sudah agak melemah, entah karena kecapekan entah karena mulai terangsang. Sejalan dengan itu pertahanan pahanya pun mengendur sehingga lambat laun kontolku yang sudah super tegang berhasil menyentuh bagian luar memeknya dan kugesek-gesekkan kontolku untuk mencari lubang yang selama ini aku idam-idamkan. <br /><br />Akhirnya kontolku berhasil menemukan lubang idaman tersebut, dan secara perlahan tapi pasti aku pun memasukkan kontolku ke dalam lubang tersebut. Ketika kontolku berhasil melakukan penetrasi ke dalam lubang memeknya serta merta terdengar mulut Heni mendesah dan merintih, badannya pun menjadi lemas, perlawanannya mengendur, dan ketika penetrasi kontolku kusempurnakan dengan tekanan yang mantap ia pun menjerit tertahan, “Aaaaaaahhhh ……… Maaaassssssss …………..”. Inilah reaksi yang sangat aku harapkan ….. Ketika kontolku aku naikturunkan dengan cepat pantat Heni pun mengimbanginya dengan gerakan sebaliknya. Sekarang bibirku pun dengan leluasa tanpa hambatan bermain di puting susunya, sesekali aku bergerilya di ketiaknya yang ditumbuhi bulu yang lebat, aromanya yang agak bau keringat sangat aku senangi sehingga semakin meningkatkan gairahku. Tangan Heni yang tadinya dipergunakan untuk memukuli dan mencakar tubuhku kini ia pergunakan untuk memeluk dan mengelus-elus punggungku. Tadinya ia menangis dan menjerit-jerit karena menolak kini ia menjerit-jerit dan mendesah serta mengerang karena gairah yang memuncak. “Aaaaaahhhhhh ……..…….. Eeeeeeeemmmmmmhh ……… Aduuuuuuuhhhhhhh ………. Ssssssshhhhhhh ………. Sssssssshhhhh ………… sssssshhhhhhh ………. Hhhhhhhmmmmmmmhhh ………….. Maaaaassssssss ……….. Nikmaaaaaaaaatttttttt”. <br /><br />Heni meladeni semua permainanku dengan sangat agresif, kami berguling-guling di atas tempat tidur, kadang aku di atas kadang Heni yang di atas. Nampak sekali ia sangat menikmati permainan ini, sama sekali tidak tampak bekas-bekas penolakannya. Ketika aku suruh dia menungging untuk melakukan posisi dog-style ia menolak, “Jangaaaaaan Masssssssss, jangan dari dubuuuuur …… aku tidak suka, jijiiiiiiiiikkkkk” Rupanya ia mengira bahwa aku akan menyodominya karena oleh suaminya ia tidak pernah disetubuhi dari arah belakang. Aku pun memaksanya untuk menungging, posisi yang sangat aku sukai ketika bersetubuh dengan istriku. Dengan terpaksa Heni menuruti keinginanku. Pemandangan yang aku lihat saat Heni menungging semakin meningkatkan birahiku, pantatnya yang putih dan bulat serta memek berbulu yang terjepit oleh pahanya, aaaahhhh …….. sungguh menggairahkan. Segera aku arahkan kontolku yang masih sangat tegang itu ke arah memeknya yang terjepit oleh paha mulus. Ketika kontolku secara perlahan-lahan masuk ke dalam memeknya, Heni menggelepar-gelepar .....sambil kelojotan merasakan sensasi yang baru ia rasakan setelah beberapa tahun menikah. “Aaaaaaaaawwwwww ………….. Maaaassssssss ……….. Enak sekaliiiiiiiiiiiiii ……….. Terus Maaassssss jangan lepaskan kontolmuuuuuuuuuu ………. Adduuuuuuuuhhhhhhh ……….. teruuuuuus tekaaaannnnnnnnn yang keraaaaaaaaassss …….. kalau bisa dengan kanjutnyaaaaaaaa ……….! Tangannya menggapai-gapai ke belakang ingin menarik pantatku agar kontolku masuk lebih dalam lagi. Dengan leluasa pula kedua tanganku mempermainkan susunya yang menggelantung dengan indah. Maka erangan Heni pun semakin menjadi-jadi karena ia mendapat kenikmatan dari dua arah. Memeknya yang aku kocok terus dengan kontolku dan susunya yang terus aku permainkan dengan tanganku. Heni pun menjerit dan mengerang dengan histeris, mulutnya meracau mengeluarkan kata-kata jorok yang semakin merangsang diriku. “Maaaaaasssss ……….. jangan lepaskan kontolmu dari memekku, puaskanlah memekku dengan kontolmuuuuuuuu ……….. aku baru merasakan kenikmatan yang seperti ini, kontoooooolllllllll …………. Aaaaawwwww ………. Maaassssss, aku ingin agar kontolmu terus berada di dalam memekku ……. Aaaaaaaahhhhhhhhh ……….. sssssshhhhhhhhhhhhhh ………… sssssshhhhhhhhhh ………….. <br /><br />Kucabut kontolku dari memek Heni karena aku sudah merasa agak lelah dengan posisi tersebut. Heni menyangka bahwa aku akan menyelesaikan eweanku terhadap dirinya, ia marah-marah dan meminta agar aku segera memasukkan lagi kontolku ke dalam memeknya, “Mas jangan dicabut dong kontolnya, Aku belum orgasme nih! Ayo masukkan lagi! Aaaaahhhhh ……….. Kontolmu Maaaaasssss ………”. Namun aku mempunyai rencana lain. Aku minta agar Heni berbaring telentang dengan kaki menekuk. Aku segera mengarahkan mukaku ke memeknya, mula-mula aku jilati bagian dalam pahanya, kemudian aku jilati memeknya dan aku hisap itilnya. Diperlakukan demikian kontan Heni menjerit karena ia tidak menyangka akan mendapat perlakuan seperti itu, dan memang ia tidak pernah diperlakukan demikian oleh suaminya. Suaminya sangat konvensional. “Aaaaaawwwwww ……………… Maaaaaassssss ………. Geliiiiiiiiiiii …….. tapi nikmaaaaaaatt ………. Terus Mas hisap itilkuuuuuuuu ………, jilat memekkkuuuu ……… agak ke bawah Masss, ya …….. ya …….. benar disitu Maaaaasssss, ………. Aaaaaaaawwwwwww ………. Maaaasssssss …….. mana kontolmu …. Kesinikan …….. aku ingin mengulumnya ……..” Maka aku pun berputar untuk menyodorkan kontolku ke melut Heni, dan kami pun mempraktekkan posisi 69. Kontolku dijilati oleh Heni, kadang-kadang dikenyotnya dalam-dalam. Aku pun mengerang sambil terus menghisap memek Heni yang sudah dipenuhi oleh lendir. <br /><br />Ketika aku merasa bahwa aku akan mencapai orgasme aku pun mencabut kontolku dari mulut Heni dan segera memasukkannya ke dalam memeknya sambil terus digenjot. Nampaknya Heni pun sama akan mencapai orgasme, gerakan pantatnya semakin liar, desahannya semakin kerap. Dan ketika aku merasa ada yang mendesak di dalam kontolku aku pun menekankannya keras-keras ke dalam memek Heni sambil memeluk tubuhnya erat-erat, Heni pun demikian pula, ia memeluk tubuhku erat-erat sambil menahan tekanan kontolku. Maka kami pun mengalami orgasme secara bersamaan dan kami pun sama-sama mengeluarkan suara erangan yang panjang sebagai tanda bahwa kami berada pada puncak kepuasan. Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhh …………. Ssssssshhhhhhhhhhhh …………….. Maaaaaaaaaaasssssss ………….., Heeeeeeeeeennnnnnnn. Tubuh kami pun terkulai bermandikan keringat, Heni memeluk erat-erat tubuhku seolah-olah tidak mau lepas selamanya. Ia berbisik dengan manja sambil nafasnya terengah-engah, “Mas maaf yah atas kelakuanku terhadap Mas Ary tadi! Tadinya Heni kira ngewe itu dengan siapa pun rasanya sama saja, ternyata ngewe dengan Mas Ary itu beribu-ribu kali lebih nikmat dibandingkan dengan ngewe bersama suami Heni. Terus terang saja kadang-kadang Heni merasa bosan ngewe dengan suami Heni karena ia hanya mementingkan diri sendiri. Baru kali ini Heni mengalami yang namanya orgasme. Ah kontol Mas Ary sangat perkasa, aaaahhhhh ………. Kontooooooool……. Kamu ini kok nikmat sekali!”. Sambil berkata demikian ia mempermainkan kontolku sehingga kontolku tegang kembali. <br /><br />Melihat kontolku sudah ngaceng kembali Heni merengek meminta ngewe kembali. “Mas, ngewe kembali yu? Tuh kan kontolnya sudah tegang kembali, Heni akan meladeni Mas Ary sampai kapan pun kontol Mas Ary sanggup menancap di dalam memek Heni! Ayo dong Mas!” Aku pura-pura tidak mau (padahal nafsu sih sudah sampai ke puncak ubun-ubun) “Enggak mau ah nanti suamimu keburu pulang, lagi pula Heni kan mau menyeterika, kita cari saja seterikaan itu”. “Enggak Mas, suamiku sedang pergi ke luar kota, baru besok ia pulang. Soal seterikaan sekarang sudah menjadi ...<br />...nomor ke berapa, jauh lebih penting kontolmu Mas dibanding dengan seterikaan. Menyeterika itu seringkali terasa membosankan tetapi ngewe denganmu rasanya aku tidak akan pernah bosan maaaaaasss ……. Cepet doooongngng ……… coba raba memekku Mas, sudah sangat basaaahhhh masssss, ayo doooooong ……., kontoooooollllll …….”, Heni menjawab, ia tetap merengek meminta agar aku memasukkan kontolku ke dalam memeknya, namun aku diam saja seperti tidak mau. Karena aku tidak bereaksi maka Heni pun mengambil inisiatif, ia segera naik ke atas tubuhku, menciumi dadaku, menyodorkan susunya ke mulutku agar kuhisap, menyodorkan ketiaknya agar aku menjilatnya, dan menyodorkan memeknya ke mukaku, “Mas, jilat dong memekku, hisap itilnya sesukamu, aku inghin mendapat kenikmatan lagi, silahkan dong Maaasssss …..!”. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan yang menggairahkan ini, segera aku menjilati memeknya dan menghisap itilnya, kadang-kadang menggigitnya. Diperlakukan demikian Heni mendesah dan mengerang sambil pinggulnya tidak henti-hentinya menggelinjang, “Aaaahhhhh ……… Maaasssss ……… terus beri aku kenikmataaaaaan, aaaawwwww …….. jangan terlalu keras menggigitnya dooooong Mas, aaahhhhhhhh ………. Ssssshhhhhhh ……… ssssssshhhhhhh ……….. nikmaaaaaaat ……….”. <br /><br />Tidak lama kemudian ia mengarahkan lubang memeknya ke arah kontolku yang memang sudah ngaceng dari tadi dan kontolku pun menyambutnya dan terus melakukan penetrasi sambil terus kunaikturunkan pantatku untuk mengimbangi goyangan pantat Heni. “Aaaaaaaaaaaahhhhhhhh ……….. ssssshhhhhhh ……..”, Heni pun menjerit karena merasa senang diperlakukan demikian, “aaaaaahhhhh …….. hmmmmmhhhhhh ………. Massssssss …….. terus tancapkan kontolmu ke dalam memekku ……… ssssshhhhhhhh ……. aku rela maaaasssss …….. Maaassss bulu kanjutmu menambah kenikmatan memekku maaaaasssss …….. aaaahhhhhhh ……. Kontoooollllll …….. Setelah berlangsung agak lama Heni meminta aku mencabut kontolku dan menusuknya dari belakang, “Maaaaasssss …….. cabut dulu kontolmuuuuuuuu …….. aku ingin ditusuk dari belakang aaaaahhhhhhhh ……… cepet maaasssss tusuk memekku dari belakaaaaaaang ……… Maaaaassssss …….. aaaaaaaahhhhh …….. sssshhhhhhhh …….. Maaassssss …….. Heni memang hebat, kini ia sangat agresif dan pandai merangsang serta memuaskan lawan mainnya. Ia langsung bisa mengimbangi permainanku dalam bersetubuh. Kami pun melakukan berbagai variasi dan posisi dalam bersetubuh, dan kami selalu mengalami orgasme secara bersamaan. <br /><br />Sejak saat itu aku dan Heni sering melakukan persetubuhan, tergantung siapa yang lebih dulu menginginkan maka dialah yang menghampiri lebih dulu. Kadang-kadang Heni datang ke rumahku ketika istriku sedang tidak ada di rumah. Kadang-kadang aku yang datang ke rumahnya ketika suaminya sudah pergi. Tidak jarang ketika aku datang ke rumahnya Heni sedang mencuci pakaian di kamar mandi maka kami pun bersetubuh di kamar mandi, kadang-kadang kami bersetubuh di dapur kalau kebetulan ia sedang memasak, kadang-kadang pula kami melakukannya dengan berbasah-basah di lantai bila ia sedang mengepel. Dan setiap variasi persetubuhan yang kami lakukan selalu memberi sensasi baru kepada kami. <br /><br />Heni semakin sering berkunjung ke rumahku, walaupun sedang ada istriku. Kalau ia berkunjung ke rumahku dan istriku sedang di kamar mandi atau sedang ke warung kami memanfaatkan waktu yang sebentar tersebut dengan seefektif mungkin untuk ngewe atau sekedar saling mempermainkan kemaluan kami masing-masing. Atau kalau kami berpapasan maka tangan Heni tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan untuk menjawil kontolku dan aku pun selalu mencubit memeknya yang memang seolah-olah ia sodorkan untuk kucubit atau kujawil dan kuremas susunya. <br /><br />Kini, setelah aku mempunyai lubang kenikmatan yang baru, yaitu memek Heni, aku pun tidak terlalu banyak menuntut kepada istriku, demikian juga Heni, ia tidak lagi suka meminta jatah kepada suaminya. <br /><br />Ah Heniiiiiii …….. Heni, dulu kamu meronta-ronta, kini kamu meminta-minta ……..!sahronihttp://www.blogger.com/profile/04363341387314395578noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5426126127632947342.post-91877859182459552022010-03-19T18:34:00.000-07:002010-03-19T18:43:16.450-07:00Gadis Pemaluaku masih siswi smu kelas 1 berumur 15 tahun. disini aku tidak akan cerita panjang lebar tentang tubuhku, betapa sexynya aku, atau pengalaman sex. <br />Sama sekali tidak, aku hanya ingin share tentang kebiasaanku. <br />aku ada satu kebiasaan yg aneh buat sebagian besar orang,aku senang menunjukkan badanku tapi bukan eksibisionis. aku hanya senang merasakan malu, tetapi malu yang aman dan masih normal (menurut pendapatku loh) <br />daripada bingung aku cerita kejadian yg sering kulakukan ketika pulang sekolah di angkutan umum. <br />bila aku sedang mood,aku duduk mengangkangkan kakiku di depan cowok yg lebih muda, sehingga mereka bisa melihat paha dan celana dalamku.aku senang merasakan sensasinya, tiap aku melakukan itu aku merasa malu,selalu pada awalnya aku takut untuk melebarkan kakiku. bagaimana kalau kuceritakan kronologisnya. <br />aku sengaja naik angkutan umum yang sedikit penumpang dan ada cowok yg lebih muda, baik anak SD atau smp, aku pilih-pilih juga, lihat dulu tampang cowoknya, apabila mereka terlihat tidak sopan aku tidak mau, aku suka apabila ada cowok yg terlihat anak baik-baik,sopan,dan tidak banyak gaya. di angkot aku pasti duduk berhadapan dengan mereka,awalnya aku duduk rapat baik lutut,betis dan sepatuku. selanjutnya aku melebarkan sepatuku sekitar 30cm,dan pelan2 melebarkan lututku agar sejajar dengan sepatuku,biasanya di kondisi ini aku sudah merasa excite,sering aku merapatkan lututku lg, tapi selalu kubuka kembali.biasanya cowok di depanku sudah mulai memperhatikan kakiku dan berharap agar terlihat kembali.rok seragamku tidak ada yg diatas lutut,sehingga pada fase ini mereka hanya melihat pahaku, aku tau ini sebab pernah melakukan simulasi di depan cermin. <br />setelah mereka tertarik baru aku nekat untuk melebarkan sepatuku lebih jauh, kira2 tumitku terpisah 40cm,lututku biasanya kurapatkan ketika melebarkan tumitku,baru ketika mobil mengerem atau berjalan lagi, aku pura2 melebarkan lutuku seolah menjaga keseimbangan.di fase ini mereka akan dapat melihat celana dalamku dengan jelas, apabila cowok di depanku masih kecil (dari fisiknya) aku berani melakukan kontak mata dan tersenyum,bila mereka sudah besar aku pura2 tidur,sibuk membaca, atau apabila cuma kami berdua di mobil aku pura2 melihat kesana kemari sambil menggerakan kakiku, tentu saja paha dan celana dalamku akan terlihat "hide and seek". <br />Untuk cowok yg kulakukan kontak mata, apabila sepi aku dapat nekat melabarkan pahaku sampai membentuk sudut 90 derajat,tapi aku selalu memperhatikan supir agar tidak menyadarinya.dengan kaki dilebarkan selebar itu tentu saja celana dalamku akan terlihat sangat jelas,aku benar-benar malu pada kondisi itu,secara naluri tentu saja aku berusaha merapatkan kakiku,tapi aku selalu menahannya sehingga otot pahaku terasa tegang dan lututku terlihat bergetar,tapi kondisi ini tidak pernah lama, sebab biasanya aku sampai pada tahap ini di dekat tujuanku atau ada orang lain yang naik.waktu terlama yg kulakukan adalah sekitar 25 menit, saat itu angkot berjalan lambat dan tidak ada orang yang naik, supirnya juga asik ngobrol dengan temannya di bangku depan,dan di depanku siswa SD yg terlihat pendiam. waktu itu aku bahkan menaikkan kakiku ke atas ban cadangan sehingga lebih tersingkap lagi. <br />aku selalu merasa malu mengetahui mereka melihat paha dan celana dalamku,tapi rasa malu yg kurasakan benar2 menyenangkan dan membuat kecanduan.sahronihttp://www.blogger.com/profile/04363341387314395578noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-5426126127632947342.post-79871622452673982002010-03-19T18:32:00.000-07:002010-03-19T18:34:07.303-07:00Rena Gadis SMU yang MengairahkanPembaca sekalian perkenalkan nama ku Roy sampai sekarang aku masih melanjutkan kuliah di sebuah universitas di Magelang. <br />Umur ku masih 20 tahun. Cerita ini berawal ketika aku dan teman ku Ronald, Jefry dan rudi yg senang bermain game online ataupun sekedar bermain internet, membuka sebuah game centre dan warnet yg terletak di daerah Magelang utara. Pada dasarnya sih kami membuka usaha itu cuman iseng-iseng aja. Yah dari pada nga ada kerjaan ataupun malah menghabiskan uang untuk main game atau main internet di tempat lain, mendingan buat sendiri toh bias nambah nambah uang buat jajan dan beli rokok. <br /><br />Belum lama usaha kami buka, kami seperti setengah kaget dan senang. <br />Bagaimana kami tidak senang, kebanyakan user kami adalah cewek-cewek SMU dengan postur tubuh yg sangat mempesona, bahkan bisa di ibarat kan buah apple yg siap di petik. Dan juga masih banyak gadis-gadis muda yg main ke tempat kami. Dengan keramahan teman-teman yg selalu sopan dan romantis dalam melayani pelangan, yah kami memang cukup professional. Bahkan postur tubuh kami dah wajah kami juga cukup lumayan mungkin itu juga salah satu factor yg membuat mereka tertarik untuk selalu datang berkunjung. <br /><br />Di antara gadis-gadis yg masih segar itu ada satu yg sangat istimewa di mataku dan teman-temanku. Nama nya Rena dia cukup cantik, bukan hanya cantik, luar biasa mungkin dan istimewa tentu nya. Terkadang dia datang dengan Karina, Monica dan Cindy teman-teman rena yg juga tidak kalah cantik, tapi lebih istimewa Rena tentu nya.dan akhir nya suatu kesempatan, dia datang sendiri ke tempat kami. Ketika dia baru duduk aku sapa, <br />”loh temen nya mana Rena”, <br />dia hanya menjawab, <br />“dah pada balik, pada mau les katanya”. <br />Lalu aku berbalik ke mejaku dan berusaha mencuri-curi untuk sekedar melihat lekuk tubuh nya dari balik monitor computerku. <br /><br />15 menit sudah aku memandang nya, eh dia membalas pandangan ku, <br />aku kaget juga jangan-jangan dia marah, eh dia malah tersenyum. <br />Karena penasaran dia sedang apa aku mencoba melakukan remote anything ke computernya, yah kami biasanya menyebutnya dengan kata-kata SPY, gitu deh bahasa gaulnya.aku kaget juga setelah tau bahwa dia membuka situs-situs yg berhubungan dengan sex dan pornografi. Mukaku memerah, entah suka atau benci, tp yg jelas kaget sekali. Dengan nekat kucoba mendekati computernya, lalu kutanya dia, <br />“hayooooo Rena lagi buka apa”, <br />Karena tanpa persiapan dia langsung kelabakan seperti di anak ayam kehilangan induk nya dan dengan cepat dia menutup kolom situs-situs tersebut. Tapi dengan cepat aku menjawab, <br />”nga papa lah ama gue ini, nyantai aja lagi”. <br />Langsung saja muka dia memerah, entah malu atau takut. <br />lalu dia menjawab, <br />“emang nya tadi Roy liat Rena lagi buka apa?”, tanyanya. <br />“liatlah, nga perlu ke sini juga Roy bias liat dari computer roy “, <br />jawab ku sambil mengedipkan mata, lalu dia tertawa kecil dan tersenyum manis seperti gadis yg masih polos. Lalu dengan cepat aku tidak menyia nyiakan kesempatan ini aku langsung berkata, <br />“mau di temenin nga Rena biar Roy cariin situs2 yg lebih bermutu”. <br />Dia diam sejenak lalu menjawab, <br />“ya udah Roy duduk di sebelah Rena aja”, <br />katanya lembut penuh arti. <br />Waduh bakalan seru nih batin ku, untung aja temen-temen ku yg lain pada bermain basket di dekat situ, jadi semuanya lancar tanpa hambatan. Kami sempet ngobrol sejenak, dan dari situ ku ketahui bahwa dia anak pejabat di kota ini, dalam batin ku aku berkata wah ternyata anak pejabat neh. <br /><br />Lalu mulai kucarikan dia situs situ porno yg belum pernah dia lihat, <br />kulihat raut muka nya berubah seperti cacing kepanasan tangannya tak bisa diam, aku lihat dia sangat terangsang dengan gambar-gambar dan video yg aku carikan lewat internet. Wah cepet honey dia batinku, <br />lalu tak kubiarkan dia hanya melihat saja, lalu aku berbisik, <br />“Ren dari pada liat, punya ku nganggur neh, kan sayang klo di diemin”, ia kaget kukira dia marah. <br />Eh ternyata dia malah lansung memegang senjataku yg dari tadi sudah on ketika aku duduk di sebelah nya, kontan saja aku kaget dan senang. Lalu dengan cepat aku juga merangsang dia dengan memegang payudara yg sangat indah itu dari belakang. <br />Untung warnet lagi sepi batinku dalam hati, aneh nya saat itu tak ada satupun pelanggan yg datang, yah mungkin di karenakan hujan yg cukup deras. Kulihat dia kurang puas memegang senjataku jika terhalang oleh celana pendek ku, lalu dia mencoba memelorotkan celana ku hingga batang kemaluan ku bisa dalam posisi enak untuk di kocok oleh tangan nya yg lembut itu.dan dia berkata, <br />“Roy punya kamu gede juga ya”, <br />Aku hanya terdiam. <br />Tanpa sadar aku sangat menikmatinya, <br />hingga aku hampir berteriak “ah uchhhh ahhh terus Ren” lalu Rena dengan cepat menutup mulutku dengan ciuman bibir nya yg lembut dan sangat sensual itu. Wah untung sepi coba klo banyak orang tadi ...<br />...di sini bakalan berabe batin ku. Setelah dia puas dia mencium bibirku, <br />dia melanjut kan dengan menciumi kemaluan ku, sungguh luar biasa gadis anak pejabat yg masih polos ini melakukan hal-hal dalam sex yg sangat mengairahkan. <br /><br />Aku di buat sangat puas oleh nya bahkan aku dibuat tak berdaya, <br />10 menit kemudian aku mengangkat kepalanya dan aku bisikan mesra di telinga nya, Ren gantian masak kamu terus yg muasin aku kamu kan belom puas, dia tersemyum pertanda iya. Langsung saja aku puaskan dia di antara sekat-sekat yg menjadi pembatas di antara computer computer di warnet ini. Dia kulihat sangat menikmati permainan ku, <br />aku mencoba sedikit membuka baju nya untuk melepas Bh nya. <br />Karena kami melakukan nya di tempat umum aku mencoba untuk menahan diriku untuk tidak mencoba menelanjanginya, sehingga aku tetap merangsang payudaranya di balik seragam sekolah nya, tanpa bisa melihat payudaranya yg berukuran 34 b itu. Dia terdengar mendesah lembut dan sangat sexy, <br />“ah ah..u ah..hhhhhh.ahhhhh” terdengar dari mulut nya. <br />Berkali kali ku pilin putting nya dia mengelinjang hebat sekali,dan merancau tidak karuan. <br />”ah uh. roy terus sayanggggg…royyy…ahhhhhh”. <br />Setelah merangsang buah dada nya aku langsung mencoba mengelus vagina nya dengan jari ku, karena dia memakai rok SMUsehingga tidak sulit untuk melakukan nya.Kurasakan vagina nya sudah sangat basah di karenakan rangsangan ku di buah dada nya tadi, bulu-bulu kemaluanya juga kuraba, wow sangat rapi batin ku. Aku berusaha tidak memasukan jari ku ke vagina nya karena dia masih perawan. <br />Kucoba merangsang dia lewat gesekan-gesekan lembut di tangan ku, <br />kurasakan badannya kejang dan keringat keluar dari seragam sekolah nya yg tanpa memakai Bh itu. <br />Dia berulang kali mendesah, <br />“Roy ampunnNn Roy sayang YUyy nikmatttTTttt………”. <br />Padahal itu Baru kugesek dengan tangan bagaimana klo kumasukan senjataku ke dalam vagina nya batin ku. <br />Setelah 10 menit melakukan itu dia berteriak. <br />“ahhhhHH..hhhhh SSSshhhhhh”, <br />dan seketika itu juga dia mengalami orgasme pertamanya. <br />Kemudian dia terkulai lemas di pelukanku, sambil membelai dia aku membenarkan posisi celanaku dan dia juga mencoba membenarkan letak posisi seragam dan rok nya itu. <br />Lalu aku mengambilkan air minum untuk dia lalu berkata, <br />“yah gitu aja dah jebol gimana klo ML bisa-bisa Rena nga bisa bangun 2 hari gara-gara kehabisan stamina dong”. Candaku. <br />Lalu dia menjawab, <br />”eh enak aja kan tadi baru training, jadi ya butuh pelatihan dolo kayak tadi”. <br />Aku hanya tertawa kecil, eh malah dia langsung bilang Roy mau njarain Rena yang lebih expert lagi nga, klo mau abis ini aja kita pergi mau nga tanya nya. Sejenak aku berpikir tapi langkah langkah kaki datang menuju tempat itu dan kulihat wajah wajah teman-teman ku muncul, diantaranya Ronald, Jefry dan Rudi. <br />Langsung saja kusapa, <br /><br />“abis basket kalian”, <br />dengan tersenyum Jefry hanya menjawab, <br />”dari pada ngurusin basket mendingan ngurusin Rena”. <br />Mereka pun semua tertawa dan kulihat Rena juga tersenyum nakal dan berusaha menunggu jawabanku. Lalu setelah teman-teman ke belakang aku bisikan ke telinga Rena ya udah tar gue ajarain yg lebih hot lagi ya, Rena tersenyum dan aku pergi berkemas untuk pergi bersama dengan rena. <br /><br />Setelah itu kami pergi dengan meminjam mobil milik Ronald. <br />Dalam perjalanan aku bertanya, <br />“mau kemana ini Ren”, <br />dia menjawab. <br />”di rumah Rena aja kan Papa Mama sedang pergi ke Jakarta kak Adi sedang ke Jogja”, <br />aku kaget dan berkata, <br />”bener nih di rumah mu”, <br />“iya bener” katanya. <br />Setelah kami sampai di rumah nya aku kaget juga dengan rumah nya yg besar seperti istana itu wah gede banget rumah nya dan juga indah. <br />Setelah memarkir mobil ku aku di bimbing Rena untuk masuk ke rumah nya.Wah tampak nya dia terlihat tidak sabar. <br />Lalu aku menunggunya mandi sambil nonton tv dan menikmati hidangan yg sangat enak, kayak Raja nih batin ku. <br />Setelah dia selesai mandi, ia menghampiri ku hanya dengan memakai handuk yg dia balutkan di tubuh nya, ketika melihat nya, <br />tenggorokanku seperti tidak dapat menelan kue-kue yg tadi aku makan, dan dengan segera Rena mengambil jus jeruk yg ada di meja kamar nya lalu meminumnya, setelah itu mencium bibir ku dan mengalirkan jus jeruk yg telah dia minum tadi seolah-olah induk yg memberikan makan anak-anak nya. <br /><br />Setelah itu dia membuka handuk nya yg tadi membungkus tubuh nya yg putih mulus dan sexy itu. wah payudara nya benar-benar luar biasa kencang dan besar, tak kusangka anak SMU kelas tiga sudah sematang, bulu-bulu halus yg ketika di warnet tadi aku pegang, aku bisa melihatnya dengan jelas. Sungguh pemandangan yg luar biasa. <br />Tanpa segan-segan lagi dia memintaku untuk men servicenya. <br />Dia berkata, <br />”ayo kok malah diem katanya mau ngajarin”, <br />ucapnya, <br />aku berkata kamu <br />“kamu cantik banget Ren tubuh mu juga sexy”. <br />Tanpa menunggu dia bicara langsung saja kubenamkan kepalaku di payudaranya itu dan mencoba untuk merangsang salah satu bagian sensitife itu, lalu dia mulai mendesah seperti tadi, <br />“ah .....OuchHhh uhhhhhh Ahhhhhh……..”, <br />dia sangat menikmatinya bahkan sesekali dia menjambak rambut ku, <br />kulihat payudaranya sangat kencang dan kenyal sekali sesekali aku meremas-remas nya dan aku pun juga sangat menikmatinya, payudara yg indah. Lalu kuteruskan dengan menciumi bagian kewanitaan nya, <br />dia terlihat memejamkan mata sangat menikmatinya, dan dia meremas remas payudaranya sendiri mencoba merangsang tubuh nya sebaik mungkin. ketika clitoris nya ku hisap-hisap dia sangat kewalahan dan berteriak-teriak, <br />“roy aduhh Enak ah ouchhhh ahhhHh uhh”. <br />5 menit kemudian, giliran dia merangsang diriku.kulihat dia mengocok penisku dengan lembut dan menghisapnya bagaikan permen lollipop yg sangat manis, <br />“ohh ahhhhhhh hahhhh”, <br />aku sangat menikmatinya, dia menjilati batang kemaluan dan tidak ketinggalan buah zakar ku juga ikut dia hisap. <br />Aku sudah tak bias berkata apa apa lagi selain menikmati permainanya. Ketika aku hampir memuntahkan laharku aku mencoba melepaskan senjataku dari hisapan nya dan gengamannya, lalu kubaringkan dia diranjangnya dan aku berbicara mesra, <br />”tahan ya sayang, pertama-tama sakit tp nanti juga enak kok”, <br />kataku. Dia mengangguk pertanda iya. Kucoba membobol vagina nya ternyata sangat sulit, pada usaha pertama melesat dan setelah ku <br />oleskan kream di vaginanya, pada usaha ketiga aku berhasil memasukan separo penis ku ke dalam kemaluannya. <br />Dia menjerit kesakitan, <br />“Royy sakitT Royyyyyy ampunnNnNnnnnn”, <br />jerit nya, tapi aku tetap melakukannya dan bless seluruh batang kemaluan ku sekarang berada di dalam nya bersamaan dengan percak-percak darah keperawanannya. <br />Kubiarkan diam sejenak supaya vaginanya terbiasa menerima kehadiran benda asing itu, setelah kurasakan vaginanya bisa menerima penisku, kucoba menarik maju mundur. <br />Jeritan sakit yg tadi dia ucapkan berganti dengan desahan-desahan wanita yg sedang mengalami persetubuhan yg sangat nikmat.dan tidak henti-henti nya dia selalu mendesah dan setengah berteriak. <br />“ah terus Roy Sayang kocok terus bikin Rena puas ah ouchhhhh shhhhh terus kocok jangan berhenti sayangggg… “, <br />rancau nya, aku juga sangat menikmati denyutan-denyutan di dalam vaginanya itu, gerakan menghisap yg sangat nikmat sekali di alami oleh penis ku kemudian aku membalikan posisinya supaya kami bisa melakukan doggy style. <br />Lalu ku suruh dia berdiri dan bersandar di depan kaca meja rias nya dan kumasukan senjataku dari belakang sehingga aku bisa menikmati keindahan tubuh nya dan payudaranya serta paras cantik wajahnya dari kaca tersebut. <br />15 menit kejadian itu berlangsung ku dengar dia berteriak, <br />“ahhhh roy aku keluarrrrrrrrrrr…….”, <br />oh tampak nya dia baru saja mendapatkan orgasme pertamanya. <br />Kucabut penisku dari dalam vaginanya dan membiarkan Rena istirahat sebentar. <br /><br />Setelah cukup istirahat.dia mengajakku untuk melanjutkan nya di kamar mandinya yg seperti kolam renang itu karena sangat luas. <br />Kontan saja Karena terburu nafsu aku langsung tancap gas dan segera memasukan penis ku ke dalam vagina nya yg merah merekah itu. <br />aku sangat menikmati guyuran shower yg membasahi tubuh kami,seolah-olah membasahi jiwa yg kekeringan akan kehausan sex. <br />Rena terus merancau dan akhirnya aku sangat merasakan kenikmatan yg luar biasa, penis ku yg dari tadi di sedot kurasakan sangat membengkak dan mencapai klimaks sampai ubun-ubun rasanya, <br />aku berteriak, <br />“Rena aku mauuuuuuu keeee luuu arrrrrrrrrrrrrrrrrr mauuu diii kelluariinnn dii mannna.jeritku menahan nikmat”, <br />dia sambil ngos-ngosan bilang <br />“di dalam ajjjaaaaa”, <br />lalu aku berkata, <br />“ nga papa rennn”, <br />rena menjawab, <br />“laggiii masaaaaaa tiiiidakkk suburrrrrr”, <br />dan rena juga tampak merancau lagi dan berteriak, <br />“yaaaa uuu daaa hhhhh kii taaa ssssaaammaa saaammaaaaaaaaaaaaaaaa”. <br />Aku tak dapat menahan lagi dan jebolah pertahananku kusemburkan maniku di dalam vaginanya dia juga tampak mencapai orgasme keduanya. <br />Setelah itu dia masih menjilati kemaluanku dan membersihkan sisa-sisa <br />maniku, lalu kami mandi bersama. <br />Setelah selesai aku pamit pulang, aku pamit dengan mengecup kening Rena dan berkata pelajaran nya udah cukup kan, dia hanya tersenyum dengan lembut sungguh seperti gadis yg sangat polos dan berkata , <br />“Roy besok kesini ya ajak Ronald, Jefry ama Rudi, jangan lupa loh “. <br />Aku cukup bingung kok ngajak yg lain segala ya batin ku. <br /><br />Lalu selepas jam 6 malam esok nya kami ber 4 berkunjung ke rumah rena. Betapa kaget nya kami ketika di sana kami di sambut dengan mesra oleh keempat gadis yg sangat cantik di antaranya Karina, <br />Monica, Cindy dan Rena tentunya, lalu tanpa basa-basi lagi mereka berkata. <br />“wah wah kak roy jahat kok kita kita kemaren nga di ajak sech yg di ajak cumin Rena aja,nga suka ya ma kita kita “, <br />kontan saja aku sendiri kaget. <br />Dan teman temanku juga ikutan binggung, <br />lalu tanpa rasa malu rena <br />“menjawab roy kemaren ma aku ML loh”. <br />Aku kaget kenapa dia membuka rahasiaku tapi sebelum aku sempat bicara rena menjawab <br />“jadi hari ini Ronald, Jefry ama Rudi ngajarin Karina , Monica and Cindy, terus Rena tentunya ama roy dong”, <br />katanya. <br />Tentu saja teman- teman ku nga jadi marah malah jadi senang, alu aku berkata dalam hati wah rejeki mereka juga neh. Lalu kami pergi ke daerah Kaliurang dah menyewa sebuah villa di sana dan ...<br />..melewati hari dan malam penuh akan nafsu, gairah dan kehausan akan sex. <br /><br />Dan sampai sekarang jika ada waktu kami masih melakukan nya baik di kamar mandi warnetku, di rumah Rena, di hotel atau villa. <br />Bahkan sekarang banyak pelanggan wanita ku menjadi kekasih ku hanya untuk semalam/one night stand.begitu juga dengan teman-teman ku Ronald, Jefry dan Rudi mereka juga kalang kabut menerima order dari para wanita yg kesepian. Tapi atas dasar suka sama suka, maaf kami bukan Gigolo. <br />Sekian kisah ku lain kali aku lanjut kan dengan kisah ku dengan para pelanggan net ku , wilda, ima, susy dan masih banyak lagi, baik itu pengalaman sex party ataupun one on one <br />buat para cewek yg kesepian, silahkan hubungin aku lewat email ku aja pasti aku bantu jalan pemecahannya.sahronihttp://www.blogger.com/profile/04363341387314395578noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-5426126127632947342.post-24547974477341412962010-03-19T18:28:00.000-07:002010-03-19T18:31:55.214-07:00Pelajaran dari Kakak IparReny 28 th memiliki postur tubuh yang aduhai, tinggi 160 kulitnya yang putih memiliki payudara cukup besar dan kencang, pinggang yang ramping tanpa ada lemak sedikitpun diperutnya dan yang paling ia banggakan adalah pinggulnya yang sexy dengan bongkahan pantatnya yang bulat menonjol membuat pria manapun menahan napas, Rudi 32 th suami Reny berkerja sebagai salah satu direktur disebuah perusahaan besar. Perkawinan mereka baru berumur 2 tahun dan belum dikaruniai anak. <br /><br />Keadaan rumah tangga mereka biasa biasa saja, hanya baru baru ini Rudi selalu sibuk dengan pekerjaannya kadang pulang larut malam bahkan kadang dikirim perusahaannya keluar negeri sampai berminggu minggu. Reny mulai merasakan kesepian, pernah satu kali ia ingin ikut suaminya keluar negeri tetapi suaminya tidak mengijinkan. Reny protes karena tidak punya kawan berbicara, akhirnya Rudi mengusulkan untuk ditemani kakaknya Robert 34 th yang kebetulan dipindahkan oleh perusahaannya kekota mereka tinggal. <br /><br />Robert baru saja cerai dengan istrinya karena ada ketidak cocokkan diantara mereka. Robert mempunyai wajah yang cukup tampan dengan tubuh atletis memiliki sifat easy going mudah bergaul dan mempunyai sifat womenizer. Singkat cerita Robert akan tinggal dirumah mereka sebagai orang ketiga yang akan merubah kehidupan Reny selanjutnya. <br /><br />Dihari pertama Robert tinggal dirumah mereka, Robert langsung terpesona akan kecantikan adik iparnya atau lebih tegas lagi ia tergiur oleh kemolekan tubuh adik iparnya yang aduhai itu. Hanya karena ia baru saja bertemu dengan adiknya setelah sekian lama tidak bertemu maka ia lebih menyesuaikan dirinya sebagai layaknya seorang kakak. Rudi tidak menaruh curiga apapun kepada kakaknya bahkan ia meminta kakaknya untuk menemani istrinya jikalau ia keluar kota. <br /><br />Suatu saat ketika Rudi akan mendapatkan tugas kantornya selama dua bulan, malam sebelumnya mereka saling berdebat, rupanya Reny tetap ingin ikut karena dua bulan bukan waktu yang singkat dan Reny yang mempunyai sifat polos dan blak blakan langsung to the point bahwa sudah tiga minggu ia tidak digauli oleh suaminya sekarang mau ditinggal dua bulan. Rudi coba menenangkan istrinya dengan mengimingi akan dibawakan oleh oleh dari belanda, Reny tetap kecewa ia hanya ingin kemesraan dari suaminya, akhirnya dengan terpaksa Rudi menggauli istrinya malam itu tetapi karena pikirannya hanya pada tugasnya saja maka ia dengan tempo singkat ia menggauli istrinya dan Reny pun tidak mendapatkan kepuasan bathin yang ia sangat harapkan dari suaminya. <br /><br />Pagi hari setelah Rudi berangkat ke airport seperti biasanya Reny menyediakan makan pagi, kali ini hanya untuk kakak iparnya saja dan setelah siap Reny memanggil kakak iparnya untuk sarapan, sebenarnya Robert sudah bangun tetapi ia tahu bahwa adiknya keluar negeri hari ini dan ia mendengar perdebatan mereka tadi malam, maka pagi ini ia akan mencoba hasratnya untuk menguji adik iparnya. Lalu ia menyiapkan suatu perangkap dengan pura pura ketiduran sambil menaruh beberapa majalah porno diserakan dilantai. <br /><br />Benar saja tiba tiba pintunya yang tidak tertutup rapat diketuk oleh Reny "..Mas Robert sarapan mas.." Reny memanggil kakak iparnya sembari mendorong pintunya untuk melongok kedalam kamar, ternyata kakak iparnya masih tidur dengan memakai selimut menutupi tubuhnya, "Mas bangun sarapan.." Ia melihat Robert begitu nyenyak tidurnya akhirnya berniat untuk membangunkannya sendiri lalu masuk kekamar, ia melihat kelantai banyak sekali majalah yang telah terbuka berserakan, maka sebelum membangunkan kakak iparnya Reny bermaksud membereskan dahulu majalah majalah tersebut tetapi alangkah terkejutnya ketika ia mendapati gambar gambar yang ada didalam majalah tersebut. <br /><br />Tangan Reny bergemetaran hatinya berdegup keras melihat pose pose persetubuhan yang sangat closed up, dengan cepat ia melirik kuatir kakak iparnya tiba tiba bangun, hatinya ragu ragu sebenarnya ia ingin cepat cepat membereskan majalah ini ke raknya tetapi entah mengapa ada suatu hasrat ingin melihat gambar gambar itu lebih jauh, "..Ah.. satu dua halaman sudah itu cepet cepet ditaruh lagi.." pikiran Reny yang bercabang, lalu pelan pelan ia buka halaman demi halaman, makin dilihat makin melotot matanya, ia melihat satu wanita sedang disetetubuhi dua kali laki, jantungnya makin berdegup keras selangkangannya terasa gatal vaginanya terasa berdenyut denyut putingnya mengeras birahinya dengan cepat meluap kepermukaan apalagi tadi malam hasrat birahinya tidak tertuntaskan oleh suaminya, kembali ia melirik ketempat tidur "..Ah mas Robert masih tidur.." lalu pelan pelan ia duduk di lantai sambil menarik dasternya keatas terlihat celana dalamnya yang menerawang tipis kemudian ia masukan tangannya kedalam cd nya, rupanya Reny ingin menuntaskan birahinya dengan masturbasi sambil menghayalkan gambar gambar tersebut, mulailah Reny menggosok gosok clitorisnya sambil memelototi beberapa pose pose gambar yang merangsang birahinya, Reny begitu terokupasi dengan masturbasinya sampai napasnya tersengal tersengal tiba tiba terdengar deritan ...<br />...tempat tidur, membuat Reny kaget bukan kepalang jantungnya terasa berhenti ketika ia menengok ke tempat tidur Robert masih pura pura tidur tetapi sudah berubah posisi dengan menghadap kedirinya dan yang sangat mengejutkan Reny, Robert sudah tidak berselimut lagi dan hanya memakai celana dalam, rupanya Robert dari tadi memperhatikan Reny sehingga kemaluannyapun berdiri, dan yang dilihat oleh Reny adalah pemandangan yang membuat birahinya semakin tidak menentu, tubuh kakak iparnya yang kekar dadanya yang bidang hanya dibalut sepotong cd dimana terlihat jelas batang kemaluannya tercetak dicelana dalamnya. Tubuh Reny terasa kaku dan berat sekali untuk digerakkan tetapi akhirnya agak lega ketika kakak iparnya terdengar mendengkur tanda masih nyenyak tidur. <br /><br />Sekarang Reny mempunyai dua pilihan melihat gambar yang ada dimajalah dan tubuh kakak iparnya yang macho yang hanya dibalut cd itu. Perlahan Reny merubah posisinya menjadi berhadapan dengan kakak iparnya, dengan majalah ditangan kirinya, tangan kanannya sibuk memasturbasi vaginanya sedang matanya bergantian memandangi gambar dan tubuh macho kakak iparnya. Robert benar benar tidak percaya apa yang dia intip melalui pincingan matanya, tubuh Reny menghadap kedirinya dasternya yang tipis sudah begitu awut awutan terangkat sampai kepinggang pahanya yang putih mulus sampai kepangkal pahanya benar benar merangsang laki laki manapun yang melihatnya. Robert tidak menyangka sedikitpun perangkapnya melebihi perkiraannya. <br /><br />Terdengar napas Reny mulai tidak beraturan tangan kirinya sudah tidak memegang majalah lagi melainkan pindah ke payudaranya yang makin mengencang, dibukanya beberapa kancing daster sehingga dengan bebas ia memeras meras sambil memuntir muntir puting susunya, "..Sssssh aaachhh....!" terdengar desahan halus dari mulut Reny jarinya makin hot menekan bibir vaginanya yang sudah basah dan merekah, matanya terpaku kepada tubuh kakak iparnya terutama kebenda yang terbalut cd itu, membayangkan betapa nikmatnya benda itu dimasukkan kedalam vaginanya. Tiba tiba Robert kembali berbalik memunggungi Reny, kali ini Reny sisuguhi punggung Robert yang kekar dan bokongnya ...ohhh... Reny menapas melihat pantat kakak iparnya yang kekar yang hanya dibalut cd G String berupa seutas tali, baru kali ini ia melihat seorang pria bukan suaminya nyaris telanjang langsung didepan matanya. Reny makin bergeser mendekati tubuh kakak iparnya ia ingin memandangi lebih jelas lagi, desahannya makin terdengar jelas. Robert merasakan sudah tidak bisa menahan lebih lama lagi rangsangan yang mengelora ditubuhnya lalu ia melakukan perangkap terakhir dengan berpura pura melindur. <br /><br />"..Ohh..Reny kau sungguh cantik.." mulailah Robert pura pura ngelindur. Reny kaget mendengarnya sejenak ia berhenti melakukan aktifitasnya. ".. Ohh..seandainya kau istriku akan kupeluk mesra dirimu akan kuciumi seluruh tubuhmu yang begitu sexy.." Reny benar benar bingung mengapa tiba tibak kakak iparnya melindurkan dirinya tetapi hatinya begitu senang ada seseorang yang menyanjung dirinya walaupun yang menyanjung itu kakak iparnya sendiri. Tanpa disadari Reny menggunggam sendiri, ".. Ohh mas Robert seandainya kau suamiku akan kupeluk tubuhmu yang perkasa ini.." Walaupun suara Reny terdengar lirih tetapi Robert masih dapat mendengarnya, Robert makin berani melakukan aksinya. "..Ohh..Reny sudah lama aku tidak bergaul dengan wanita seandainya kau bersedia, ingin rasanya aku menyetubuhimu akan kumasukan punyaku ini kevaginamu akan kuberikan kepuasan yang kau dambakan.." Reny terhenyak darahnya terasa mendidih..mengapa kakak iparnya tahu bahwa ia mendambakan kehangatan seorang laki laki, napsu birahinya semakin menjadi jadi. <br /><br />Vaginanya berdenyut denyut jarinya semakin dalam merogoh lobang kenikmatannya membayangkan ucapan kakak iparnya tersebut. Tiba tiba Robert berbalik lagi kali ini ia mencelentangkan tubuhnya sambil menceloteh memanggil nama Reny dengan gerakan seperti tidak disengaja ia mengusap usap batang kemaluannya lalu dengan perlahan Robert mencopot cd nya hingga batang kemaluannya mengacung dengan tegar. Reny membelalakkan matanya jantungnya terasa berhenti darahnya berdesir berputar cepat sekali. Tadi malam ia merasakan batang kemaluan suaminya tidak setegar dan sebesar apa yang dilihat sekarang. "..Ohh Reny lihat batang penisku sudah siap untuk memuasi birahimu, oh seandainya kau diatasku akan kugesek gesekan penisku ke vaginamu yang sudah merekah basah itu.." kembali Robert menyeloteh memancing reaksi Reny, benar saja Reny seperti tersihir tanpa melepaskan pandangannya ke batang kemaluan kakak iparnya ia copot cdnya bahkan sekaligus melepaskan dasternya sehingga Renypun telanjang tanpa sehelai kain. <br /><br />Dengan tubuh bugil putih mulus sungguh sangat sexy Reny menaiki tempat tidur sambil mengangkat pantatnya yang sexy buah dadanya yang membusung ikut bergoyang, lalu dengan perlahan ia membuka kedua pahanya sehingga kelihatan vaginanya yang juga membusung, bibirnya terbelah merekah kemerah-merahan diantara bulu bulu kemaluannya yang halus dan sudah kelihatan basah berair. Clitorisnya .....berwarna merah muda sebesar biji kacang terlihat mencuat keatas diujung bibir vaginanya. <br />Reny mulai mengambil posisi berjongkok tepat diantara batang kemaluan Robert yang sudah berdiri tegang. Pikiran Reny sudah begitu kacau napsu birahinya tidak dapat dikuasainya lagi, kata kata kakak iparnya merupakan ajakan yang sangat menggoda kebutuhan sexnya. <br /><br />Reny melihat tubuh kakak iparnya yang sangat perkasa kepala penisnya sudah begitu dekat dengan vaginanya tapi entah mengapa Reny menunggu celotehan kakak iparnya lagi seolah olah menunggu komando untuk pembenaran tindakannya. "..Ohh..Reny masukin penisku ke vaginamu sayang.." Robert memincingkan sebelah matanya tak percaya apa yang dilihatnya, tubuh adik iparnya yang begitu sempurna tanpa sehelai benangpun lalu ia meneruskan celotehannya "..Ohh akhirnya kau datang dalam mimpiku Ren..pahamu sungguh mulus.." Robert menaruh kedua tangannya di paha Reny sambil mengelusnya. Reny bergetar hebat sentuhan tangan kakak iparnya menyadarkan seluruh hayalannya. Akhirnya Reny sadar bahwa ia betul betul membutuhkan kehangatan seorang pria dan pria itu berada tepat dihadapannya lalu tanpa sungkan lagi ia membangunkan kakak iparnya "..Mas Robert.. mas ini Reny bangun mas.." Lalu Robert membuka matanya dengan mimik pura pura terkejut "..Ren saya pikir saya sedang mimpi.." Renypun tersenyum nakal "..Mas Robert naksir Reny ya..Reny denger semua yang mas ocehkan tadi lalu Reny turuti apa yang mas perintahkan.." Robert membalas senyumannya ".. Tapi belum masuk tuh penisku.." Reny yang sudah begitu menggebu gebu akhirnya kembali konsentrasi melanjutkan aksinya. <br /><br />Tetapi Reny tidak langsung memasukkan batang kemaluan kakak iparnya itu kedalam lobang vaginanya yang sudah merekah pasrah untuk menyambut batang penis yang besar itu, melainkan terlebih dahulu menggesek-gesekkan kepala kemaluannya itu diantara belahan vaginanya sehingga kepala yang besar itu basah dan mengkilap oleh cairan lendir yang keluar dari celah-celah vagina wanita itu. <br />Reny terbuai dengan mata yang terpejam sambil mendesah-desah menahan gejolak nafsu birahi yang terus membara. <br />"...ssshhhhh...maaaassss...ooooogggghhhs ss...!! Bagaikan diguyur air hangat Reny mendesah panjang tubuhnya terasa dialiri jutaan volt kenikmatan napsu birahinya makin terangsang hebat. <br /><br />Reny mulai menekan kepala penis yang sudah pas berada di posisi mulut lobang vaginanya. Tampak kepala penis Robert masih agak sulit masuk kedalam lobang vaginanya yang walaupun sudah basah dan berair itu karena belum pernah kemasukan penis sebesar punya kakak iparnya itu. <br />"...sssleeebbbb... ssslleeeebbb... sssslleeeebbb... bbbllleeeesss..." pelan pelan batang penisnya mencoba menyusup lobang vagina Reny yang terasa sekali masih sempit walaupun sudah begitu basah. <br />"...Aaaaaaauuukkkhhhhh... sssshhh... maaaaasssss...! besaaaar sekaliiii..!!" "..Apanya yang besar Renn..?" Robert memancing reaksi Reny, "...Punyanya maass..!!" "..Apa namanya..?" Robert memancing lagi, Reny ragu menjawabnya karena belum pernah selama ia bersetubuh dengan suaminya menyebut nyebut kata kata vulgar, "..Apa namanya Renn..?" Robert terus mendesak, "..Kemaluannya maaas.." "..Kontol.. Renn.. namanya kontol.." Robert menegaskan "..Apa Renn..?" akhirnya Reny dapat menyebutnya dengan lirih "..kontolnya mass besaaar sekali.." Robert tersenyum puas lalu dengan sekali sentakan mendorong pantatnya keatas, tampak Reny agak tersentak dan mendesah lirih ketika batang penis pria itu menyeruak masuk ke lobang vaginanya . <br /><br />Matanya terbeliak dengan mulut terbuka sambil kedua tangannya mencengkeram sprei dengan kuat-kuat.Tampak bibir vaginanya yang tebal itu sampai terkuak lebar seperti terkelupas seakan-akan tidak muat untuk menelan besarnya kemaluan kakak iparnya itu. <br />"...Ooooooouuhssss... ssshhh... maassss...! ..pelaann.. pelaann..maasss...!" <br />"...hhhhmmmm... Rennnn memekmu... sempit sekalii... ukkkkhhh... uuuukkkkhhhh..." <br />Reny mulai berirama menaik turunkan pantatnya, batang penis Robert masuk merojok lobang vagina Reny tahap demi tahap hingga akhirnya amblas semuanya. Perlahan lahan Robert ikut bergoyang menarik ulur batang kemaluannya yang besar itu, Reni mulai merasakan sensasi yang luar biasa yang bukan main nikmatnya , liang vaginanya yang sudah licin terasa penuh sesak oleh penis kakak iparnya yang besar itu, urat urat batang kemaluannya menggesek nikmat sekali dinding vaginanya yang sudah dilumuri getah birahinya. Tanpa Reny sadari ia mulai menyeloteh diluar kontrol. <br /><br />"...Ohhhhhhhsss...ssshhh...enaaaaaak.. ...seekaliiii...punyanya..maaassss..!!...oooougggg hhh...terruuuussss...maaassss...teeerrruuusss...!" <br />"..Terus diapain Renn..?" lagi lagi Robert ingin Reny menambah kosakatanya, sekarang Reny sudah lebih berani karena sudah terbuai oleh ...<br />...birahinya yang makin menjadi jadi, "..teruss digoyang kontolnya maass..!!" "..Salah Renn namanya ngentot..bilang entotin memeknya Reny..!" Robert memaksa lagi dengan kata kata baru, Reny merasakan sesuatu yang aneh pada dirinya makin vulgar kata kata yang dipaksakan kakak iparnya untuk diucapkannya makin terangsang napsu birahinya yang sudah menggebu gebu itu. "..Iyyaa..maass entoootin memeknya Reny...!! Entoootiin...pake kontol gedenya maaaasss...!!....entoootiiiin yang niiikmaaat..!!"" makin lancar Reny menyeloteh makin beringas Robert menyetubuhi Reny dan Renypun makin histeris dibuatnya. <br /><br />Reny sudah lupa diri bahwa yang menyetubuhi dirinya adalah kakak dari suaminya, yang ada dibenak Reny hanyalah letupan birahi yang harus dituntaskan yang ia tunggu tunggu selama tiga minggu dari suaminya tapi Rudi suaminya sama sekali tidak mempedulikannya sedangkan sekarang ia mendapatkan apa yang ia inginkan justru dari Robert kakak iparnya sendiri, birahinya yang ia pendam sekian lama meletup dipelukan kakak iparnya. <br /><br />Akhirnya yang terjadi mereka dengan buas dan ganas saling berpelukan sambil berciuman .Terdengar suara nafas mereka saling memburu kencang, lidah mereka saling mengait dan saling menyedot, saling bergulingan giliran Reny dibawah, Robert mengambil inisiatif menggenjot pinggulnya yang tampak naik turun semakin cepat diantara selangkangan Reny yang makin terbuka lebar, Renypun mengangkat kedua kakinya sambil ditekuknya, pantatnya ikut diangkat mengharapkan seluruh batang kemaluan kakak iparnya menggesek seluruh syaraf syaraf kenikmatan dirongga vaginanya dan Robertpun semakin mudah menyodokan penisnya yang panjang besar itu keluar masuk sampai menghasilkan suara bedecak-decak seperti suara membecek seiring dengan naik turunnya pantat pria itu. <br />"...cccllllleeeeebbbbbbb... ccccleeeeebbbbb... ccclleeeeebbbb... cccleeeeebbbbb..." <br /><br />Robert memperhatikan kearah selangkangan Reny dia melihat vaginanya mencengkeram penisnya erat sekali, ia tersenyum puas bisa menaklukkan vagina adik iparnya ini, yang sudah basah membanjir penuh dengan cairan putih kental sehingga membasahi bulu-bulu jembutnya yang tebal itu dan juga batang kemaluannya. Ia yakin adik iparnya benar benar sudah memasrahkan dirinya untuk disetubuhi kapan saja ia mau, <br />"...oooooouuuuuggghhhhssss... ooouuugggghhhsss... sssshhhh... maaassss... !..enaaakkk.. sekaliii.. kontolmuu... ini..maass..! <br />...teruuuss.. maasss... entoootin.. memek Reny yaanggg.. ceepaatt... ouchh... nikmaaaat..!" <br />"..Ouuuchhh..memekmu sempit seekalii...Reenn..! terasaaa menyedoot nyedooot..!nikmatnya bukan maiiiin..!!" Robert mendengus dengus bagai banteng terluka genjotannya makin ganas saja. <br /><br />Mata Robert terlihat lapar menatap payudara Reny yang putih montok dikelilingi bulatan pink ditengahnya terlihat putingnya yang sudah begitu mengeras, tanpa menyia nyiakan kesempatan Robert langsung menomplok dan menyedot menyedot puting susu adik iparnya yang begitu menantang, Tubuh Reny yang menyender dinding setengah duduk setengah celentang menggelinjang hebat..! payudaranya makin dibusungkan bahkan tubuhnya digerakkan kekiri dan kekanan supaya kedua puting buah dadanya yang sudah gatal mendapatkan giliran dari serbuan mulut kakak iparnya ini. "...oooooouuuhhhhss... ooouuugggghhhsss... sssshhhh... maaassss...! ..kenyooot teruuusss pentiiiilku..!! ...oooohhh... maaaasss... kkaaaauuu... sunggggguh.. perkkaaaasssaaaa...!!.. Reeeniii bisssshhaa ketagihaaaaan.. dientooot..sama..maaasss ...!!" pikiran Reni sudah tidak jernih lagi, terombang ambing didalam pusaran kenikmatan, terseret didalam pergumulan sex dengan kakak iparnya, jiwanya serasa seenteng kapas melambung tinggi sekali. <br /><br />"Ooooohhhh...aaaa..aakkhh..aakhuu..nggh haa taaahaaann..maaauu..keluaarrr....maassss...!".. Tubuh Reny mengejang sambil memeluk tubuh Robert erat sekali jiwanya terasa berputar putar merasakan semburan kenikmatan yang dahsyat diklimaksnya yang pertama, "..Teruuus Renn jangan berhenti aku masih pengen ngentotin memekmu yang lamaaa..! Kamu bisa keluar lagii berkali kaliiii....!!" Robert teruss menggenjot tubuh Reni yang hanya pasrah dipelukan kakak iparnya ini. <br />Lebih dari sejam Robert menyetubuhi Reny tanpa henti, Reny makin lama makin terseret didalam kenikmatan pergumulan sex dengan kakak iparnya yang ia belum pernah rasakan dari suaminya sampai sebegini lamanya dengan segala macam variasi, apalagi waktu Robert memintanya berbalik sambil menungging, vaginanya terlihat megap megap disumpal batang penisnya yang besar dari belakang, ia merasakan liang vaginanya menyempit karena tertekuk oleh perutnya sehingga ia merasakan setiap inchi denyutan kenikmatan yang dihasilkan oleh batang penis Robert yang merasuk keliang kenikmatannya, Reny menambah sensasi sensual ini dengan memutar mutar pantatnya yang putih sexy bahkan ketika Robert menyodok penisnya yang besar itu, Reny menyambutnya dengan mendorong keras ......pantatnya kebelakang sehingga penis Robert yang besar dan panjang itu masuk kelobang vaginanya dalam sekali, menggelitik seluruh rongga kenikmatannya. <br /><br />"..Oooohh....niiiikmaaat... sekaaalii...maass..!! dientot dari belakang....! urat kontoool maaass.. terasa sekalii menggelitik lobang memeeekku..!!..belum pernah aku rasakan ngentooot beginiii niiikmaaat..!! entoootiiinn.. teruuusss..maaassss...!!!" Robert sangat puas mendengarnya lalu ia merunduk memeluk tubuh Reny dari belakang tangannya merogoh keselangkangan Reny, jari2 Robert memainkan clitoris Reny dengan memutar mutarnya, sambil menggenjot dengan beringas penisnya yang besar itu, "..uuuuggghhhsss... aaaaacchhh.. maaaasssss... yeeeesssss...!! niiiiikmaaaat..!! mainin teruuuusss... itiiilku..!! "..entooootin memeeeekku..!!!" bagai kesurupan Reny mengeluarkan kata kata vulgar sambil mengerang mengerang dengan liar, tubuhnya yang dalam posisi nungging meliuk meliuk tanpa terkendali rupanya clitorisnya merupakan alat kelamin yang paling sensitif buat Reny, lobang vaginanya yang sudah dihajar begitu rupa oleh penis yang berukuran luar biasa itu ditambah clitorisnya ditekan sambil diputar putar oleh jari Robert, maka sempurnalah puncak kenikmatan yang ia rasakan, tangan Reny mencengkeram sprei erat sekali, dahinya berkerut mulutnya seperti ingin teriak dan mendesis desis seperti orang kepedesan rupanya Reny sedang dilanda kenikmatan yang amat sangat, posisi tubuhnya yang sedang menungging makin ditunggingkan pantatnya keatas memasrahkan vaginanya dihabisi oleh keperkasaan penis kakak iparnya dengan mengharapkan kedatangan gelombang kenikmatan berikutnya yang merupakan pengalaman pertama buat Reny untuk mendapatkan multiple orgasm. <br /><br />Apa yang terlihat sungguh merupakan pemandangan yang sangat erotiiss..! tubuh mulus Reny menungging meliuk liukdengan liarnya kepalanya bergeleng kekiri dan kekanan buah dadanya bergoyang erotis sekali sementara tangan Robert yang kekar memegang erat pinggang Reni yang ramping itu, pantatnya digenjot cepat sekali batang penisnya yang besar keluar masuk liang vagina begitu dahsyat tanpa ampun, tubuh Reni sampai bergetar hebat terlihat ia mengejut ngejutkan tubuhnya tanda ia sedang mengalami kenikmatan yang maha dahsyat,"..uuuuggghhhsss... aaaaacchhh.. yeeeessssss..maaaasssss... yeeeesssss...!!" Reny benar benar melayang kelangit yang ketujuh didalam pergumulan sexnya dengan kakak suaminya ini. "...aaaaaaaaaacccchhhh....!!!! ...terlaaaaluuu.. niiiiiikmaaaaaaaaaat... maaaaaassss...!!! ..nggggaaa taahaaannn.. akkkhuu.. maaauuu... keluaaaar... laaaagiiii...!!!" Reny makin histeris mendapatkan klimaks keduanya yang lebih panjang dan lebih nikmat dari yang pertama. Reny benar benar lupa daratan rasa ketagihan nikmatnya merasuk jiwanya ingin rasanya melanjutkan persetubuhannya selama lamanya dengan kakak iparnya karena ia bisa memberikan multiple orgasm yang ia tidak pernah dapatkan dari suaminya. Tapi tubuh Reny sudah tidak bertenaga lagi lalu ia ambruk ditempat tidur sambil berbalik berbaring napasnya tersengal sengal, rupanya Robert belum juga mengalami ejakulasi terpaksa ia ikut membaringkan dirinya disamping Reny, dengan wajah sayu Reny bertanya "..Mas belum keluar ya..?" Robert menggelengkan kepalanya, "..Jadi Reny masih akan dientot lagi..mas..?" Reny sudah lancar dengan kosakatanya, Robert mengangguk, "..Reny masih bisa orgasme lagi ngga..mas..?" <br /><br />Lalu Robert setengah berbangun berkata sambil membelai rambut Reny dengan mesra "..Ren kamu masih bisa orgasme 2 X lagi bahkan lebih..ada caranya.." Tiba tiba Reny menarik batang kemaluan Robert yang masih mengeras, matanya berbinar binar "..Ajarin Reny ya mas..Reny masih pengen dientot kontol gede mas Robert seharian kalau Reny bisa keluar lagi..keluar lagi.." "..Reny jarang klimaks kalau ditiduri sama mas Rudi, mas Rudi pengennya cepet cepet aja, abis keluar langsung tidur.." Robert tersenyum kecut dalam hati ngedumel "..Goblok banget adik gua cewek segini sexy dianggurin.. ya udah jangan salahin gua ya.." <br /><br />Seharian Robert mengajari Reny bagaimana caranya mengayuh sekoci cinta untuk menggapai beberapa pulau berpuncak gunung kenikmatan dan Reny menjadi murid yang cepat tanggap. Satu hari penuh Reny mendapatkan pengalaman luar biasa. Robert merangsang napsu birahinya dengan menyetubuhi dirinya berbagai macam posisi. tidak bisa dihitung sudah berapa kali Reny mengalami orgasme, yang jelas Reny begitu menikmati bahkan mungkin ketagihan disetubuhi batang kemaluan kakak iparnya yang begitu besar dan perkasa. <br /><br />Setelah kejadian hari itu, setiap ada kesempatan, mereka melakukan permainan sexnya dimana saja, pernah suatu malam Reny setelah berhubungan sex dengan suaminya dan tidak mendapatkan kepuasan yang ia inginkan, setelah suaminya tertidur ia langsung pindah kamar tanpa sepotong pakaian Reny langsung kekamar kakak iparnya minta untuk dipuasi dan seperti biasanya Robert memenuhi keinginannya dengan melumat seluruh tubuhnya tanpa sisa, vaginanya dilahap dengan buas dan seperti biasanya batang kemaluan Robert yang ia gila gilai menggali tak henti henti liang kenikmatannya. Reny dibuat melayang layang diawang awang sampai empat kali orgasm dan baru pindah kembali kekamarnya sekitar jam 4 pagi.sahronihttp://www.blogger.com/profile/04363341387314395578noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5426126127632947342.post-60331208783574456562010-03-19T18:25:00.000-07:002010-03-19T18:26:42.122-07:00AKU TERANGSANG TUBUH ADIK IPARKUaku robin 30 tahun seorang suami dan ayah dari anak berumur 2 thn. <br />kami tinggal serumah dengan 2 adik iparku. yang pertama novi, 26 thn dan ana 22 tahun. <br /><br />aku akrab dengan novi karena ramah dan agak lugu. sedangkan ana agak sedikit judes <br />kantorku dan novi satu gedung di jl. tb. simatupang. dua tahun lalu, sewaktu salah satu kenalanku yang juga tenant digedung itu membutuhkan seorang resepsionis, novi-lah yang aku rekomendasikan. <br />tiap hari novi menumpang motorku pergi dan pulang kerja. <br />jadi bisa dimengerti mengapa aku sangat akrab dengan novi. <br /><br />paras novi bias saja tidak semanis ana atau istriku. <br />tingginya 162 cm, dengan berat 45 kg. tubuhnya padat sekal, pundaknya agak bungkuk. sebabnya adalah karena novi punya payudara yang besar namun proporsional dng tubuhnya. <br />dari pembicaraan perempuan antara novi, ana dan istriku, ukuran buahdada novi 34C.ukuran yang agak susah, lingkarnya 34 tapi cup-nya C. waktu masih sma di purwokerto, novi agak minder karena ukuran bukit kembarnya yang lebih besar dari teman-2nya, maklum kota kecil. maka novi sering membungkuk agar buahdadanya tidak terlalu menonjol. sekarang setelah kuliah dan kerja di jakarta, novi sadar ukurannya itu menjadi kebanggaannya. <br /><br />perutnya rata membuat jelas tonjolan buahdadanya dan pinggulnya melekuk hampir sempurna, membuatku mudah membayangkan ungkapan gitar spanyol. dan yang paling aku kagumi adalah pantatnya yang kencang tertarik keatas. mudah melihat semua keindahan segitiga emas itu sewaktu ia memakai rok span atau celana streetch dan t-shirt ketatnya. <br /><br />yang juga membuatku mudah mengetahui semua itu adalah, dirumah novi agak sembrono berpakaian. <br />ia tidak pernah memakai bh, membuat buahdadanya berayun indah dan kadang putingnya tercetak di t-shirt nya. daster dari kain katun lemas membentuk setiap lekuk tubuhnya. <br />satu lagi kamar mandi jarang dikunci (karena memang kunci kamar mandi kami kadang bermasalah), aku pernah melihat seluruh tubuhnya, hanya sekian detik karena kekagetanku dan ada orang lain dirumah. <br />buahdadanya yang hampir menyembul karena robekan baju dibawah ketiaknya. <br /><br />sikapnya akrab dan manja padaku mungkin juga karena ia menganggapku sebagai kakaknya sendiri. <br />awalnya aku memandang novi dengan cara yang sama, mengasihinya sebagai adikku ditambah aku memang tdk punya adik kandung perempuan. <br />tapi lama-kelamaan, laki-2 mana yang bisa terus berpikiran sehat jika hampir tiap hari melihat tubuh adik iparnya indah menantang birahi. pantat yang telah matang, buahdada yang segar ranum. <br /><br />aku jadi sulit berkonsentrasi dan sering berfantasi sedang meggumuli tubuhnya. <br /><br />ada keinginan untuk menikmati birahi bersamanya tapi aku takut. <br />namun sikapnya dan kebiasannya membuatku berpikiran jangan-2 itu ajakan untuk mereguk kenikmatan yang terlarang. <br /><br />kebingungan dan keresahanku berlangsung berbulan-bulan sampai akhirnya... <br /><br />hari jumat sore, novi meminta diantar ke rumah temannya di depok utk mengambil kamera digitalnya yang akan dipakai besok. aku agak malas karena sore itu agak mendung, tapi aku tidak bisa menolak rayuan dan rengekan manjanya. <br /><br />kami pulang jam 21.00. keluar dari jl. margonda kearah pasar minggu, hujan akhirnya turun. <br />disekitar UI agak gelap dan sepi, kami akhirnya berteduh di pos kosong. <br />novi duduk agak merapat, secara naluri ia mencari perlindungan dari orang yang dianggap kakaknya, atau.... <br />aku berdebar. <br /><br />terlintas tiba-2 dalam otakku, suatu ide yang mungkin menjelaskan apa makna kemanjaannya. dan kalau ia marah aku bisa berdalih ingin melindunginya. <br /><br />tanganku merangkul pinggangnya (bukan pundaknya, kusengaja) kutarik tubuhnya lebih merapat, ia tersenyum tubuhnya tidak menolak. tapi reaksinya membuatku tambah bingung. <br />kutarik nafas dan kukumpulkan keberanianku. <br /><br />"nov..." panggilku pelan <br />wajahnya berpaling kearahku, wajah kami sangat dekat. <br />langsung kucium bibirnya, kulumat lembut bibir bawahnya. <br />aku tak tahu berapa lama, tapi yang jelas novi mendorongku. tidak jelas apa yang tergambar diwajahnya karena keadaan pos yang agak remang. <br />hening diantara kami. <br /><br />"mas...apa.." novi tidak melanjutkan kata-katanya. <br />akhirnya kuceritakan apa yang selama ini kurasakan, ttg kebiasaannya, ttg tubuhnya yang menantang birahiku, ttg keresahanku. aku coba mempersalahkan dia. <br /><br />novi menarik nafas berat berulang kali. <br /><br />melihatnya gundah, kupeluk tubuhnya, kucumbui bibirnya, kali ini novi terdiam. <br />bibir itu kunikmati, novi masih diam. tanganku mulai meraba tubuhnya, kulepas kancing, kutarik blous-nya dari jepitan roknya. tanganku menelusup kebalik bh-nya mencari gumpalan daging indah didadanya. kuremas lembut, kenyal terasa, ohhh.... inilah bukit kembar yang selalu kurindukan. <br /><br />makin berani, kulepas kaitan bh-nya, kini buahdadanya terbuka dihadapanku, samar tapi siluetnya indah merangsang. <br />kuisap putingnya, kupilin dng lidahku, tubuhku ...<br />...merinding nikmat, kurasakan kulit novi juga merinding. tubuhnya mulai bergerak pelan. tangannya meremas rambutku. <br /><br />novi mulai terangsang ia menikmati kulumanku di bukit-2nya. <br />tanganku mencoba masuk kedalam roknya tapi sempit. <br /><br />"sudah mas.." "nanti ada orang" novi menyadarkanku. <br />ia melepaskan buahdadanya dari rengkuhanku. <br />dengan cepat novi mengenakan kembali kain yang membalut tubuhnya. aku terdiam, perasanku campur aduk, nafasku tersenggal nafsuku masih membara. <br />kutarik lagi tubuh novi. kembali bibirnya kucumbu, kali ini novi membalas. kami berpagutan, lidah kami berkaitan, ludah bercampur, mulut kami basah oleh birahi. <br /><br />cumbuan panas kami terhenti ketika kelebat lampu mobil yang masuk ke UI menerangi pos jaga. <br /><br />kurangkul novi, "mas sangat menginginkanmu nov... mas mencintaimu", apakah kau punya perasaan yang sama?" <br /><br />novi diam tak menjawab pertanyaanku. <br />"novi membalas hasrat mas robin, apakah karena mencintai mas atau karena alasan lain...?"tanyaku lagi. <br />"aku tak mau membahasnya mas" jawab novi singkat <br /><br />tidak ada percakapan setelah itu. hampir jam 23.00 kami sampai dirumah kami, di pancoran. <br /><br />malam itu aku tidak bisa tidur. pikiranku berkecamuk. aku blm mendapat jawaban dari sikap novi, ada rasa nikmat yang masih menempel di tubuhku sekaligus penasaran ingin menuntaskan apa yang kami lakukan. <br />aku yakin novipun dikamarnya tidak bisa tidur. gadis yang tubuhnya belum pernah disentuh lelaki, baru saja di cumbu dan dirangsang. <br />kalaupun akalnya menolak aku yakin tubuhnya tidak dapat membohongi dirinya. <br /><br />jam 02.15 aku keluar kamar berharap novi juga keluar. aku menonton TV diruang tengah. akhirnya yang kuharap terjadi, hampir jam 03.30 novi keluar kamar katanya ingin ke toilet. <br /><br />dari toilet kutarik novi ke ruang tamu yang gelap. agak berat novi menuruti ajakanku. <br /><br />"nov... mas rindu padamu" rayuku <br />"nanti ketahuan mas" sambil ia menolak pelukanku. <br />"jangan ribut..." kupeluk tubuhnya, tanganku meremas pantatnya sambil kuciumi wajahnya. <br />novi hanya memegangi tanganku. <br /><br />kutarik dasternya keatas, melepas dari tubuhnya. kini novi telanjang dihadapanku tanpa sehelai benang. <br />"sial...!" umpatku dalam hati. gelap membuat mataku tidak bisa menikmati polos tubuhnya. kuremas buahdadanya. <br />tubuhku mulai memanas dari kaki sampai wajahku. <br /><br />kutidurkan tubuhnya ke lantai berkarpet. kulepas seluruh pakaianku dan menindihnya. gila memang, aku sudah tidak peduli seandainya ada yang bangun. <br /><br />kulit kami bersatu bergesekan lembut menimbulkan sensasi nikmat. dada kami menempel erat, kenyal buahdadanya terasa hangat didadaku. <br /><br />kuciumi seluruh wajahnya, kemudian turun menyusuri dagunya, lehernya kujilat. tubuh novi menggelinjang, terasa kulitnya merinding. <br />"geli mas..." bisiknya <br /><br />tubuhnya bergerak lembut karena jilatanku dilehernya kuteruskan. novi meremas pundakku. <br /><br />aku turun ke dadanya, wajahmu tenggelam diantara buahdadanya. <br />"oohhhh..."aku mendesah pelan. gerakanku mulai cepat dan liar, kuisap, kulum, kujilati buahdadanya. tubuhku mendidih. <br />nafsuku yang naik mendorong tanganku meraih vaginanya. kuelus bulu-2 vaginanya, paha novi terangkat. kugosok jariku dibibir vaginanya dan mencoba masuk, paha novi merapat seolah melarang jariku masuk. kutusuk pelan lubang surganya, pantatnya bergerak keatas.kuelus klitorisnya, novi mendesah tertahan. sekitar 3 menit vagina perawan yang masih terbungkus selaput kehormatan itu mulai membuka. sekarang cengkraman novi terasa makin kuat dipundakku. <br />jariku lebih mudah menusuk masuk. kukocok jariku pelan, merangsang birahinya. sementara wajahku masih tenggelam diaroma harum buahdadanya. <br /><br />5 menit kemudian, yang terasa seperti 5 tahun, vagina novi basah oleh cairannya sementara gerakan tubuhnya makin cepat dan teratur. <br /><br />penisku mendidih meminta gilirannya. tapi aku harus sabar, aku ingin novi menikmati kesan yang dalam pada percinttan pertamanya. <br /><br />kukocok jariku terus, terus... <br />tubuh novi terasa panas, tampaknya hampir orgasme karena dimasturbasi. <br />segera kuatur posisi kami berhadapan, kembali menindihnya. kubimbing tangannya agar memegang penisku. <br /><br />dalam keremangan wajah novi shock mengetahui sedang menggenggam penis pria. aku tidak ingin dia terlalu lama kaget, aku takut birahinya surut. <br /><br />"bantu mas memasuki vaginamu sayang..."bisikku. kugerakkan tangannya kearah lubang kenikmatannya. novi menurut. <br /><br />kepala penisku menyentuh bibir vaginanya menyibak bulu lebatnya. rasa aneh menyerang tubuhku. kudorong masuk penisku. pelan..., aku tdk mau ia kesakitan <br />"AAHHHHHHH.......", novi mendesah <br /><br />penisku hanya masuk seperempatnya. tertahan di sempit liangnya. kutarik penisku, gesekannya membuat aliran darah keotakku mulai melambat, pikiranku mulai tersumbat.<br /><br />...<br />..."OOOOOHHHHHHH...."kami mendesah bersama <br /><br />kutusuk lagi, beberapa kali tusukan sampai akhirnya..... "SLEEPP..." penisku terbenam diliang rahasia novi. <br /><br />tubuhnya menegang sesaat diikuti erangan yang tertahan, "ERRRGGGGHHH". <br />tubuhku ikut menegang beberapa saat. aku berdiam menikmati dan mambiarkannya menikmati bersatunya alat kelamin kami. <br />aku meresapi setiap denyut vaginanya, aku yakin novi juga merasakan hal yang sama. <br /><br />saat ini darahku berhenti mengalir, otakku tersumbat, tubuhku melayang menembus eternit. <br /><br />setiap detik yang berlalu seperti berabad-abad rasanya. <br /><br />aku mengocok penisku di viginanya. <br />'OOOOOggggggHH......MASSs....." novi terbawa nafsunya. <br />"jangan ribut sayang, tahan suaramu" pintaku dng suara bergetar. <br /><br />setiap aku menusuk dan menarik penisku, tubuh novi bergerak tak karuan, namun lama-kelamaan gerakannya mulai teratur. pantat dan pinggulnya menari-nari , kanan-kiri, membuat jepitan vaginanya makin kuat. <br /><br />penisku terasa penuh, sial aku hampir orgasme, sementara novi masih setengah. <br /><br />kucabut penisku, wajahku turun ke vaginanya. novi tersentak mencoba menahanku. <br /><br />sampai di vaginanya, kujilati, kuhisap klitorisnya. novi menjambak rambutku. <br />lidahku menerobos leluasa liangnya yang basah, licin dan berbau darah segar. <br /><br />seperti seekor ular yang menggeliat di lubangnya, lidahku menggeliat nakal mengorek isi vaginanya. semua wanita manapun yang di oral tahu bgmn nikmatnya permainan ini. <br />novi pun jadi kesetanan, pantatnya naik-turun, tak keruan. <br /><br />"SSSHHHHHH....." HEEGGGHHHH" novi mendesis, walau suaranya agak tertahan. pahanya menjepit kepalaku membuatku agak sulit bernafas. <br /><br />"HHOOOOGGGHHHH....." MASS..." "AKU..........." "HEESSSSHHH......" novi tak melanjutka kata-2nya, mungkin bingung dan enak luarbiasa mencekik lehernya. <br /><br />vaginanya makin basah, banjir olehludahku, lendir dan darah perawannya. <br />melihat tubuh novi mengejang-ngejang. kuhentikan oralku, kusergap kembali tubuhnya. penisku yang mengeras mencari liangnya yang terbuka lebar. <br />agak sulit kudapat pintu vaginanya sampai jemari novi dengan kasar meremas penisku dan memasukkannya kedalam vaginanya. <br /><br />memburu waktu orgasmenya, kutancap kocokanku, "CEPLAK" suara kulit kami dan cairan yang beradu. <br /><br />nafas yang berat, erangan, dan rintihan tertahan memenuhi ruangan. <br />mudah-mudahan tak ada yang terbangun. <br /><br />tubuhku terbang lagi menembus surga. birahiku tumpah, nafsuku meledak, <br />"NOV...." "EEERRRRRGGGGGHHH" aku menceracau. tubuhku mendidih. <br /><br />gerakan pinggul novi seirama dengan kocokanku. novi yang lugu tiba-2 menjadi kekasih yang mahir tanpa perlu belajar banyak, sifat liar itu keluar secara alamiah. <br /><br />setelah hampir 10 menit menikmati tiap tetas kenikmatan, tubuh novi menegang kemudian disusul dengan kerjangan dan gunjangan yang hebat. <br />NOVI ORGASME...! <br />tangan novi mencengkram pantatku dan menariknya kearah vaginanya, mencoba menenggelamkan penisku ke dasar vaginanya sedalam-dalamnya. <br />kudorong penisku membantunya. <br /><br />gerakan kami terhenti. kulit novi terasa panas namun keringatnya terasa dingin. <br />tiba-tiba keanehan terjadi. <br />dinding vaginanya menyempit meremas penisku keras. kemudian penisku seperti tersedot. terlepas kemudian tersedot lagi. <br />aku tdk tahu apa yang kurasakan tapi yang jelas ini membuat penisku terasa penuh, panas, terasa akan meledak. spermaku terasa mengaliri kebatang kejantananku, aku jadi ikutan orgasme. aku seperti tak bernafas untuk sesaat, kemudian, <br />tubuhku lemas jatuh menindih novi. keringat kami bersatu dengan aroma knikmatan terlarang. <br /><br />luar biasa, aku tidak tahu apa yang terjadi dengan vagina novi. belakangan aku teringat cerita seorang supir yang sering main perempuan dan punya 3 istri, katanya ada satu istrinya yang punya vagina menyedot dan tidak semua wanita yang punya vagina langka seperti itu. <br /><br />setelah kejadian malam itu, novi agak menghindariku. <br />tapi ada satu hal yang masih ingin kudapatkan yaitu melihat tubuh novi seutuhnya dibawah cahaya terang.sahronihttp://www.blogger.com/profile/04363341387314395578noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-5426126127632947342.post-33584711983989613122010-03-19T18:24:00.000-07:002010-03-19T18:25:19.862-07:00Rejeki Nomplok Saat Menunggu RumahPeristiwa ini berlangsung beberapa bulan yang lalu di awal 2006. Di Sabtu malam yang cerah aku terpaksa menunggu rumah sendirian. Keluarga semua pergi ke Jakarta menghadiri acara pernikahan saudara sepupuku. <br /><br />Aku perkenalkan diri dulu. Namaku Reno, 28 tahun. Tampangku biasa-biasa aja dengan kulit sawo matang. dengan tinggi 170 cm dan berat 70 kg. Pembaca mungkin menyangka aku gendut. Itu sama sekali tidak tepat karena aku rajin fitness hingga otot2ku pun terbentuk walaupun tidak sekekar Ade Rai :). Aku bekerja di satu perusahaan swasta di kotaku. Aku tinggal di kota kecil di bagian Barat pantura Jawa Tengah. Dan sekarang aku masih menyandang predikat jomblo. Namun aku selalu enjoy menjalaninya. <br /><br />Sabtu malam itu tidak seperti biasanya. Teman-temanku yang sebagian jomblo juga (mungkin aku perlu bikin perkumpulan Jomblo Merana, hehehe...) tidak keliatan batang hidungnya. Aku yang nungguin rumah sendirian akhirnya cuma bisa duduk sambil mengisap rokok putih di teras depan rumah sambil cuci mata pada cewe-cewe yang lewat di jalan depan rumahku. Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Rasa kantuk sudah mulai menyerang. Aku pun bergegas masuk ke rumah. Begitu tanganku hendak meraih gagang pintu, aku dikejutkan suara becak yang direm mendadak. Spontan aku liat ada yang terjadi. Ternyata seorang wanita kira2 berumur 40 tahunan turun dari becak kemudian membayar ongkos ke abang becak. Aku masih terpaku melihat apa yang akan dilakukan oleh wanita dengan kulit sawo matang dan berwajah sensual itu. Tingginya kira-kira 160 cm dan beratnya mungkin 60 kg dengan payudara yang besar kira2 36C dan pantat yang besar pula serta perut yang sudah tidak rata lagi. Wanita itu memakai baju terusan dengan rambut digelung ke atas menambah kesensualannya. Tanpa dikomando penisku lagi berdiri tegang. <br /><br />"Permisi...", suara lembutnya membuyarkan lamunanku. "Eh...iya, Bu...", jawabku sekenanya. "Pak Atmonya ada?" <br />Aku jadi bingung karena nama orang tuaku bukan Atmo. Dengan cepat aku baru sadar kalo rumah yang aku tempati sekarang dulu adalah milik Pak Atmo yang sekarang sudah pindah di kota di provinsi Jawa Tengah bagian Selatan. <br /><br />Akhirnya aku jelaskan padanya tentang keadaan saat ini. Dia pun bingung hendak ke mana karena tidak ada sanak sodara di kota ini. Kemudian aku persilakan masuk wanita itu ke dalam ruang tamu. Setelah melalui percakapan singkat dapat kuketahui kalo wanita itu bernama Tuminah, sepupu Pak Atmo dari Boyolali dan aku tahu kalo dia telah hidup menjanda selama 10 tahun semenjak kematian suaminya. <br /><br />"Dik Reno, ibu saat ini bingung mau tidur di mana. Lha wong sudah malam begini. Mau melanjutkan perjalanan sudah tidak ada bis lagi," kebingungan meliputi dirinya. <br />"Sudahlah Bu Minah...Ibu sementara bermalam di sini dulu. Besok Ibu bisa ke tempat Pak Atmo," aku coba menenangkannya sambil mataku mencuri-curi pandang ke arah gundukan di dadanya yang membusung itu. Mengetahui hal itu Bu Minah jadi salah tingkah sambil tersenyum penuh arti. Akhirnya Bu Minah setuju untuk bermalam di rumahku. Aku persiapkan kamarku untuk tidur Bu Minah. Tak lupa aku buatkan teh panas untuk menyegarkan tubuhnya. Kemudian aku persilakan Bu Minah untuk membersihkan badan dulu di kamar mandi. <br /><br />Aku menunggu dengan menonton tivi di ruang tengah. Bayangan tubuh montok Bu Minah menjadikan burungku jadi makin berdiri keras. Ditimpali suara kecipakan air di kamar mandi terdengar dari tempatku. <br />"Mas Reno..." aku dikejutkan panggilan Bu Minah dari kamar mandi. "Iya Bu... Ada apa?" aku bergegas menuju ke kamar mandi. "Ibu lupa tidak bawah handuk. Ibu boleh pinjem handuk mas Reno?" terdengar suara Bu Minah dari balik pintu kamar mandi. "Boleh kok, Bu. Saya ambilkan sebentar, Bu", aku ambil handukku di jemuran belakang. <br />"Ini Bu handuknya" perlahan pintu kamar mandi dibuka oleh Bu Minah. Aku sodorkan handuk ke tangan Bu Minah yang menggapai dari balik pintu. Tak kusangka sodoran tanganku terlalu keras sehingga mendorong pintu terbuka lebar hingga badanku terhuyung ke depan ikut masuk ke kamar mandi. Aku menubruk badan Bu Minah. Aku peluk tubuh bugil Bu Minah agar aku tidak jatuh. Bu Minah pun memeluk tubuhku erat-erat agar tidak terpeleset. "Aahhh...", Bu Minah menjerit kecil. Aku rasakan buah dada bu Minah yang besar itu dalam pelukanku. Penisku langsung tegang mengenai perus Bu Minah. Beberapa detik kami terdiam. <br />"Ih, mas Reno kok meluk aku sih..." katanya manja tanpa melepas pelukannya padaku. Wajahku merah padam. Aku tidak bisa menyembunyikan hasratku yang meletup-letup. "Kaalauu...akkuu lepass ...nantii akku liat ibu Minah telaanjaang donggg..", jawabku terbata-bata dengan nafas tersengal menahan gejolak birahi. Aku tekan-tekan penisku yang masih terbungkus celana ke perutnya. "Aacchh...sungguh nikmat sekali," batinku karena aku baru pertama kali ini memeluk wanita dalam keadaan telanjang bulat. "Burung mas Reno nakal..." katanya manja sambil tangannya merogoh penisku dari balik celana training yang aku pakai. Dielus dan dikocoknya perlahan penisku. "Ouuugghhh..." aku hanya bisa mendesah. "Burung Mas Reno besar sekali..." Aku tidak tahu apakah dengan panjang 16 cm dan diameter 4 cm itu penisku termasuk besar, ...<br />...entahlah mungkin Bu Minah sebelumnya hanya tahu penis dibawah ukuranku. Dan aku pun tidak tinggal diam. aku remes-remes teteknya yang gede itu sambil aku emut putingnya. "Mmmhhh... enak banget mas..." <br />Tangan kiriku langsung turun ke vaginanya yang mulai basah itu. Aku gesek-gesek dengan jariku dan aku mainkan klitorisnya... <br />"Mas...." hanya itu yang bisa Bu Minah ucapkan dengan mata sayu sementara tangannya masih mengocok penisku dengan pelan. <br />"Mas...Mas Reno....aku wis ora kuat...." suaranya parau "Masukin sekarang ya, Mas...." <br />Aku jadi bingung karena belum pernah ml sebelumnya. Dengan malu-malu aku pun beranikan diri bertanya, "Bu, caranya gimana?" Bu Minah tersenyum genit. "Oh mas Reno masih bujang tong-tong to?" Kemudian Bu Minah membalikan badannya dengan berpegangan pada bak mandi Bu Minah mengambil posisi nungging. Aku yang udah gak sabar langsung mengarahkan penisku ke vagina yang merah merekah dengan rambut kemaluan yang tercukur rapi tapi gagal karena aku tidak tahu lubang kenikmatan itu. "Sini mas Reno biar aku bantu..." Bu Minah yang mengerti keadaanku langsung menyamber batang penisku kemudian diarahkannya ke lubang vaginanya. <br />Kepala penisku menyentuh bibir vaginanya. Oouugghhh... sungguh kenikmatan yang luar biasa yang baru aku rasakan. Kemudian aku dorong penisku ke dalam vagina Bu Minah. Agak susah memang. "Mas...pelan-pelan. Aku udah lama tidak kaya gini..." suara Bu Minah terdengar lirih tertahan. Aku majukan lagi penisku hingga tinggal setengahnya yang belum masuk ke lubang kenikmatan. Bu Minah memaju mundurkan pantatnya berulang-ulang. Dan... Slleeepppp.... penisku seperti tertelah semuanya oleh vagina Bu Minah. Aku maju mundurkan penisku dengan cepat seperti yang aku liat di BF. <br />"Ooohhhh....masss....mmmhhhh...." hanya itu yang keluar dari mulut Bu Minah. Aku merasakan sensasi yang sangat luar biasa... <br />Dan belum ada 30 kocokan aku merasakan akan memuntahkan spermaku."Bu.... aku mau keluar..." Aku percepat sodokan-sodokan penisku ke vagina Bu Minah. Dengan gerakan yang luwes Bu Minah memutar-mutar pantatnya mengimbangi sodokanku. Melihat goyangan pantat Bu Minah yang erotis itu aku semakin tidak sanggup menahan laju spermaku. Aku percepat sodokanku.... dan... "Ooouuugggghhhh....." aku tekan kuat2 penisku hingga menyentuh dasar rahim Bu Minah. "Crrootttt.....ccrrrooottt....cccrrottt...." penisku menyemburkan sperma sebanyak 15 kali ke vagina Bu Minah. Goyangan-goyangan erotis pantat Bu Minah mengiringi siraman spermaku. "Oooohhhhh...." Aku terkulai lemas. Aku peluk tubuh Bu Minah dari belakang dengan tangan meremas2 tetek Bu Minah yang besar walopun sudah agak kendur. Sementara penisku yang masih tegang tenggelam dalam vagina Bu Minah yang enak itu. Nafas kami masih tersenggal-senggal. Lama kami terdiam meresapi sisa-sisa kenikmatan yang baru saja dilalui. <br /><br />"Mas Reno...." Bu Minah lirih memanggilku. "Udahan dulu ya Mas.., aku capek banget. Aku mau istirahat dulu". Aku bisa memahami kondisi tubuh Bu Minah setelah melakukan perjalanan panjang. <br /><br />Akhirnya aku tidur bareng Bu Minah di kamarku. Dan tentunya masih ada kejadian2 kenikmatan yang kami lakukan berdua setelah itu. Nanti akan aku ceritakan buat pembaca semua.sahronihttp://www.blogger.com/profile/04363341387314395578noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5426126127632947342.post-58563783037743087822010-03-19T18:22:00.000-07:002010-03-19T18:24:26.967-07:00Nonton film BF..Hobby-ku menonton BF sambil ngelus-elus penis yang sudah tidak sabaran mengeluarkan sperma. Setiap hari penisku harus kulatih dengan mengelus-elus dan mengocok-ngocok pelan dan halus (tidak sampai keluar) agar tetap pada kondisi ready stock. Aku mengeluarkan sperma biasanya pada saat nonton BF, aku telanjang sambil tiduran, lama-lama penisku menjadi tegang dan kuimbangi dengan kocokan lembut di batang penisku, biasanya kuletakan penisku di antara dua telapak tangan dan kumaju-mundurkan tangan kanan dan kiri berlainan arah. <br /><br />Wah.. nikmat sekali, dan kalau aku sudah sampai orgasme, aku lalu mencari adegan waktu ceweknya di atas cowok di bawah, dan ceweknya bergerak liar memutarkan vaginanya di kemaluan cowoknya. Lalu aku semakin puncak dan kupercepat kocokan dan sampailah, "Croott.. ah.. ccrroot.." <br />Muncratlah spermaku sampai 4–5 kali, dan wah.., badanku lemas, dan aku tertidur dengan bugil, dan sperma dimana-mana (di dada, paha, karpet, tangan dan bantal). <br /><br />Kejadian seks yang mengesankan buatku, saat kupinjam CD BF ke salah satu rental VCD di daerah Yogya. Pinjam CD BF ini aku rutin satu minggu sekali, dan pinjam paling tidak 5 VCD (puas nek..). Saat aku masuk rental itu, terlihat yang jaga rental seorang cowok dan cewek, lalu kudatangi yang cowok (maklum kalau sama si cewek agak malu kucing). <br />"Mas.., full.." kataku sambil melepas helm dan duduk di kursi yang disiapkan. <br />"Oh.. ya..," <br />Tidak lama cowok itu mengambil map warna merah yang di dalamnya berisi pilihan gambar CD BF dengan nomor pemesanan. <br /><br />Sesaat kupilih-pilih BF yang ada dari halaman pertama, sambil mencuri-curi pandang ke arah cewek yang sedang baca novel, maklum saat itu sedang sepi, jadi mereka bisa santai, kuperhatikan cewek disitu yang masih muda. Ya sekitar sama denganku, mungkin tingginya tidak begitu tinggi, sekitar 158 cm, dan berat badan yang montok sekitar 54 kg. Yang membuatku tidak kuat melepas pandangan dari dia adalah ukuran payudaranya yang cukup besar dan menggantung bebas di balik kaos ketat. Wah.., ini pepaya yang besar dan kenyal serta empuk kalau dihisap putingnya, maklum saja ukuran 36B, mana tahan kalau penis ini tidak naik. <br /><br />Penisku saat itu lagi pemanasan, ya.. tegang-tegang sedikit selain akibat pilih-pilih CD dengan gambar yang bugil ditambah lagi suguhan susu yang montok itu. <br />Tiba-tiba si cowok bilang, "Yang mana Mas..?" <br />Aku menjadi kaget, terganggu perhatianku terhadap susu montok itu, "Oh.., Ya.. ini nomer 27, Mas.." <br />"O.., Rin.. nomer 27.." <br />Segera si cewek itu berdiri dan berbalik mencari CD BF no. 27. <br /><br />Wow.., ternyata dia memiliki pinggul yang oke, tidak kalah lagi pantat yang super menonjol dan semok. Aku terus tidak henti-hentinya mengamati belahan pantat cewek itu yang kutahu namanya Rina. Belahan pantat Rina terpampang jelas, karena dia pakai celana kain ketat. <br />"Oh.. tidak ada, kelurar.." kata Rina sambil kembali duduk. <br />Terus aku tidak malu-malu pindah duduk ke dekat Rina biar jelas nomor berapa yang mau kupinjam. <br /><br />"Sebentar Mbak.., ini nomer 13 ada nggak..?" <br />"Sebentar saya cariin.." <br />Rina lalu berdiri lagi dan membelakangiku. Dia mencari dari atas sampai bawah, setelah lama mengurut, dia menemukan nomor 13 tersebut. <br />"Ah.. ini Mas ada kok.." <br />"Oh ya..," <br />Aku lalu memeriksa CD itu, kucuri pandang ke susu yang montok itu. Memang kalau makin dekat makin jelas tonjolan susu rina ini, putingnya nampak tonjolannya di tengah-tengah gundukan payudaranya. Rina mengerti gelagatku yang terus mengamati susunya itu. <br /><br />"Mas.., mana lagi..? Kok jadi bengong..!" <br />"O.. ini Mbak.., nomer 40," aku kaget sekali tiba-tiba diperingatkan seperti itu. <br />Aku sengaja memesan nomor yang baling bawah, sehingga Rina nanti bisa menunging membelakangiku. Rina berdiri, dan ternyata dia langsung mencari dari deret yang paling tengah, otomatis dia sedikit menungging. Wow.., ini baru pemandangan yang tidak kalah serunya deh.. Pantat dan belahan pantat Rina benar-benar asli dan oke sekali, kelihatan di selakangannya agak menjorok ke dalam gundukan tempat vaginanya singgah. Wah.. penisku tidak sadar sudah setengan tegak pengaruh dari pantat montok Rina itu. <br /><br />"Ini Mas.., nomer 40.." <br />"Oh.. ya.. Mbak sekalian 45, 50, 49 deh.." <br />Biar dia agak lama menungging, dan aku dapat menikmati belahan pantat Rina yang montok itu, dan sekilas gundukkan vagina yang tertutup celana ketat Rina. <br />"Ini Mas.., 45, 50, 49 ada lagi." <br />"Udah cukup Mbak.." <br />Aku periksa, mungkin CD-nya tergores atau tidak. <br /><br />"Masnya sering pinjem BF di sini ya..?" <br />"Ya.. lumayan sih.., Kalo nggak seminggu sekali baru kemari.." <br />"Emmhmm.. rutin ya.. suka nonton BF ya.. Mas..?" <br />"Ya.., kalo lagi perlu nganggur aja, lagi bete nih..!" <br />"Kok bete.. kenapa..?" <br />Aku mulai akrab dengan Rina, dan kalau ngomong sudah tidak nanggung-nanggung lagi, aku yakin dia sudah mengerti masalah sex. <br /><br />"Ya.. kalo nggak dikeluarin bisa pusing nih..!" <br />"Ha.. ha.. ya.. keluarin aja..!" kata cowok yang ada di sebelah Rina, ternyata cowok itu mendengar percakapanku dengan Rina. <br />"Lah.. ya.., makannya aku pinjem BF ini, ...<br />...alat perangsang.." <br /><br />Setelah itu aku pulang dan menyalakan komputer dan nonton BF itu, tidak lupa aku telanjang dan menyiapkan handuk kecil untuk spermaku nanti muncrat dan body lotion sebagai pelicin. (Khayalan batang kemaluanku di dalam vagina cewek) Dan pada hari itu aku menghabiskan waktu dengan onani party di kamarku, nikmat dan puas. <br /><br />Lalu esoknya aku kembalikan CD BF itu. Sesampainya di depan rental X ini, kelihatan sepi-sepi saja, lalu aku masuk dan ternyata aku hanya melihat cowok saja yang jaga. <br />"Mas, kembaliin CD nih..!" <br />"I.. ya. Se.. bentar ya.., tang.. gung.." sambil nafas yang terengah-engah. <br />Aku curiga cowok ini kenapa, dia duduk dan kedua tangannya menggenggam kursi dengan erat dan dia kok melihat ke bawah terus. <br />"Ya.., tung.. gu ya.. Mas.. Ah.. ye.. ter.. us.." tidak lama cowok itu mengejang, dan, "Aku.. ke.. luar.., ah.. ah.. ah.." <br /><br />Setelah itu tidak lama kemudian keluarlah seorang cewek dari bawah tempat duduk cowok itu, wah.. ternyata Rina. Kelihatan sperma cowok itu ada di mulut Rina dan sebagaian di rambutnya. <br />"Halo Mas.., kembaliin CD ya..?" Rina menyapa dengan santainya. <br />"E.. i.. ya." <br />Rina lalu menuju ke kamar mandi yang letaknya di belakang rental X ini. Rina masih berpakaian lengkap, oo.. ternyata dia baru mengkaraoke batang kemaluan cowok ini. <br /><br />"Ya Mas, ada yang bisa saya bantu..?" sapa cowok yang baru dipuaskan oleh Rina lewat mulut binalnya, sambil berdiri dan memasukkan penisnya yang masih basah karena sperma yang keluar terlalu banyak. <br />"Iya.. ini CD-nya." <br />"Oh.., sebentar ya, Mas.." <br />Cowok ini memeriksa CD apa ada yang tergores atau tidak. <br /><br />Lalu kucoba untuk memberanikan diri bertanya sesuatu pada Mas ini, aku menjadi yakin kalau rental ini benar-benar xx. <br />"Mas maaf ya.., mau tanya." <br />"Ya.., kenapa..?" <br />"Tadi itu.." sebelum aku selesai ngomong, "Oh.., tadi itu Rina minta oral sama kontol ini, biasa kok Mas, disini nyantai aja." <br />"O.., jadi siapa saja bisa ya..?" <br />"Bisa aja, kalo sekedar oral, kocok kontol, emut kontol dan elus-elus aja." <br />"Kalo.., sorry ya Mas.., kalo nge-sex sungguhan gimana..?" <br />"Ya, tanya aja ama Rina, temennya banyak kok. Dia seneng banget kalo nge-sex. Ya.. kan enak sih." <br />"Jadi kalo onani disini bisa ya..?""Kalo itu sih para pelanggan BF sering Mas. Si Rina tuh yang sering ngocokin kontol cowok. Ya.., kalo Rina nggak capek aja dan lagi 'MUT'." <br /><br />Dan tidak lama kemudian Rina kembali dari kamar mandi, kelihatannya dia baru keramas rambutnya, maklum terkena muncratan sperma cowok penjaga rental. <br />"Halo Mas. Pinjem BF lagi..?" <br />"Oh.., nggak kok." <br />"Rin.., ini Mas mo kenalan ama kamu lebih dalam.." kata cowok rental X itu. <br />Aku kaget sekali cowok itu bilang seperti itu, "Ya Mbak.., boleh nggak..?" <br />"Itu Rin.., Mas ini mo kocokan binal kamu, kamu mau nggak..?" <br />"Bisa.." kata Rina sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. <br />"Ya.. udah sana ajak ke atas aja Rin.., biar rentalnya kutunggu." <br />Wah.., ini waktunya menguji perkasaanku, sudah lama penisku tidak ketemu sama sahabat karib si vagina. <br /><br />Lalu aku dan Rina naik tangga menuju lantai dua, dan Rina membawa satu CD BF dari rental itu. Sesampai di sebuah kamar, Rina mempersilakanku untuk duduk di ranjang yang cukup besar juga. Rina lalu mengunci pintu, dia meletakkan handuknya di kursi dan menyalakan TV dan CD player, dan memutar CD BF itu dengan volume yang cukup keras. Tidak lama kemudian terdengarlah erangan nafsu, dan terlihat adegan bugil-bugil dari CD tersebut, ini membuat batangku yang tidak sabar lagi melihat kemolekkan tubuh Rina. Rina lalu membuka jendela selebar-lebarnya, agar suasananya lebih natural. <br /><br />"Gimana Mas, e.. nama kamu siapa sih..?" <br />"Aku Ari, kamu pasti Rina to..?" <br />"Kok tau..?" <br />"Ya.. tau dong..," <br />Tidak lama kemudian Rina mendekatiku, dan duduk di sampingku, dan tidak segan-segan lagi tangan kanan Rina memegang batang kemaluanku yang masih terbungkus celana pantangku, dielus-elus dan kadang-kadang diremas-remas. <br />"Ari suka sex ya..?" <br />"Ya. Ah.., kamu pinter deh nge-sex..!" <br />"Ah.., kata siapa..?" sambil tetap mengocok-ngocok kemaluanku, dan aku masih pasif merasakan gesekan tangan Rina. <br /><br />"Ya, ah.., hemm.., kata Mas di bawah tadi." <br />"Ooo, Mas Ucok toh..," <br />Sekarang Rina duduk di hadapanku, dan menjongkok sambil tangannya tetap mengocok habis batang kejantananku yang sudah setengah tegang itu. <br />"Ar.., udah dibuka ya..? Biar kontol kamu nggak tersiksa ama CD kamu, biar ngacengnya sempurna." <br />"Ya.., udah.. buka aja.." <br />Rina pelan-pelan membuka celanaku dari sabuk sampai membuka resleting-nya, setelah celanaku terbuka, aku sedikit mengangkat pantatku untuk memudahkan Rina melepas celana, dan sekarang aku tinggal menggunakan CD biru-ku, dan pakaianku masih terpakai. ...<br />...Lemparkan celanaku di kursi dan Rina mulai duduk kembali di selakanganku, dan aku masih dalam keadaan duduk di pinggir ranjang rental X. <br />"Hemm.., ah.. kontol kamu kelihatanya besar juga Ar..," puji Rina sambil mengelus-elus naik turun penisku yang masih terbungkus CD. <br />"Ah.. ya.. hem.. oughg.. ye.." erangan yang tidak dapat kutahan lagi, ditambah erangan dari CD BF yang dinyalakan oleh Rina tadi menambah hot suasana di kamar rental X. <br /><br />Rina sedikit demi sedikit membuka CD-ku, dan terlihatlah batang kemaluanku yang sudah mengacung keras seperti rudal siap lepas kendali. <br />"Wow.., Ar.. kontolmu lumayan juga nih.." sambil tetap mengocok naik turun kejantananku, "Kamu rawat ya..? Kok tegaknya sempurna banget sih..? Keras lagi..," <br />"Ah.., te.. rus.. rin.. don.. stop..!" <br />Rina mulai mengocok keras, cepat, dan tiba-tiba pelan, keras lagi, pelan lagi. Wah.. ini membuat aku menjadi kelabakan, ternyata Rina ahli juga membuat cowok melayang, hampir saja aku keluar tapi aku tetap bertahan. <br /><br />Kemudian Rina mulai mengocok batang kemaluanku dengan tangan kiri dan tangan kanannya mengelus-elus telur. Wa.., ini nikmat sekali, geli-geli gimana ya..! Kadang-kadang dia menusuk-nusuk anusku dengan telunjuk kanannya. <br />"Ah.. ya.. te.. rus.. Rin.. kamu.. ahli deh..!" <br />Sekarang Rina mulai dengan mulutnya, perlahan-lahan dimasukkan penisku ke mulut binalnya. <br />Saat masuk mulutnya, "Ah.., hemm.. ye.. ah.." <br />Aku sedikit mengangkat pantatku, terasa dingin geli dan enak sekali, lain dengan onani. <br /><br />Perlahan-lahan Rina mengkocok penisku dengan mulutnya dan lidahnya yang lincah. <br />"Ha.., ough.., ehmm.., ye.. te.. rus.." kupegangi rambutnya, aku tarik turunkan kepalanya untuk mengatur kocokan mulutnya di penisku. <br />"Ehhmm.., Eh.. em..," suara mulut Rina yang penuh dengan batangku. <br />Tidak lama dia menarik nafas, dan mengeluarkan penisku dari mulutnya. <br />"Ah.., hemm.., kamu kuat sekali Ar.. Biasanya cowok-cowok kalo dioral dikit udah keluar.." <br />Lalu dia melanjutkan dengan menyedot telurku, dan dilepaskan sampai bersuara, "Ploks.. ploks.." <br />Tarian lidah Rina di ujung kepala penisku dan sampai anusku juga tidak ketinggalan dari nafsu seksnya ituDan setelah beberapa menit lamanya aku bertahan dari tarian lidah Rina di penisku, aku mulai merasa tidak kuat menahan spermaku yang mau keluar. <br />"Ah., Rin.., aku.. mo.. ah.. ye.. keluaarr..!" <br />Dan Rina mulai memasukkan semua penisku di mulutnya, dan dikocoknya dengan cepat dan keras. <br />Tidak lama kemudian, "Ahh.. crroot.. crroott.. ah.. ye.. yes..!" <br />Rina menutup mulutnya rapat-rapat supaya spermanya tidak keluar dari mulutnya. Dan selama 30 detik lamanya dia menekan mulutnya tetap di penisku, dan meyakinkanku tidak keluar lagi. Lalu dia melepaskan mulutnya dari penisku, dan menelan semua spermaku walaupun ada yang keluar sedikit dari mulutnya. <br /><br />Aku lemas dan telentang di atas ranjang dengan telanjang bawah saja, dan aku merasa panas dan aku melepas semua pakaianku. Sekarang aku bugil, telanjang tanpa sehelai benang di hadapan Rina yang menikmati spermaku. <br />"Kamu lumayan juga Ar..! Bisa bertahan beberapa menit lamanya." <br />"Ah.. biasa aja tuh..!" <br />"Kamu pake obat ya..? Irex kali..?" <br />"Ah.. nggak juga." <br />"Udah.., kamu istirahat dulu. Aku mo bersihkan mulutku nih.. Eh, makasih spermanya lho.. gurih..!" katanya sambil terseyum. <br />Dia menuju kamar mandi yang ada di kamar itu. Ternyata dia sikat gigi, biar tidak bau kali. <br /><br />Aku beristirahat sambil telanjang menunggu Rina keluar dari kamar mandi. Dengan ditemani CD BF yang dari tadi tidak usai-usai, menambah batang kejantananku tidak mau tidur, penisku masih tegak walaupun tidak sekeras tadi. Tidak lama kemudian Rina keluar dari kamar mandi, dia tetap berpakaian lengkap, kaos ketat dan celana kain ketat. Rina mendekatiku yang lagi telentang telanjang di ranjang, dia duduk di sampingku. <br />"Lho.., kontol kamu kok nggak turun-turun sih..?" <br />"Ya.., itu lihat BF mana bisa turun, apalagi susu kamu yang montok itu menggoda kontolku." <br />"Ah.., kamu bisa saja." candanya sambil langsung tangan kanannya mengocok-ngocok pelan batangku yang sudah setengah tegak. <br />Perlahan-lahan dia menunduk dan mencium bibirku dengan bibir tebalnya itu. Aku langsung melumat habis bibirnya, permainan lidah Rina memang mahir, dan aku imbangi saja dengan permainan lidah yang tidak kalah mahirnya. <br /><br />Sekitar beberapa menit kami bermain kiss dan kiss, dan Rina tetap mengocok penisku, aku mulai menjelajahi susunya yang montok itu, kuremas dengan tanganku yang dari tadi gatal sekali. Terasa kenyal dan empuk sekali susu Rina, kuelus-elus dan kugesek-gesek halus putingnya dari luar kaos. Sekarang rina melepaskan lumatan bibirnya, dan mengerang merasakan tarian tanganku di susunya itu. <br />"Ah.., ye.. em.. enak.. Ar.. te.. rus.. ya.. itu.. ough.." tangan Rina tetap mengocok-ngocokku dan aku berusaha melepaskan kaos Rina dan dia langsung membantunya dengan melepaskan sendiri kaos ketatnya itu. <br />Nah.., sekarang terpampang susu Rina yang tertutup BH 36 itu. <br /><br />"Rin.. ...<br />..aku buka ya.. biar terlihat bebas.." <br />"Buka aja.." <br />Rina lalu mengangkat kedua tangannya memudahkanku melepas kaitan BH yang ada di belakang, susu Rina yang montok itu terpampang bebas di depan wajahku, dan aku langsung saja melahap habis susu Rina yang besar sekali. Kusedot, kuremas dan pelintir putingnya. <br />"Ah.. ye.. oug.. hem.. te.. rus.. Ar..!" mulai tidak jelas ucapan Rina. <br />Kami mulai duduk berhadap-hadapan, dan selakangan Rina mulai dibuka lebar, dan aku duduk di antaranya, sehingga aku puas mempermainkan susu montok Rina. <br /><br />Kupegang kedua puting Rina yang cukup menonjol itu, dan kupelintir bebarengan. <br />"Ah.. ye.. ah.. aow.. yes.. no.. ough.." <br />Kepala Rina bergerak tidak karuan, ke kanan ke kiri. Kurebahkan Rina dan kududuk di perutnya, aku mengarahkan penisku di belahan susu Rina, dan kurapatkan susu Rina yang besar itu untuk menjepit penisku dan aku maju-mundurkan penisku. <br />"Ah.. Rin.. su.. su.. ah.. ye.. em.. puk enak.." aku mulai kocok susu Rina sampai susu Rina berwarna merah. <br />Ternyata Rina menikmati ini, dan aku tidak sabaran lagi ingin menikmati vagina cewek ini. <br /><br />Aku mulai turun dan mengelus-elus vagina Rina dari luar celana ketatnya, terasa sekali vaginanya sudah becek sekali akibat permaian panas kami. Kusuruh Rina berbalik telungkup, dan terlihat resleting celananya masih tertutup rapat. Kumulai menurunkan resleting itu, Rina sedikit mengangkat pantatnya agar memudahkanku untuk melepas celananya, dengan posisi menungging ini pantat Rina kelihatan makin montok dan bahenol. Tidak lama kulepas celana ketat Rina. Wah.., ternyata Rina benar-benar terangsang sekali. CD kuning tipisnya bawah total, dengan posisi menungging ini bongkahan vagina makin terlihat, apalagi Rina merenggangkan selakangannya. Aku mengelus-elus bongkahan itu dengan tangan telunjukku, Rina sedikit mengangkat pantatku akibat rangsangan tanganku, dan biasanya pantat Rina otomatis maju mundur dengan sendirinya. <br /><br />Lalu aku melepas CD kuning tipis mulik Rina itu dengan pelan-pelan, dan Rina memberi sensasi dengan memutar-mutarkan pantatnya, wowo.. woo.., ini bari sex dan super model sex, dia pintar sekali meningkatkan nasfu sex lawannya. Terlepas sudah CD Rina, terlihat bebas pantat yang putih mulus tanpa cacat dan vagina yang memerah basah dan berambut rapih. Aku mulai mengelus-elus permukaan pantat Rina. <br />"Ah.. Ar.. ehmm.. ouhghh.. ah.. ye.. langsung aja Ar.., aku.. nggak.. tahan.. oh.. ye.." sambil merem melek Rina menahan nafsunya. <br />Langsung aku mendekatkan wajahku di belahan pantat Rina, dan langsung melumat habis vagina Rina dalam posisi menungging. <br /><br />"Ah.. ye.. dalam.. Ar.. ough.. ye.. oh.. ye.." sambil meliuk-liukkan tubuh semok-nya itu Rina mengerang tidak karuan, karena kupermainkan klit-nya Rina dengan lidahku. <br />Kunaik-turunkan lidahku di penjolan daging itu. Belahan vagina Rina lumayan tebal, dan merah warna dalan vaginanya dan becex sekali. Beberapa saat kemudian aku memasukkan dua jariku, yang satu kumasukkan di vagina Rina dan yang satu lagi kumasukkan di anusnya. <br />Pelan-pelan kumasukkan, "Hemmah.. pelan.. pelan.. Ar.. ya.. te.. rus di.. kit..lagi.. ough.." Rina mengangkat pantatnya sebagai reaksi jari masuk di vagina dan anusnya. <br />Pelan-pelan kukocok anus dan vagina Rina dengan jariku. <br /><br />"Yac.. ah.. le.. bih.. cepat.. Ar, oh.. ye.. oh.. no.. ye.. ya.. oug.. hemmh.. cepet..!" <br />Aku mulai mempercepat kocokanku di kedua lubang kenikmatan Rina. Sementara itu aku tidak menyia-nyiakan susu yang menggelantung bebas. Dalam posisi nunggi ini aku dapat melihat dengan bebas gerakkan tubuh Rina yang bahenol dan montok. Kuremas dan pelintir putingnya. <br />"Ah.. Ar.. aku.. kee.. ke.. lu.. ar.. nggaa.. kuu.. at.." <br />Aku merasa Rina mulai dalam kondisi orgasme yang memuncak, kupercepat kocokan tanganku di vagina dan anus Rina. Tidak lama kemudian Rina mengejang dan mengangkat badannya dengan gemetaran, dan terasa cairan hangat dari dalam vagina Rina. <br />"Serr.. serr.." lumayan banyak sampai keluar dari permukaan vagina Rina. <br /><br />Rina lelah dan terkulai lemas di ranjang dengan posisi telungkup telanjang. Lalu tanganku kucabut dari vagina dan anus Rina, terlihat cairan yang lumayan kental dan putih di jariku, lalu kuusapkan ke kejantananku sebagai pelicin. Kukocok-kocok pelan dan lembut penisku agar tetap tegang dan tegak berdiri. <br /><br />Sementara itu Rina telanjang dan membelakangiku, aku lalu membalikkan dia. <br />"Rin, orgasme kamu hebat banget deh.." <br />"Oh.. ah.. kocokan jari kamu hebat sekali, kamu belajar dimana sih..? Kok tau kelemahanku..?" sambil terus mengocok penisku. <br />"Ya.. nonton BF aja kan udah pengalaman." <br />"Ah.. kamu bisa aja." katanya sambil menggantikan tanganku untuk mengocok batangku yang mau keluar lagi. <br />"Rin, boleh aku coba vagina kamu ini..?" sambil kuelus-elus vaginanya. <br />"Boleh.." <br /><br />Lalu kulebarkan selakangan Rina, dan kurangsang dulu dengan oral di vaginanya. Lidahku menyusuri vaginanya dari atas ke bawah dan ke atas lagi dan seterusnya. Rina mulai mendesah keenakan. <br />"Ehhmm.. ah.. ye.. Ar.. sekarang aja kontolmu masukin deh..!" <br />Lalu kupegang kedua paha Rina, lalu kuangkat ke atas, terlihat jelas vagina Rina yang sudah membuka lebar dan becek. Pelan-...<br />..pelan kumasukkan batang kemaluanku ke vagina Rina. <br /><br />"Ouhg.. hemm.. ah.. ye.." erangan Rina menerima sodokan pertama penisku. <br />Aku mulai memaju-mundurkan penisku dengan pelan-pelan. <br />"Oh.. ye.. shiit.. ah.. ye.." erangku. <br />Enak benar vagina Rina, dindingnya berdenyut-denyut. Aku mulai percepat kocokanku, dan semakin cepat. <br />"Ah.. Ar.. yes.. oh.. no.. ough.. hemm.. ya.. ya.. te.. rus.. Ar.. dalam.." kepala Rina yang tidak karuan ke kanan dan ke kiri. <br />Kuvariasi kocokanku dengan pelan-pelan, lalu tiba-tiba cepat sekali, pelan lagi cepat lagi dan seterusnya, biasanya kuputar pantatku agar penisku memutar di vagina Rina. <br /><br />"Ya.. ini.. oke.. Ar.. te.. rus.. ough.. ye.. hem.." Rina menyukai gerakan memutar dari pantatku. <br />Sekitar 3 menit gerakan ini berlangsung, kubalikkan Rina dengan posisi menungging, dan kutancapkan lagi penisku di vagina Rina dari belakang. Dengan pegangan pinggul Rina yang semok itu aku langsung percepat. <br />"Oh.. ye.. Rin.. vaginamu oke.." <br />"Kontol kamu.. ouhg.. hemm.., hebat.. Ar.. te.. rus.. da.. lam..!" <br /><br />Setelah beberapa saat, tiba-tiba, "Ah.. Ar.. aku akan, aku.. ke.. luar..!" <br />"Ta.. han.., nanggung nih! Ah.. ye.. hemm..!" <br />Terasa aku sudah sampai, kusuruh Rina untuk duduk di atasku, dan dia memegang penisku, dan dimasukkannya ke vaginanya. <br />"Ouh.. ya.. Rin.. kamu.. hebat..!" <br />"Ya.. Ar.., cepet ya..! Aku, keluar.. ah.. hemm..!" <br />Lalu rina mempercepat gerakannya dengan sangat liar, dia merangkulku dan menggerakkan pantatnya untuk mengocok batang kejantananku dengan cepat. <br /><br />"Oh.. Ar.. aa.. ku.. ngga.. k.. tahan.. keluar.. hem..!" <br />"Ki.. ta.. samaan.. aku.. keluar.. juga.." <br />Dalam hitungan tiga detik, "Crroot.., crroott.. ah.. ah.. ye.." <br />"Seerr.., sreerr.." kumuncratkan spermaku ke dalam rahim Rina, dan terasa sekali semburan cairan hangat Rina di kepala penisku. <br />Rina lemas di dadaku, dan kami tertidur di ranjang itu dengan bertelanjang ria. <br /><br />Setelah istirahat beberapa jam, aku terbangun, ternyata Rina sudah tidak ada di sampingku. Lalu kukenakan bajuku dan turun ke tempat rental, dan ternyata Rina ada disana. <br />"Mas Ari udah bangun ya..? Nggak mandi dulu Mas..?" <br />"Oh.., nggak Rin, makasih." <br />"Nggak pinjem BF lagi..?" <br />"Ah.. tidak dulu. Lagi pembuangan besar-besaran tadi di atas." <br />Rina tersenyum, lalu aku pulang ke kostku dan aku langsung mandi. Besok-besoknya aku ke rental X itu untuk kocokan penis saja sama Rina. <br /><br />Setelah beberapa bulan aku tidak kesana, kuketahui Rina tidak di situ lagi. Kutanya sama Mas yang jaga di rental X itu dimana Rina berada, ternyata Rina pulang kampung karena akan dinikahkan oleh orang tuanya............ <br /><br />rina....kamu telah memberikan keindahan dalam perjalanan hidupku.........sahronihttp://www.blogger.com/profile/04363341387314395578noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5426126127632947342.post-74289122839830481652010-03-18T17:18:00.000-07:002010-03-18T17:19:33.583-07:00CEWEK DESANamaku Doni (bukan asli). Aku tinggal di kota K. Kisah ini terjadi kira-kira tiga tahun lalu. Waktu itu aku masih numpang di rumah famili saya, yang letaknya di sebuah desa di pinggiran kota yang jauhnya kira-kira 20 km dari kota K. <br /><br />Waktu itu kira-kira jam 8 malam. Waktu itu salah satu famili Doni yang bernama Tia (samaran) ngajak Doni untuk pergi ke rumah temennya, yang bernama Lulu (samaran juga). Doni udah kenal ama Lulu dan emang kami sudah temenan sejak Doni numpang tinggal di situ. Tia waktu itu masih kelas 2 SMP, begitu juga dengan Lulu, jadi masih amat muda. <br /><br />Doni ngebonceng Tia naik sepeda motor ke rumah Lulu malam itu, nggak pake helm maklum di desa 'n jaraknya nggak terlalu jauh juga sebetulnya. Waktu nyampe di rumah Lulu, ternyata dia lagi nonton TV sendirian di rumah, rumahnya lagi sepi, entah pada ke mana semua keluarganya. <br /><br />Lulu tuh wajahnya cukup lumayan, rada pendek, mungkin cuman 155 cm tingginya, 'n rada gemuk. Tapi kalo diliat bodinya sih seksi sekali. Pantatnya begitu menantang 'n payudaranya begitu besar... nggak tau ukuran berapa. Dia girang banget kami datengin. Trus kami bertiga ngobrol di depan teras rumah Lulu sampai malam, kira-kira jam 11 malam gitu. Doni bisa tau jamnya soalnya jam di dalam rumah bisa dilihat dengan cukup jelas dari teras. <br /><br />Waktu itu posisi Doni sedang jongkok di atas tanah, sedangkan Lulu persis di depan Doni, duduk di lantai teras, sedangkan Tia persis di sampingnya. Udah malam, di situ udah nggak ada lagi orang yang lewat di depan rumah si Lulu. Lampu terasnya juga nggak terang, bahkan ngeliat wajah Lulu ama Tia aja nggak jelas, cuman hitam doang. Entar kena setan apa, tau-tau tangan kanan Doni dah mulai memegang tangan kiri Lulu yang dibuat dia untuk nahan berat tubuhnya di samping pinggangnya. Ternyata si Lulu nggak ngerespon apa-apa. Trus Doni mulai bergeser dan ngeraba pinggangnya. Dia bilang, "Eh... jangan nakal, Don..." tapi dengan nada yang bener-bener nggak seperti orang sebel. Tapi Doni nggak ambil peduli 'n terus nyelipin tangan Doni ke balik bajunya. <br /><br />"Eh... Don, jangan...," dia rada berbisik. Tapi entah kenapa, Doni terus saja merambat pelan-pelan, dan nggak mempedulikan Tia. Doni nggak Tau gimana wajah Tia saat itu 'n gimana tindakan dia, soalnya Doni menatap tajam mata Lulu, tapi yang jelas Doni nggak denger Tia ngomong apa-apa... mungkin dia cuman terbelalak 'n diam tanpa bisa berkata-kata. <br /><br />"Don, jangan gitu..." dia berbisik pelan, tapi nggak ada reaksi apa-apa dari tangannya. Tapi tanganku masih terus bergerak, menelusup di balik kaos dalam yang dia kenakan. Lalu sampailah tangan Doni di BH kirinya, lalu Doni remas-remas lembut sebentar dari luar BHnya, trus Doni selipkan tangan Doni ke dalam BHnya, ... hmmm nikmat sekali. Payudaranya emang besar seperti yang Doni kira 'n putingnya juga tebal. Baru pertama kali ini kayanya Doni bisa ngerasain enaknya ngeremas payudara cewek. <br /><br />Lulu tetap berbisik, "Don... Don... Jangan." Kali ini tangan kanan dia beraksi 'n perlahan-lahan ngeluarin tanganku dari dalam bajunya. Doni nurut aja, ... Tapi setelah udah keluar, eh ternyata dianya diem aja... Trus Doni mulai beraniin masukin tangan kiri Doni ke balik bajunya, tapi kali ini nggak terlalu lambat seperti tadi, agak cepat... Lulu berbisik lagi, "Jangan, Don... Jangan" tapi dia nggak ngelakuin apa-apa. 'n beberapa detik kemudian tangan kiri Doni dah ngeremas-remas payudara kanannya, trus tangan kanan Doni ikutan Doni masukin 'n kedua tangan Doni sama-sama ngeremas payudaranya. <br /><br />Cuman sekitar satu menit Doni ngeremas payudara Lulu, dia cuman kadang-kadang mendesah, "Don... Don... Don..." gitu 'n trus mungkin karena sadar 'n malu ama Tia dia trus pelan-pelan ngeluarin kedua tangan Doni dari bajunya trus dia bilang, "Udah, Don... udah... udah... udah..." sambil menarik dan menghembuskan napas panjang. Doni ngerti 'n cuman diem aja. Uh sial bener, umpama Tia nggak di situ, pasti tuh cewek dah Doni kerjain... <br /><br />Mungkin beberapa menit kita cuman diem-dieman aja, kacau kali pikiran mikirin yang barusan terjadi, Doni sendiri nggak percaya kalo Lulu ternyata lunak banget, 'n Tia juga nggak berkata apa-apa buat ngecegah Doni ngelakuin itu padahal dia tahu persis apa yang Doni lakukan. <br />Trus akhirnya kita bisa ngobrol walau awalnya kacau, trus akhirnya Doni ama Tia pamitan pulang 'n sampe rumah sekitar jam 12 malam. Di rumah, Tia cuman komentar, "Don... kamu nekat banget..." Doni cuman tersenyum sinis aja, trus dia tidur. Doni senyam-senyum sendiri mikirin kejadian tadi yang Doni nggak percaya, trus sambil TV masih nyala akhirnya Doni ketiduran. <br /><br />Hari-hari berikutnya kalo ketemu ama Lulu, dia nggak ada perubahan. Dia sering mampir ke rumah tempat Doni numpang tinggal, 'n suka main brik-brikan (chatting lewat radio) di kamar salah satu famili Doni, kebetulan dianya udah kerja di kota jadi jarang banget pulang ke desa. Kalo pas dia lagi brik-brikan 'n sendirian di situ, Doni sering berbaring di dekatnya (dia brik-brikan sambil berbaring soalnya ada tempat tidur di situ) trus mulai ngegodain 'n nyolek-nyolek dia, tapi dianya selalu, "Don, jangan nakal, lho... Awas lho entar Lulu bilangin ke Mbak Tia...!" ...berhasil... <br /><br />Kira-kira sebulan setelah kejadian di malam hari tadi, Doni pas mampir ke rumah dia sore-sore (sekitar jam 5) ngedapatin rumahnya lagi sepi. Terus Doni langsung aja nyelonong ke belakang (udah biasa karena kami dah akrab banget) eh ternyata dianya lagi mandi. Hmm... berhubung pintu kamar mandinya cuman kain doang, Doni jadi iseng ngintip dia. Hmm Doni cuman bisa ngeliat bagian tubuhnya yang belakang, coklat mulus dengan pantat yang seksi banget, ... tentu saja bikin aku jadi terangsang. Puas ngeliatinnya, waktu dia mo udahan Doni pelan-pelan ke depan lagi trus duduk di ruang tamu, yang letaknya bersebelahan dengan kamarnya. <br /><br />Setelah itu dia muncul dari belakang hanya dengan memakai handuk yang menutup dadanya sampai setengah pahanya dan agak terkejut melihatku trus bilang, "Eh kamu Don, aku tak ganti baju dulu..." Lalu dia buru-buru masuk kamarnya, mungkin karena malu cuman make handuk doang. Beberapa saat dia dalam kamar, Doni jadi iseng 'n tau-tau Doni udah bangkit menuju kamarnya. Kebetulan kamarnya nggak dikunci soalnya emang pintunya cuman terbuat dari kain, heheh... <br /><br />Doni dag-dig-dug banget, begitu masuk dia langsung kaget, "Don! Ih... nakal kamu, keluar dulu ih..." Waktu itu dia udah make CD, BH, dan baju atasan, tinggal roknya yang belum sempat dipake langsung dia tutupkan di bagian bawahnya begitu tahu Doni masuk. Doni bukannya malah keluar, eh Doni malah bilang, "Lulu, aku suka kamu..." sambil menatap matanya dalam-dalam. Anehnya, setelah itu si Lulu jadi terdiam, sepertinya tercengang, gitu... Doni mulai maju pelan-pelan, dia tetap terdiam dan matanya masih memandang Doni. Doni menggenggam roknya yang masih dia pegang, trus Doni mengambilnya dan menaruhnya di ranjang. Si Lulu malah memejamkan matanya... wah ternyata emang dia bener-bener mendam perasaan ama Doni. <br /><br />Trus Doni kecup hidungnya, trus Doni mainin lidah Doni di sekitar hidungnya, trus pelan-pelan bergeser ke atas bibirnya trus Doni gerakkan lincah berputar di sekitar bibirnya yang tebal... Setelah itu baru Doni lumat bibir atasnya beberapa kali, trus bibir bawahnya, setelah itu Doni kecup dua-duanya... Hmm... nikmat sekali rasanya, apalagi dia barusan mandi, begitu harum baunya... Sedangkan dia cuman berdiri kaku aja dan tidak merespon apa-apa, tangannya, bibirnya, tidak bergerak sama sekali... Mungkin dia kaget kali ya... hehe... Tapi asli deh aku heran banget nich cewek ternyata easy banget... akh...<br /><br />Kali ini batangku dah jadi tegang banget cuman nyiumin dia... trus pelan-pelan Doni rebahin dia di tempat tidur... Dia nurut, tapi masih sambil merem, dan masih nggak bergerak sedikit pun... kayanya pasrah banget gitu... Cuman kadang-kadang dari mulutnya keluar, "Enngghhh... Emmhh..." Doni jilatin dagunya, trus ke lehernya, trus kulepas T-shirt yang dia kenakan, lalu kaos dalamnya, wah pemandangan indah bener-bener ada di depan Doni, payudaranya yang seksi bener-bener bikin batang Doni tegang nggak karuan... trus Doni mulai lagi ngejilatin dadanya sambil tangan Doni ngeremas-remas payudaranya. Doni mo ngelepas kacing BHnya tapi mo ngangkat dia nggak kuat abis dia nggak mo ngangkat badannya sih, sialan, jadi terpaksa Doni singkapin BHnya ke atas... agak susah juga sih abis payudaranya gede banget, tapi akhirnya bisa juga dan akhirnya setelah Doni puas terkagum-kagum atas keindahan payudaranya yang coklat dengan putingnya yang coklat tua, bener-bener besar 'n seksi banget... baru Doni enyot-enyot tuh payudara, tangan kiri meremas payudara kanannya, mulut ngerjain payudara kirinya, dan gantian... Tubuh dia mulai bereaksi 'n bergerak terutama pada saat kuhisap keras-keras, 'n "enggghhhh.... enggghhhh..." dia cuman bilang gitu... Doni pikir, agak susah juga yang bikin ini cewek ngikutin permainan Doni, tapi toh Doni sendiri juga baru pertama kali ngalamin, tapi karena udah pernah lihat BF jadi paling nggak tau cara-caranya... <br /><br />Dia akhirnya mulai ngomong... "Don... hhhhh.... mmmhhh... ya Don...." trus tangannya mulai bergerak mo ngelepas bajuku, agak terpatah-patah... tapi sayangnya nggak berhasil soalnya aku pake kemeja, so terpaksa aku harus bangkit sebentar buat ngelepasin kancing-kancing bajuku trus baru ngelanjutin lagi ngejilatin susunya... Aku kebetulan nggak pakai kaos dalam jadi sekali buka langsung aku nempel ke bawah lagi, mulut nempel ke susunya, 'n dadaku yang polos nempel ke celana dalam dia... Aku lama banget ngenyotin susunya, mungkin karena baru pertama kali, lama banget sampai kurasa susunya jadi agak keras... Sekali-kali aku gigit saking gemesnya tapi dia langsung teriak "Au! Aduduh... duduhuh... sakit Don..." mungkin gigitanku terlalu kali ya... jadinya takut gigit lagi... <br /><br />"Ahhhh...engghhh...Don...Lulu ingin....engghh..." Dia nggak nerusin, tapi kayanya dia kepingin Doni segera masukin batang Doni, ahhh... tangannya mulai ngelepasin celana panjang Doni, dia buka risletingnya trus diturunin pelan-pelan, sayangnya tangannya kurang panjang jadinya Doni harus berhenti dulu, nurunin celana panjang ama CD, tapi cuman nyampe lutut doang... Batangku nyembul dengan tegangnya, ...<br />...sedangkan Lulu malah mendesah-desah sendiri dah mengutak-utik kemaluannya sendiri sambil merem terus, nggak tahan kali, wah... <br /><br />Ya udah trus Doni langsung buka aja CD-nya hanya sampai sebatas setengah paha aja abis dia ngangkang banget, terus Doni berputar balik jadinya memeknya ada di depan Doni sedangkan batangku ada di atas wajahnya. Doni mulai menjilati memeknya 'n dia jadi mulai liar gerakannya karena keenakan kali... dan desahannya juga mulai nggak teratur 'n tambah keras aja... Tapi anehnya koq batangku dibiarin ketiup angin sich?!? Ternyata nggak diapa-apain ama dia, trus Doni bilang, "Lulu... emut dong... emut dong..." Dia melek bentar 'n tampaknya kebingungan, "Ah? Enggh... enghh... Ih nggak engghh... ah... enghhh... nggak..." "Lhoh... koq nggak mo sich... kan Doni jilatin punya Lulu nich...?" "Ah hhh.... nggak... emmmhhh... Lulu nggak mau... engghh... " Ya udah akhirnya "Lulu, ya udah... pegangin aja yach, gerak-gerakin aja gitu..." Trus akhirnya Doni ngejilatin vaginanya 'n si Lulu ngocok-ngocok batang Doni... ah lucu juga nich ngocoknya bener-bener nggak profesional... Emang pasti si Lulu nich belum pernah ginian, apalagi masih SMP, hehehe... <br /><br />Akhirnya beberapa saat kemudian jadi bosen juga gitu terus... Terus akhirnya Doni berbalik arah, trus sambil nyiumin mulut 'n wajahnya, dan tangan Doni ngeremas-remas susunya, Doni nyoba masukin batang Doni ke vaginanya... ah... meleset terus... nggak pernah sich, heheh... akhirnya Doni bantuin tangan, Doni masukin, ichhh... susah banget dech asli... Pikir Doni, "Nggak salah nich masa lobangnya kecilnya segini? Sampe kiamat pun nggak bakalan masuk!!!!" soalnya kalo di film BF koq kelihatannya mudah banget sih masukinnya... Abis gitu si Lulu kadang-kadang, "Ai! Aduduh... duduh... Au!" ciuman gue jadi terhenyak abisnya dia teriak-teriak gitu,... Tapi udah telanjur enak sih jadi Doni cobain terus... Setelah beberapa kali trial and error akhirnya agak bisa bless... "Aaaaaaaahhhh enak bangetttttt...." desahku, "Aaaachhh..." Lulu mengerang, hmm... pikir Doni mungkin selaput daranya pecah kali ya...? "Ugghh... hmmm enak banget Lulu...." <br /><br />Setelah itu mulai Doni coba masukin lagi dan akhirnya mulai bisa, ehmmmm enakkkk banget rasanya trus baru Doni gerak-gerakin naik turun, naik turun... "Emmhhh... ahhh.... Emmhhhh.... hhhh...." desah Lulu rada-rada tertahan dikit... Trus tak lama kemudian dia bilang... "Aduhhh.... Don.... au... ahhh... a.... aaaaaa...hhhhh...." kurasakan dinding-dinding liangnya serasa mengejang banget... Doni hentikan sesaat... uh pasti dia udah orgasme nich padahal aku koq belum... trus setelah dia agak tenang dikit baru Doni terusin soalnya tanggung nich... beberapa detik kemudian akhirnya, uhhh... tapi Doni jadi teringat trus langsung Doni cabut trus Doni tumpahin sperma Doni di perutnya, ahhh.... <br /><br />Doni akhirnya mendekapnya, sambil nanya, "Lulu... gimana...?" Dia nggak menjawab, cuman mendesah, "Uh... hmmm... hmmm..." sambil tersenyum tapi merem. Wah, lucu juga nich... koq nggak seperti yang di film BF sich...? Lebih lucu lagi, dia terbaring sekarang nggak merem seperti tadi, tapi malah terbuka terus... dan matanya berkaca-kaca seperti nangis. Beberapa menit kemudian, dia bersihin sperma Doni pake roknya, soalnya nggak ada tissue, trus baru kita sama-sama pakai pakaian... Trus dia ke belakang, Doni juga. Tapi Doni lihat di sekitar ranjang ternyata nggak ada darah sama sekali, jadi penasaran juga apa si Lulu ini udah nggak perawan? Tapi EGP abis udah banyak liat di majalah katanya nggak berdarah itu nggak berarti kalo nggak perawan. "Sialan kamu Don, Lulu baru mandi, jadi mandi lagi..." "Yey, nggak papa dong, Doni kan juga tadi udah mandi di rumah, ... sekarang kita bisa mandi bersama..." Jadinya kita mandi bersama sambil saling colek-colekan, dia juga nyuci roknya yang dipakenya buat ngebersihin sperma. Beberapa saat kemudian kami udah asyik bercanda di rumahnya sambil ngobrol 'n baru malamnya sekitar jam 8 malam Doni pulang... <br /><br />Hari-hari berikutnya, hubungan Doni dengan dia masih tetep biasa-biasa aja kalo ada orang lain, mungkin dia ingin orang lain tetep nganggap kami ini cuman temenan aja... Sesudah itu Doni dah nggak pernah lagi make love ama dia. Tapi sayangnya seminggu kemudian Doni harus pindah karena udah sewa kos di kota K, trus pindah ke rumah kontrakan di kota ini sampe sekarang, dan hanya ketemu Lulu paling beberapa bulan sekali, itu pun kami juga nggak pernah nyinggung masalah itu... 'N dianya sekarang dah punya pacar... tapi yang pasti Doni yang nyobain dia pertama kali, kayanya, heheh.... (Dia juga yang pertama kali nyobain Doni ;-)sahronihttp://www.blogger.com/profile/04363341387314395578noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-5426126127632947342.post-8321849196996866122010-03-18T17:10:00.000-07:002010-03-18T17:12:22.761-07:00Pengaruh hipnotisSaya sedang asyik memilih-milih dasi yang terpajang di display sebuah department store, ketika saya dikejutkan dengan tepukan tangan di pundak. Dengan refleks saya menoleh ke arah orang yang menepuk pundak saya itu. Betapa terkejutnya saya, sesosok laki-laki bertubuh besar dan tambun berdiri di hadapan saya. Orang ini pasti orang India atau sebangsanya. Kulitnya hitam gelap, berkumis tebal dan berpenampilan dekil. Ia memperkenalkan dirinya dengan nama Boy. <br /><br />"Apakah itu istrimu?" orang itu bertanya sambil tangannya menunjuk ke arah Wiwied yang sedang asyik berbicara dengan telepon selulernya. <br />Orang yang ditunjuk oleh laki-laki ini memang Wiwied istri saya, dan saya hanya bisa mengiyakan saja. Entah mengapa saya seperti kerbau yang dicocok hidungnya. Sepertinya pikiran saya tertutup sesuatu. Terbukti dengan begitu mudahnya saya menuruti saja kemauan orang itu untuk diperkenalkan dengan istri saya. Dan sama seperti saya, wiwied pun seperti terpengaruh dan menuruti apa saja yang diminta oleh laki-laki itu. <br /><br /><br />Orang ini ternyata memiliki beberapa orang teman, saya masih sempat menghitung, ada lima orang lagi temannya, masing-masing Josh, Bram, Fai, Yan dan Ali. Setelah mengobrol beberapa lama, dua orang diantaranya minta tolong kepada Wiwied untuk mengantarkan mereka mengambil barang. Sekali lagi, kami hanya bisa menurut. Aneh memang, untuk orang yang baru beberapa menit berkenalan, bahkan dengan penampilan lusuh seperti itu kami mau saja menuruti permintaan mereka. Mereka bilang tidak perlu mengantar berduaan, sebab mereka juga membawa mobil hingga akhirnya kami pun berpisah. Wiwied pergi dengan Josh dan Bram, sementara saya bersama keempat orang lainnya. Saya tidak ingat lagi persisnya saya dibawa ke mana, yang bisa saya ingat hanyalah saya diminta mengemudikan mobil berputar-putar kota sambil terus-menerus diajak ngobrol oleh mereka. <br /><br />Sementara itu ternyata Josh dan Bram membawa Wiwied ke sebuah motel di pinggiran kota. Josh yang mengemudikan mobil langsung memasukkan mobil ke dalam garasi dan begitu mobil berada di dalam pintu garasi langsung ditutup oleh penjaga motel itu, sementara Bram tampak seperti membereskan urusan administrasi dengan petugas motel sebelum ia pergi meninggalkan mereka bertiga di ruang tamu. <br /><br />Begitu petugas motel itu pergi, Bram langsung memeluk Wiwied dari belakang. Ia menjatuhkan ciumannya ke tengkuk Wiwied yang jenjang, tengkuk indah itu memang hari itu terpampang tanpa penghalang karena rambut Wiwied memang disanggul ke atas. Entah karena apa, Wiwied hanya manut saja membiarkan dirinya diperlakukan seperti itu. Bahkan lebih dari itu! Bahkan kini kedua laki-laki itu mulai melucuti pakaian Wiwied satu demi satu. Mulai dari blazer, blouse kemudian rok span mini yang dipakai Wiwied kini berceceran di lantai. Kini tinggal bra dan G-string transparan saja yang melekat di tubuhnya. <br /><br />Kedua orang itu tertegun memandangi tubuh wiwied yang setengah telanjang itu, beberapa saat mereka membiarkan istri saya dalam keadaan seperti itu sebelum kemudian Bram memerintahkan Wiwied untuk membuka semua sisa penutup tubuhnya hingga tak lama kemudian istri saya telah benar-benar telanjang bulat. Wiwied juga membuka ikatan sanggulnya hingga kini rambutnya tergerai bebas sampai sedikit di bawah bahunya. Ia hanya berdiri pasrah di hadapan kedua laki-laki itu. Sungguh sangat cantik dia dalam keadaan polos seperti itu. Istri saya yang memiliki wajah baby face dengan kulit yang benar-benar putih bersih, dengan payudara yang boleh dibilang besar (Bra size 34C, cukup besar dengan tinggi badan yang hanya sekitar 162 cm), belahan bukit kembar dengan puting susu coklat kemerahan itu menggelantung bebas dan berguncang lembut mengikuti irama nafasnya. Turun ke bawah terdapat perut yang rata dengan rambut tipis di pangkal pahanya yang tidak begitu lebat hingga samar-samar terlihat belahan bibir bawahnya yang berwarna merah muda. <br /><br />Kedua orang itu kini tidak sabar lagi, buru-buru mereka melucuti pakaiannya sendiri hingga kini ketiga orang itu sama-sama telanjang bulat. Bram segera membimbing Wiwied ke arah ranjang dan merebahkan tubuh istri saya itu terlentang di kasur. Laki-laki itu segera berbaring di sebelah tubuh istri saya dan membenamkan wajahnya ke dalam belahan payudara Wiwied. Mulutnya dengan gemas menciumi kedua pucuk puting susu Wiwied bergantian. Lidahnya ikut mempermainkan kedua putingnya sambil kedua tangan Bram meremas-remas kedua bukit itu terus-menerus. <br /><br />Sementara itu Josh dengan tak sabaran membuka kedua selangkangan Wiwied lebar-lebar, dan menemukan belahan bibir mungil yang ada diantaranya. Dengan jari-jari tangannya ia membuka belahan bibir itu hingga menganga dan segera menjulurkan lidahnya ke dalam untuk menjilati bagian dalam dinding vaginanya. Tubuh Wiwied menggelinjang dan dari mulutnya keluar suara dan desahan nafas tertahan setiap kali lidah Josh menyapu setiap permukaan dinding yang sekarang mulai basah. Dan ketika lidah Josh menemukan sebongkah daging kecil di bagian atas liang itu dan menggelitiknya, tak tertahankan lagi tubuh Wiwied menggelinjang lebih hebat dan ia mengerang tertahan. <br /><br />Hanya beberapa saat saja Josh membenamkan wajahnya di selangkangan Wiwied dan ia sudah merasakan bahwa ...<br />..istri saya ini sudah sangat basah. Maka ia tak membuang kesempatan, ketika Bram sedang sibuk menciumi bibir Wiwied dan meremasi kedua payudaranya, Josh dengan tergesa-gesa merenggangkan kaki Wiwied lebar-lebar, dan menekankan kejantanannya ke dalam liang senggama yang sudah sangat siap menerima penetrasi itu. Maka dengan mudah Josh mendorongkan miliknya sampai masuk semua ke dalam vagina Wiwied disertai dengan pekik tertahan yang keluar dari mulut Wiwied, tidak begitu jelas memang karena mulutnya tersumbat mulut Bram. <br /><br />Dengan posisi berlutut kini Josh mulai menggoyang-goyangkan pinggulnya maju mundur menekan bagian bawah perut Wiwied. Ia dengan leluasa memompa tubuh Wiwied yang terlentang di hadapannya. Sementara kedua kaki Wiwied diangkat dan diletakkan di atas pundak Josh, hingga ia bisa menekan lebih dalam lagi dengan posisi seperti ini. <br /><br />Sementara Bram yang mulai merasa tidak leluasa mencumbui Wiwied karena badan Wiwied yang selalu berguncang-guncang mengikuti gerakan pinggul Josh, mengalah dan duduk di sofa sambil menonton adegan itu, sambil sekali-sekali tangannya mempermainkan batang penisnya sendiri yang sudah sejak tadi berdiri tegang. <br /><br />Hampir sepuluh menit berlalu dari saat Josh melakukan penetrasi pertamanya ketika ia makin mempercepat dan memperkeras goyangan pantatnya hingga makin membuat Wiwied mengerang tak berkesudahan, dan tiba-tiba tubuh lelaki itu mengejang di atas tubuh Wiwied. Ia menyemburkan air maninya ke dalam liang senggama Wiwied dengan derasnya. Beberapa saat kemudian setelah nafasnya mulai teratur kembali, Josh memisahkan diri dari tubuh Wiwied dan berjalan ke arah sofa dan duduk di sisi Bram. <br /><br />"Wah, luar biasa tuh cewek. Cantik lagi..!" katanya sambil menyalakan sebatang rokok. <br />"Giliranmu Bram.." katanya sambil menoleh ke arah rekannya. <br />Bram yang sejak tadi sudah tidak sabar, segera berdiri dan berjalan ke arah Wiwied yang terlentang di atas kasur. Bahkan posisinya sampai sekarang belum berubah, kedua belah kakinya masih mengangkang lebar, hingga tampak terlihat jelas sebagian air mani meleleh keluar dari dalam bibir bawahnya yang masih membengkak dan menganga. <br /><br />Bram menarik tubuh Wiwied hingga kini istri saya terduduk di pinggir tempat tidur, wajahnya persis menghadap ke selangkangan Bram yang berdiri di depannya. Dengan sekali rengkuh ia menarik kepala Wiwied dan mejejalkan batang penisnya ke dalam mulut Wiwied. Istri saya sekarang melakukan oral pada Bram. Wiwied yang memang jago dalam hal satu ini langsung membuat Bram merem melek keenakan. Ia sesekali mengerang, "Aahh... Jago sekali nih cewek nyepongnya, loe musti nyobain Josh!" Bram berkata sambil menoleh ke arah Josh yang sedang duduk terlentang mengumpulkan tenaga. <br /><br />Wiwied yang berada di bawahnya terus memainkan bibir, mulut dan lidahnya untuk mempermainkan batang penis Bram. Caranya ia menghisap kepala penis yang makin lama makin licin dan berubah warna menjadi merah tua keunguan itu pasti tidak pernah dilupakan oleh Bram. Belum lagi kepalanya yang ikut bergerak-gerak maju mundur mensimulasikan gerakan senggama kepada batang penis yang berada di dalam mulutnya itu. <br /><br />Entah sudah berapa lama Wiwied mengulum penis Bram, ketika akhirnya Bram melepaskan diri dan menarik tubuh Wiwied berdiri dan menariknya ke arah meja rias yang berada di ujung ranjang, menghadap cermin. Lalu dari belakang Bram memasukkan batang miliknya ke dalam vagina Wiwied dengan sekali sentakan halus hingga amblas seluruhnya ke dalam. Terasa benar liang itu sangat licin dan hangat. Dan kemudian Bram mulai mengerakkan pinggulnya maju mundur sementara kedua tangannya memegang pinggul Wiwied untuk membantu menggoyangkannya berlawanan dengan arah gerakan pinggul Bram yang maju mundur. <br /><br />Stamina Bram sungguh bagus, hampir sepuluh menit ia menggerakkan pinggulnya dengan cepat dan disertai hentakan-hentakan kasar. Wiwied benar-benar mengerang-erang tak berkesudahan digagahi dengan cara seperti itu. Nikmat, geli dan kadang-kadang ngilu bercampur jadi satu. Apalagi batang kejantanan Bram termasuk besar hingga terasa sekali benda itu begitu penuh dan menguak lebar vaginanya. <br /><br />Tiba-tiba Bram memisahkan diri dan menarik tubuh Wiwied dan memaksanya berjongkok di hadapannya, ia kemudian menjejalkan kembali batang penisnya ke dalam mulut Wiwied, hampir bersamaan dengan itu Bram memuntahkan air maninya ke dalam mulut Wiwied. Air maninya menyembur dengan deras sekali dan tidak tertampung oleh mulut Wiwied yang mungil hingga meluap keluar, meleleh ke dagu dan menetes ke bawah membasahi belahan payudaranya. Bisa dipastikan sebagian air mani itu pasti telah tertelan oleh Wiwied, dan ketika akhirnya Bram mengeluarkan penisnya dari dalam mulut Wiwied, muntahan air mani itu segera berhamburan keluar dari dalam mulut Wiwied karena memang sangat banyak dan Wiwied tidak sanggup menelan semuanya. Kini wajah bagian bawah Wiwied berlepotan lendir lengket berwarna putih susu. <br /><br />Sehabis itu, masih dalam keadaan telanjang Josh dan Bram kemudian membimbing Wiwied ke dalam kamar mandi untuk memandikannya. Kedua laki-laki itu membersihkan semua lendir yang berada di selangkangan dan wajah Wiwied sambil memandikannya. Namun kemudian, kedua laki-laki itu sekali lagi menggagahi Wiwied di dalam kamar mandi bergantian. Sekali lagi Wiwied digilir di dalam bath tub dalam keadaan berdiri menghadap tembok kamar mandi pertama oleh Josh, dan ketika Josh selesai mencabut batang penisnya ia langsung digantikan oleh Bram yang juga langsung memasukkan batang kejantanannya dari belakang tanpa pemanasan lagi. Baru sesudah Bram selesai, mereka benar-benar memandikan Wiwied sampai bersih sebelum kemudian mereka kembali berpakaian dan keluar meninggalkan motel itu kembali ...<br />..menemui rekan-rekan mereka yang sedang bersama saya. <br /><br />Kami bertemu kembali di tempat di mana saya dan Wiwied pertama kali bertemu dengan mereka. Dan ketika bertemu Wiwied saya sedikit heran, kok sekarang sanggul istri saya telah terlepas, jepitan rambut besar yang tadinya digunakan untuk menjepit sanggul istri saya itu sekarang hanya digunakan untuk menguncir rambut istri saya ke belakang. Dandanannya juga agak acak-acakan, tidak serapi waktu pergi. Namun ketika mata saya bertemu dengan mata Boy, entah mengapa kecurigaan saya itu langsung sirna. <br /><br />Singkat kata, akhirnya entah mengapa kami sepakat membawa mereka pulang ke rumah. Sekali lagi aneh, di rumah itu tidak ada siapa-siapa, bahkan pembantu pun tidak tampak batang hidungnya. Saya diajak duduk di ruang tengah oleh Josh dan Bram sementara yang lainnya masuk ke kamar tidur bersama Wiwied, sementara pintu kamar seperti sengaja dibiarkan terbuka lebar. Saya masih sempat mendengar suara Boy yang tanpa sungkan-sungkan meminta Wiwied menanggalkan pakaiannya, serta membuka kunciran rambutnya hingga kini rambutnya tergerai bebas ke bawah. Mereka cukup terkejut ketika melihat Wiwied hanya mengenakan celana dalam G-string transparan warna putih plus bra berenda yang juga transparan dan sama warnanya, jelas kedua potong pakaian dalam itu menunjukkan kemontokan pantat serta payudaranya. Boy dan yang lainnya seperti terperangah dengan kemolekan tubuh Wiwied. <br /><br />Sesaat kemudian Boy mulai memeluk dan menciumi Wiwied dari belakang. Fai yang berjongkok memulai mencium dari paha kemudian ke pantat, sedangkan Bram meremas-remas payudara Wiwied serta menciuminya, sementara Yan memilih duduk di kursi rias sambil menonton ketiga rekannya mengeroyok Wiwied. Tidak tahan hanya melihat Wiwied memakai baju dalam, Fai mulai menarik G-string Wiwied dari belakang dan perlahan-lahan menurunkannya, sehingga sekarang pantat istri saya yang montok jelas terlihat. Pada saat yang sama, Boy melepas bra Wiwied hingga kedua buah payudara istri saya itu menggelantung bebas tanpa penghalang lagi dan segera disambut oleh Bram dengan menjilat-jilat puting susunya. <br /><br />Sesaat kemudian Boy melepas semua bajunya dan kemudian mengangkat tubuh molek Wiwied ke atas tempat tidur. Sementara yang Fai menyambut tubuh istri saya di atas ranjang. Wiwied terlentang di tempat tidur dengan kaki terbuka lebar, kepalanya sekarang berada di pangkuan Fai. Ia merintih-rintih karena kemudian Boy menjilati dan menghisap klitorisnya. Tampaknya tubuh Wiwied tidak bisa menolak kenikmatan yang diberikan Boy, meskipun saya yakin dia sedang di bawah pengaruh Hipnotis, tak berapa lama kemudian vagina Wiwied yang sekarang sudah cukup basah dengan mudah menerima penis Boy. Kaki Wiwied diangkat, dilingkarkan ke tubuh Boy pada saat dia menggoyang naik turun. <br /><br />Kira-kira lima menit, Boy mempercepat goyangannya dan tiba-tiba mencabut penisnya dari dalam vagina Wiwied. "Tunggu dulu, gue belum mau keluar. Loe terlalu cantik untuk dilewatkan sesaat, jadi harus dinikmati dengan waktu yang cukup lama.." <br /><br />Boy kemudian mengangkat tubuh istri saya dan memposisikannya doggy style dengan perut diganjal bantal dan pantat menghadap ke atas. Sekarang keindahan pantat Wiwied benar-benar terlihat, tidak satu orang pun yang tidak terangsang melihat Wiwied pada posisi tsb. Tanpa menyia-nyiakan waktu, Boy membimbing penisnya masuk ke dalam vagina Wiwied yang masih basah dan tampak berwarna pink muda. Kedua tangan Boy memegang pantat Wiwied, sedangkan pinggulnya bergoyang-goyang berirama. Sesekali tangan Boy mengelus-elus pantat Wiwied dan sesekali meremas payudara Wiwied dari belakang. <br /><br />Beberapa menit kemudian, Boy kembali mempercepat goyangan pinggulnya, kemudian dia menarik kedua tangan Wiwied. Jadi sekarang persis seperti naik kuda lumping, kedua tangan Wiwied dipegang dari belakang sedangkan pantatnya digoyang seirama. Akhirnya Boy tidak lagi bisa mempertahankan, dia lepaskan spermanya ke dalam vagina Wiwied disertai erangan kenikmatan. Tampak cairan putih kental keluar dari dalam vagina Wiwied seiring dengan dicabutnya penis Boy dari dalam vagina Wiwied, cairan putih tsb mengalir ke pahanya dan menetes di tempat tidur. Beberapa detik kemudian tiba-tiba badan Boy didorong oleh Fai, "Gantian dong, sekarang giliran gue.." <br /><br />Wiwied dibimbing masuk ke dalam kamar mandi yang sekarang sudah penuh dengan air hangat. Fai dengan bersemangat membersihkan tubuh Wiwied, terutama di bagian kemaluannya. Fai yang sudah telanjang bulat dengan penis tegang, meminta Wiwied untuk melakukan oral sex. Wiwied menuruti saja kemauan Fai, bahkan dia memperlakukan Fai seperti suaminya sendiri yaitu dengan menjilati bagian kepala penis dan dilanjutkan dengan 'deep troath'. Saya sudah menceritakan bagaimana lihainya Wiwied dalam permainan ini, hingga tidak usah dijelaskan lagi bagaimana nikmat yang dirasakan oleh Fai dengan pelayanan Wiwied seperti itu. Masih di dalam kamar mandi, Wiwied kemudian disetubuhi Fai dengan berdiri dari belakang. Kedua tangan Fai meremas-remas payudara Wiwied, sedangkan pinggulnya ...<br />...bergoyang dengan cepat. Goyangan ini bertahan selama hampir sepuluh menit, sebelum akhirnya dicabut. Pada saat bersamaan Wiwied diposisikan berlutut menghadap Fai. Sekali lagi Wiwied melakukan oral sex, tapi kali ini tidak lama. Hanya dengan beberapa hisapan, penis Fai menyemburkan isinya ke dalam mulut Wiwied serta wajahnya. Wiwied kembali menelan air mani, kali ini dari penis Fai. Sama seperti tadi, sebagian air mani ini juga meluap keluar dari dalam mulut dan berlepotan di wajahnya. <br /><br />Fai kemudian meneruskan membersihkan badan Wiwied dan akhirnya membimbingnya keluar dari bath tub kembali ke ranjang. Boy yang rupanya telah membongkar lemari pakaian kami menemukan koleksi lingerine Wiwied yang memang sering dia pakai terutama pada saat menjelang kami berhubungan intim sebagai 'starter'. Boy sudah mempersiapkan stoking, gather, G-tring dan bra yang serasi ditambah baju tidur. "Ayo sekarang kamu pakai baju ini dan menunggu kedatangan teman-teman kita yang lain." perintah Boy pada Wiwied. <br /><br />Boy, Bram dan Josh sekarang duduk berhadapan dengan saya di meja kerja. Mereka mengajak saya ngobrol mengenai perusahaan dotcom disertai business case-nya. Saya sangat terkejut ketika melihat Wiwied dari celah-celah pintu kamar yang terbuka sedikit, dia memakai baju tidur transparan lengkap dengan stoking dan ghater-nya. Dia tampak begitu seksi dan merangsang dengan rambut tergerai acak-acakan. Bram dan Yan berada di samping kiri dan kanan Wiwied sambil menciumi lengan dan meremas-remas payudaranya. Masih dari celah-celah pintu, saya bisa melihat sekarang ketiganya merebahkan diri di tempat tidur. Bram menciumi bibir istri saya sambil meremas payudara sedangkan kepala Yan menghilang di bawah selangkangan Wiwied sambil kedua tangannya dari bawah meremas-remas pantat. <br /><br />Saya terkejut ketika Boy mengajak saya masuk ke dalam kamar Wiwied untuk mengambil buku daftar PIN untuk diberikan kepada Boy. Saat masuk ke dalam kamar, saya dapat melihat dengan jelas Bram sedang melepas bra Wiwied dan Yan sedang menarik ke bawah G-string istri saya dengan giginya. Setelah selesai menelanjangi Wiwied, Bram langsung menghisap puting susu Wiwied yang sebelah kiri. Bahkan saya masih inggat, puting susu Wiwied sudah ereksi menjadi bengkak dan meruncing. Tanpa rasa apa-apa saya terus saja berjalan melewati tempat tidur dan langsung membuka laci lemari di samping kiri di mana Wiwied sedang terlentang dan dikerubuti dua orang laki-laki yang juga sudah sama-sama bugil. Dari dalam laci saya mengambil sebuah buku catatan yang berisi PIN kartu kredit saya dan Wiwied. PIN dan kartunya kemudian saya serahkan pada Josh yang menunggu di belakang saya. <br /><br />Ketika saya beranjak melewati tempat tidur lagi untuk keluar dari kamar, Bram menghisap-hisap serta meremas payudara Wiwied, Yan masih dengan beringas menciumi serta menyedot vagina istri saya. Anehnya Wiwied tampak biasa saja, bahkan seperti menikmati kejadian tersebut. Matanya tampak setengah terpejam sementara tangan kirinya meremas-remas kepala Bram yang sedang terbenam di dadanya. Sementara tangan satunya lagi berada di atas kepala Yan. Sesekali dia merintih keenakan karena rangsangan pada klitoris dan payudaranya. Boy dengan sigap menarik saya keluar dari kamar Wiwied, mungkin dia tahu saya mulai curiga dengan perlakuan temannya pada istri saya. Sayup-sayup terdengar mobil meninggalkan rumah, ternyata Josh sedang menuju mesin ATM untuk menarik uang dari kredit card saya dan Wiwied. <br /><br />Saya dan Boy kembali duduk berhadapan di samping kamar di mana Wiwied sedang disetubuhi. Masih dengan pintu kamar yang terbuka lebar, sehingga tampak dengan jelas bagaimana Wiwied dalam posisi doggy stye sedang menghisap penis Bram sedangkan dari belakang Yan menggoyang-goyangkan pinggulnya sambil kedua tangannya menepuk-nepuk pantat Wiwied. Suara mereka pun terdengar dengan jelas. <br />"Ooh gila.. vagina si Wiwied ini benar-benar basah dan menggigit. Belum pernah sebelumnya saya merasakan yang seenak ini. Mujur benar si Doni mempunyai istri seperti dia, tapi sayangnya saat ini kita yang menikmatinya.. he.. he.. he.." desah Yan. <br />"Hisapannya pun cukup kuat, pandai sekali dia nyepongnya," balas Bram. <br /><br />Selama lebih setengah jam mereka berdua secara bersama-sama menyetubuhi istri saya, berbagai macam posisi mereka coba. Mulai dari doggy style, women on top, berdiri dan ketika Bram tak bisa bertahan lagi dan menyemburkan maninya ke dalam vagina Wiwied, kemudian mereka bertukar posisi. Kembali dengan doggy style, Kini Yan yang menggasak Wiwied dari belakang, sementara Bram menjejalkan penisnya ke mulut Wiwied untuk dibersihkan, sampai akhirnya diakhiri dengan gaya Wiwied duduk membelakangi Bram yang sesaat kemudian kembali menyemprotkan air mani ke wajah Wiwied. Yan pun juga mengalami klimaks dengan mengeluarkan isinya ke dalam vagina Wiwied. Namun rupanya Yan belum puas, ia menarik kepala Wiwied untuk menghisap penisnya yang mulai loyo. Wiwied menuruti saja permintaan Yan tsb. Dengan wajah yang masih penuh dengan sperma, Wiwied melakukan ...<br />...oral sex lagi beberapa saat sebelum Kedua pria tersebut kemudian membimbing Wiwied masuk ke dalam kamar mandi, Wiwied untuk yang kedua kalinya dibersihkan tubuhnya dari ceceran sperma di vagina maupun di wajahnya. <br /><br />Tampaknya Boy dan Ali yang juga menyaksikan aksi tsb dari luar mulai terangsang kembali. Buktinya setelah saling memberi isyarat dengan mata mereka sekarang menuju kamar mandi dan mengeringkan tubuh Wiwied yang sudah bersih dan segar dengan handuk. Bram dan Yan memakai baju kembali dan keluar menemui saya. Sayangnya sekarang pintu kamar tidur ditutup, sehingga saya tidak tahu apa yang terjadi di dalam. Yang jelas, Boy dan Ali pasti kembali menggauli istri saya untuk yang kedua kalinya. Dari pengakuan Wiwied kemudian, saya tahu bahwa pada saat itu Boy langsung mengangkat tubuhnya dan meletakkan di atas sofa yang terdapat di dalam kamar. Boy memposisikan Wiwied menungging dengan tangan berpegangan pada pundak Ali yang duduk di sofa, kemudian Boy memasukkan penisnya dari belakang. Sementara Ali yang duduk menghadap Wiwied menciumi wajah dan payudara Wiwied bergantian. <br /><br />Tak berapa lama kemudian, tubuh Wiwied merosot ke bawah, kepalanya menangkup di selangkangan Ali dengan melakukan oral pada penisnya, sementara Boy tetap menggoyangkan pinggulnya maju mundur dari belakang. Dan ketika telah selesai menyemburkan air maninya kembali ke dalam vagina Wiwied, Ali langsung membopong tubuh istri saya dan memangkunya. Wiwied sekarang duduk di atas pangkuang Ali, dengan mudah batang penis Ali menyelusup ke dalam vagina Wiwied. Namun aneh, Wiwied malah dengan sukarela menggoyangkan pinggulnya naik turun di atas pangkuan Ali dengan kedua belah tangan berpegangan pada pundak Ali. Beberapa lama kemudian Ali membopong tubuh Wiwied yang sudah keletihan itu dan meletakkannya di atas tempat tidur sebelum kemudian menindihnya dan mulai menggerakkan kembali tubuhnya naik turun. <br /><br />Saat itu Josh melangkah masuk ke dalam kamar, rupanya ia telah pulang dari menguras ATM saya sampai batas limit, dan ketika melihat Ali sedang menggoyangkan tubuhnya di atas tubuh istri saya yang sekarang telungkup di atas tempat tidur ia jadi kembali terbangkit nafsunya, maka ia pun kembali membuka seluruh pakaiannya dan mengocok penisnya hingga menegang, dan ketika Ali selesai, tanpa basa basi Josh pun segera naik di atas tubuh istri saya yang kini telah lemah lunglai. Wiwied hanya pasrah saja tubuhnya dibolak-balik sesuka hati oleh Josh sambil terus disetubuhi sampai pada akhirnya Josh mencabut penisnya dari vagina Wiwied dan menjejalkan ke mulut istri saya, bertepatan dengan memuntahkan air maninya ke dalam mulut Wiwied. Air mani itu muncrat dan berlepotan ke seluruh wajah istri saya setelah sebagian tertelan. Baru sesudah Josh menyelesaikan hajatnya, kelihatannya mereka sudah cukup puas melampiaskan semua nafsu birahinya terhadap istri saya. <br /><br />Setelah mengucapkan terima kasih, keempat sekawan tsb meninggalkan rumah kami sambil membawa G-string dan bra Wiwied yang berwarna putih, perhiasan, dan uang tunai baik yang ada di rumah maupun dari ATM. Boy berkata bahwa dalam waktu satu jam semuanya akan kembali seperti biasa. Sekarang dia meminta saya meneruskan menulis proposal, serta meminta Wiwied untuk tidur agar tidak kecapaian setelah melayani tamu. <br /><br />Kira-kira satu jam kemudian, saya terbangun dari tidur saya di atas meja kerja. Saya merasa semua kejadian tadi seperti mimpi, untuk membuktikan saya masuk ke dalam kamar, ternyata di situ saya menyaksikan Wiwied sedang terlelap tanpa baju dengan hanya ditutupi selimut. Tampak juga gaun tidur, G-tring hitam, stoking serta gather tercecer di bawah tempat tidur. Makin penasaran, saya periksa tempat tidur Wiwied. Masih ada sisa-sisa sperma di mana-mana. Bahkan banyak juga yang masih melekat di wajah, mulut, rambut dan di selangkangannya. Saat Wiwied terbangun dari tidurnya, dia juga merasakan hal yang sama. Dapat mengingat semua kejadian dengan jelas, tetapi tidak bisa menolak untuk tidak melakukannya. Begitulah, kami kehilangan harta dan harga diri setelah dihipnotis.sahronihttp://www.blogger.com/profile/04363341387314395578noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5426126127632947342.post-76656997697238954492010-03-18T17:07:00.000-07:002010-03-18T17:08:00.756-07:00Nikmatnya anak SMPPada tahun 1994 saya tercatat sebagai siswa baru pada SMUN 2 pada waktu itu sebagai siswa baru, yah.. acara sekolahan biasa saja masuk pagi pulang sekitar jam 14.00 sampai pada akhirnya saya dikenalkan oleh teman seorang gadis yang ternyata gadis itu sekolah juga di dekat sekolah saya yaitu di SMPN 3. <br /><br />Ketika kami saling menjabat tangan, gadis itu masih agak malu-malu, saya lihat juga gadis itu tingginya hanya sekitar 158 cm dan mempunyai dada yang memang kelihatan lebih besar dari anak seumurnya sekitar 34B (kalau tidak salah umurnya 14 tahun), mempunyai wajah yang manis banget dan kulit walaupun tidak terlalu putih tapi sangat mulus, (sekedar info tinggi saya 165 cm dan umur waktu itu 16 tahun), saya berkata siapa namamu?, dia jawab L----(edited), setelah berkenalan akhirnya kami saling memberikan nomor telepon masing-masing, besoknya setelah saling telepon dan berkenalan akhirnya kami berdua janjian keluar besok harinya jalan pertama sekaligus cinta pertama saya membuat saya deg-degan tetapi namanya lelaki yah..., jalan terus dong. <br /><br />Akhirnya malam harinya sekitar jam 19.00 saya telah berdiri didepan rumahnya sambil mengetuk pagarnya tidak lama setelah itu L----muncul dari balik pintu sambil tersenyum manis sekali dia mengenakan kaos ketat dan rok yang kira-kira panjangnya hampir mencapai lutut berwarna hitam. <br />Saya tanya, "Mana ortu kamu...", dia bilang kalau di rumah itu dia cuma tinggal bersama papanya dan pembantu, sedangkan kalau kakaknya dan mamanya di kota lain. <br />"Oohh jawab saya", saya tanya lagi "Terus Papa kamu mana?" dia jawab kalau Papa lagi keluar ada rapat lain di hotel (papanya seorang pejabat kira-kira setingkat dengan wagub) jadi saat itu juga kami langsung jalan naik motorku dan tanpa disuruhpun dia langsung memeluk dari belakang,penis saya selama jalan-jalan langsung tegang, habis dada dia begitu kenyal terasa di belakangku seakan-akan memijit-mijit belakangku (motor waktu itu sangat mendukung, yaitu RGR). <br /><br />Setelah keliling kota dan singgah makan di tempat makan kami langsung pulang ke rumahnya setelah tiba saya lihat rumahnya masih sepi mobil papanya belum datang. <br />Tiba-tiba dia bilang "Masuk yuk!., Papa saya kayaknya belum datang". Akhirnya setelah menaruh motor saya langsung mengikutinya dari belakang saya langsung melihat pantatnya yang lenggak-lenggok berjalan di depanku, saya lihat jam ternyata sudah pukul 21.30, setiba di dalam rumahnya saya lihat tidak ada orang saya bilang "Pembantu kamu mana?", dia bilang kalau kamar pembantu itu terpisah dari bangunan utama rumah ini agak jauh ke belakang. <br />"oohh...", jawab saya. <br />Saya tanya lagi, "jadi kalau sudah bukakan kamu pintu pembantu kamu langsung pergi ke belakang?", dia jawab iya. <br />"Terus Papa kamu yang bukain siapa..." <br />"saya..." jawabnya. <br />"Kira-kira Papa kamu pulang jam berapa sih...", tanya saya. Dia bilang paling cepat juga jam 24.00. (Langsung saja pikiranku ngeres banget) <br />Saya tanya lagi "Kamu memang mau jadi pacar saya...". <br />Dia bilang "Iya...". <br />Lalu saya bilang, "kalau gitu sini dong dekat-dekat saya...", belum sampai pantatnya duduk di kursi sebelahku, langsung saya tarik ke dalam pelukanku dan mengulum bibirnya, dia kaget sekali tapi belum sampai ngomong apa-apa tanganku langsung memegang payudaranya yang benar-benar besar itu sambil saya remas-remas dengan kuat sekali (habis sudah kebelet) diapun mengeluh "Ohh.., oohh sakit". katanya. <br /><br />Saya langsung mengulum telinganya sambil berbisik, "Tahan sedikit yah...", dia cuma mengangguk. Payudaranya saya remas dengan kedua tanganku sambil bibir saya jilati lehernya, kemudian pindah ke bibirnya langsung saya lumat-lumat bibirnya yang agak seksi itu, kamipun berpagutan saling membenamkan lidah kami masing-masing. Penis saya langsung saya rasakan menegang dengan kerasnya. Saya mengambil tangan kirinya dan menuntun memegang penisku dibalik celana saya, dia cuma menurut saja, lalu saya suruh untuk meremasnya. Begitu dia remas, saya langsung mengeluh panjang, "Uuhh..., nikmat sayang", kata saya. <br />"Teruss...", dengan agak keras kedua tanganku langsung mengangkat kaos yang dia kenakan dan membenamkan muka saya di antara payudaranya, tapi masih terhalang BH-nya saya jilati payudaranya sambil saya gigit-gigit kecil di sekitar payudaranya, "aahh..., aahh". Diapun mendesis panjang tanpa melepas BH-nya saya langsung mengangkat BH-nya sehingga BH-nya berada di atas payudaranya, sungguh pemandangan yang amat menakjubkan, dia mempunyai payudara yang besar dan puting yang berwarna kemerahan dan menjulang keluar kira-kira 1/2 cm dan keras, (selama saya main cewek baruku tahu sekarang bahwa tidak semua perempuan nanti menyusui baru keluar putingnya). Saya jilat kedua payudaranya sambil saya gigit dengan keras putingnya. Dia pun mengeluh sambil sedikit marah. "Aahh..., sakkiitt...", tapi saya tidak ambil pusing tetap saya gigit dengan keras. Akhirnya diapun langsung berdiri sambil sedikit melotot kepadaku. <br /><br />Sekarang payudara dia berada tepat di depan wajah saya. Sambil saya memandangi wajahnya yang sedikit marah, kedua tanganku langsung meremas kedua payudaranya dengan lembut. Diapun kembali mendesis, ....."Ahh..., aahh...", kemudian saya tarik payudaranya dekat ke wajah saya sambil saya gigit pelan-pelan. Diapun memeluk kepala saya tapi tangannya saya tepiskan. Sekelebat mata saya menangkap bahwa pintu ruang tamunya belum tertutup saya pun menyuruh dia untuk penutup pintunya, dia pun mengangguk sambil berjalan kecil dia pergi menutup pintu dengan mengendap-endap karena bajunya tetap terangkat sambil memperlihatkan kedua bukit kembarnya yang bikin hati siapa saja akan lemas melihat payudara yang seperti itu. <br /><br />Setelah mengunci pintu dia pun kembali berjalan menuju saya. Saya pun langsung menyambutnya dengan memegang kembali kedua payudaranya dengan kedua tangan saya tapi tetap dalam keadaan berdiri saya jilati kembali payudaranya. Setelah puas mulut saya pun turun ke perutnya dan tangan saya pelan-pelan saya turunkan menuju vaginanya sambil terus menjilati perutnya sesekali mengisap puting payudaranya. Tangan sayapun menggosok-gosok selangkangannya langsung saya angkat pelan-pelan rok yang dia kenakan terlihatlah pahanya yang mulus sekali dan CD-nya yang berwarna putih saya remas-remas vaginanya dengan terburu buru, dia pun makin keras mendesis, "aahh..., aakkhh... ohh..., nikmat sekali...", dengan pelan-pelan saya turunkan cdnya sambil saya tunggu reaksinya tetapi ternyata dia cuma diam saja, (tiba-tiba di kepala muncul tanda setan). <br />Terlihatnya vaginanya yang ditumbuhi bulu-bulu tapi sangat sedikit. Sayapun menjilatinya dengan penuh nafsu, diapun makin berteriak, "Aakkhh..., akkhh..., lagi..., lagii..". <br /><br />Setelah puas sayapun menyuruhnya duduk di lantai sambil saya membuka kancing celanaku dan saya turunkan sampai lutut terlihatlah CD-ku, saya tuntun tangannya untuk mengelus penis saya yang sudah sangat tegang sehingga sepertinya mau loncat dari CD-ku. Diapun mengelusnya terus mulai memegang penis saya. Saya turunkan CD-ku maka penis saya langsung berkelebat keluar hampir mengenai mukanya. Diapun kaget sambil melotot melihat penis saya yang mempunyai ukuran lumayan besar (diameter 3 cm dan panjang kira-kira 15 cm) saya menyuruhnya untuk melepas kaos yang dia kenakan dan roknya juga seperti dipangut dia menurut saja apa yang saya suruh lakukan. Dengan terburu-buru saya pun melepas semua baju saya dan celana saya kemudian karena dia duduk dilantai sedangkan saya dikursi, saya tuntun penis saya ke wajahnya dia pun cuma melihatnya saja. Saya suruh untuk membuka mulutnya tapi kayaknya dia ragu-ragu. <br /><br />Setengah memaksa, saya tarik kepalanya akhirnya penisku masuk juga kedalam mulutnya dengan perlahan dia mulai menjilati penis saya, langsung saya teriak pelan, "Aakkhh..., aakkhh...", sambil ikut membantu dia memaju-mundurkan penis saya di dalam mulutnya. "aakk..., akk..., nikmat sayyaangg...". Setelah agak lama akhirnya saya suruh berdiri dan melepaskan CD-nya tapi muncul keraguan di wajahnya sedikit gombal akhirnya CD dan BH-nya dia lepaskan juga maka telanjang bulatlah dia depanku sambil berdiri. Sayapun tak mau ketinggalan saya langsung berdiri dan langsung melepas CD-ya. Saya langsung menubruknya sambil menjilati wajahnya dan tangan saya meremas-remas kedua payudaranya yang putingnya sudah semakin tegang, diapun mendesis, "Aahh..., aahh..., aahh..., aahh", sewaktu tangan kananku saya turunkan ke vaginanya dan memainkan jari-jariku di sana. <br /><br />Setelah agak lama baru saya sadar bahwa jari saya telah basah. Saya pun menyuruhnya untuk membelakangiku dan saya siapkan penis saya. Saya genggam penis saya menuju vaginanya dari belakang. Saya sodok pelan-pelan tapi tidak maumasuk-masuk saya sodok lagi terus hingga dia pun terdorong ke tembok tangannyapun berpangku pada tembok sambil mendengar dia mendesis, "Aahh..., ssaayaa..,. ssaayaangg..., kaammuu...", sayapun terus menyodok dari belakang. Mungkin karena kering penis saya nggak mau masuk-masuk juga saya angkat penis saya lalu saya ludahi tangan saya banyak-banyak dan saya oleskan pada kepala penissaya dan batangnya dia cuma memperhatikan dengan mata sayu setelah itu. Saya genggam penis saya menuju vaginanya kembali. Pelan-pelan saya cari dulu lubangnya begitu saya sentuh lubang vaginanya dia pun langsung mendesis kembali, "Ahh..., aahh...", saya tuntun penis saya menuju lubang vaginanya itu tapi saya rasakan baru masuk kepalanya saja diapun langsung menegang tapi saya sudah tidak peduli lagi. Dengan satu hentakan yang keras saya sodok kuat-kuat lalu saya rasa penis saya seperti menyobek sesuatu maka langsung saja dia berontak sambil berteriak setengah menangis, "Ssaakkiitt...". Saya rasakan penis saya sepertinya dijepit oleh dia keras sekali hingga penis saya seperti lecet di dalam vaginanya. Saya lalu tahan dalam posisi saya dan mulai kembali menyiuminya sambil berkata "Tahann.. sayang... cuman sebentar kok..." <br /><br />Saya memegang kembali payudaranya dari belakang sambil saya remas-remas secara perlahan dan mulut saya menjilati belakangnya lalu lehernya telinganya dan semua yang bisa dijangkau oleh mulut saya agak lama. Kemudian dia mulai mendesis kembali menikmati ciuman saya dibadan dan remasan tangan saya di .....payudaranya, "Ahh..., aahh..., ahh..., kamu sayang sama lakukan?" dia berkata sambil melihat kepada saya dengan wajah yang penuh pengharapan. Saya cuma menganggukkan kepala padahal saya lagi sedang menikmati penis saya di dalam vaginanya yang sangat nikmat sekali seakan-akan saya lagi berada si suatu tempat yang dinamakan surga. "Enak sayang?", kataku. Dia cuma mengangguk pelan sambil tetap mengeluarkan suara-suara kenikmatan, "Aahh..., aahh..." lalu saya mulai bekerja, saya tarik pelan-pelan penis saya lalu saya majukan lagi tarik lagi majukan lagi dia pun makin keras mendesis, "Aahh..., ahh..., ahhkkhh..." akhirnya ketika saya rasakan bahwa dia sudah tidak kesakitan lagi saya pun mengeluar-masukkan penis saya dengan cepat dia pun semakin melenguh menikmati semua yang saya perbuat pada dirinya sambil terus-meremas payudaranya yang besar itu. Dia teriak "Sayaa mauu keeluuarr...". <br />Sayapun berkata "aahhkkssaayyaanggkkuu...", saya langsung saja sodok dengan lebih keras lagi sampai-sampai saya rasakan menyentuh dasar dari vaginanya tapi saya benar-benar kesetanan tidak peduli lagi dengan suara-suara, "Ahh..., aahh..., ahh..., akkhh..., akkhh..., truss" langsung dia bilang "Sayyaa kkeelluuaarr..., akkhh..., akhh...", tiba-tiba dia mau jatuh tapi saya tahan dengan tangan saya. Saya pegangi pinggulnya dengan kedua tangan saya sambil saya kocok penis saya lebih cepat lagi, "Akkhh..., akkhh..., ssaayyaa mauu..., kkeelluuaarr..., akkhh...", pegangan saya di pinggulnya saya lepaskan dan langsung saja dia terjatuh terkulai lemas. <br /><br />Dari penis saya menyemprotlah air mani sebanyak-banyaknya, "Ccroott..., croott.., ccrroott..., akkhh..., akkhh...", saya melihat air mani saya membasahi sebagian tubuhnya dan rambutnya, "Akhh..., thanks sayangkuu...", sambil berjongkok saya cium pipinya sambil saya suruh jilat lagi penisku. Diapun menjilatinya sampai bersih. Setelah itu saya bilang pakai pakaian kamu dengan malas dia berdiri mengambil bajunya dan memakainya kembali. <br /><br />Setelah kami berdua selesai saya mengecup bibirnya sambil berkata, "Saya pulang dulu yah sampai besok sayang...!". Dia cuma mengangguk tidak berkata-kata lagi mungkin lemas mungkin nyesal tidak tahu ahh. Saya lihat jam saya sudah menunjukkan jam 23.35, saya pulang dengan sejuta kenikmatansahronihttp://www.blogger.com/profile/04363341387314395578noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5426126127632947342.post-75246857517564714462010-03-18T17:06:00.000-07:002010-03-18T17:07:00.640-07:00Aaah......Nikmatnya Tubuh Tante RinaNamaku, donal umurku 21 tahun saya tinggal di kota manado. saya akan menceritakan pengalaman saya yang benar-benar terjadi dan begitu indah tak terlupakan bersama seorang perempuan yang sudah bersuami,namanya tante rina. kejadian ini terjadi di medio november 2003 yang lalu,ceritanya berawal dari ketika aku menelepon ke teman saya, ternyata salah sambung malahan tersambung ke rumah orang yang tak saya kenal.Pada saat itu yang mengangkat telpon adalah seorang perempuan yang saya taksir umurnya sekitar 40 tahun,karena suaranya yang begitu sopan dan berwibawa, saya mencoba untuk mencari bahan pembicaraan lain agar supaya jangan putus,ternyata dia merespon,terus saya bertanya kepadanya apakah sudah punya pacar atau belum, dan dia menjawab belum punya pacar.(padahal sudah bersuami).setelah sekian lama kami bicara di telpon akhirnya kami mencatat nomor kami masing-masing. <br /><br />Keesokan harinya saya menelpon dia (tante rina). kali ini pembicaraan ngalor-ngidul,tanpa disadari ketika bicara tentang pengalaman pacaran,dia bilang" kalau sudah nikah hubungan tidak terlalu serius karena agak bosan", wah..ternyata dia berbohong, akhirnya dia mengaku kalau dia sudah nikah dan punya anak satu. <br /><br />Akhirnya saya makin berani lalu kutanyakan bagaimana rasanya bulan madu karena saya sama sekali belum pernah merasakan berdekatan dengan wanita.(walau itu yang namanya ciuman).Dia bilang,itu sih alamiah.... kali ini dia tidak malu-malu lagi. lalu kutanya lagi,"Gaya apa yang biasa dilakukan".Tante rina menjawab kalau suamiku pada awal permainan sangat suka mencium leherku kemudian baru menghisap payudara...lalu kutanya lagi,"kalau tante rina senangnya dimana?".lalu tante rina menjawab,"aku senangnya kalau lagi diatas perut",balasnya manja.... Masih dipercakapan telepon juga kutanyakan,"tolong dong tante ajarin aku".jawab tante, "enak aja....cari aja perempuan yang masih single kemudian nikahi.....bereskan.!", balasnya dengan nada sedikit genit. <br /><br />Ternyata tante rina ini jinak-jinak merpati..aku makin menjadi semakin tertantang.lalu kucoba pancing lagi."iyah deh..ngak usah yang berat-berat..ciuman aja.." ternyata tante rina mulai memberi angin dengan memberi jawaban,"lihat aja belum udah mau cium-cium..entar udah lihat malah lari..".Aku menimpa kembali,siapa yang lari saya atau tante?,dia menjawab,udah ketemu aja deh....dimana...?.saya langsung jawab di "F" restaurant, terus langsung nonton film. akhirnya diakhir percakapan kami janjian untuk ketemu besok jam 3 sore. <br /><br />Keesokan harinya tepat jam 3 sore ada seorang wanita rambut panjang,tinggi 165 cm,pakaian kuning dengan rok merah yang seksi,persis dengan janjiannya pikiranku langsung tak karuan,saya bersumpah saya harus dapat mencium dan menyetubuhinya. hanya ngobrol sebentar,kami langsung ke bioskop yang terkenal, setalah sampai di bioskop kami beli karcis masuk,kebetulan kami berdua dapat tempat duduk dipinggir.Setelah film dimulai, didalam celanaku ada terasa yang sangat ganjil ternyata "torpedoku mulai berdiri kencang".kemudian kuberanikan untuk memegang tangannya yang begitu halus dan lembut,ternyata tante rina hanya diam saja.Saya berbisik "tante bohong katanya ditelpon bilang sudah nenek-nenek tapi nyatanya masih seperti umur 20-an tahun,beruntung yah suami tante .lalu aku berbisik lagi,mana janjinya tante..katanya boleh cium,kalo nggak lari...! kemudian dia melihat sekeliling,"malu nanti ketahuan orang",saya bilang kembali,sepi kok tante.., <br /><br />Dalam keremangan saya melihat tante rina merapat-rapatkan kedua bibirnya untuk membersihkan lipstiknya.Saya mulai mendekatkan bibir saya pada telinga tante rina.Busyet wangi sekali,kemudian tanpa ragu lagi saya makin berani mendekatkan bibir saya dipipi tante rina dan seterusnya kulumat bibir tante rina.Ternyata tante rina terbawa arus dan segera melawan lumatanku dengan penuh gairah.Kemudian tanganku mulai kumainkan di badannya tante rina,dan sampai di buah dadanya.Waduh montok sekali buah dadanya tante rina,setalah itu langsung kuremas dan pelintir puting susunya.Nafas tante rina mulai ngos-ngosan. <br /><br />Tiba-tiba tanganku disentakkan dan ciuman saya dihentikan.dia bilang sudah dong..!jangan terlalu jauh saya sudah nikah.Tapi saya tidak mau nyerah,dengan penuh trik saya pegang tangannya lalu kubimbing kearah kemaluanku yang sudah besar.(kupikir saya pasti ditampar karena kurang ajar).Ternyata tante rina hanya diam saja terpaku dengan besarnya barangku,lalu saya keluarkan kemaluanku,saya tempelkan tangan tante rina dikemaluanku ,tante rina terhenyak."Nekad kamu" <br /><br />"Biarin tante",balasku nakal.. <br />"Besar dan panjang juga barang kamu".Bisik tante rina genit.. <br />"Iya,tante saya sudah tidak tahan lagi."balasku mesra <br />"Nanti aja keluarin dikamar mandi",goda tante rina. <br />"Enggak mau,pingin sama tangan tante rina!"bisikku manja. <br />"Pusing ya.."tante rina terus menggodaku. <br />"Iyah.."balasku mantap. <br /><br />Akhirnya tante rina mau juga mengocok barangku yang sudah besar. Ooooh....syyhhkk...nikmatnya.."Tangan tante rina yang super halus dan penuh pengalaman mengocok barangku.Selang beberapa menit"Sreet...sreeeett.."keluar sudah spermaku akibat kocokan ...<br />...mesra tangan tante rina. <br /><br />Ketika film selesai saya dan tante rina keluar dan jalan-jalan.saya membelikan dia baju untuk anaknya,terus jalan-jalan kembali,makan,hingga jam menunjukkan pukul 9 malam.kemudian saya bertanya! <br /><br />"Tante rina nggak dimarahin sama om..pulang terlambat?" <br />"Tadi sudah bilang ada teman yang ulang tahun, jadi pulang agak lambat.." <br /><br />Saya mengantarnya pulang.Didalam perjalanan pulang terlihat plang hotel,pikiranku mulai nggak karuan.bawah saja tante rina kesini.Saya memasukkan mobil ke hotel. <br /><br />"Tante rina protes",mau ngapain kesini...? <br />"kita ngobrol..untuk saling kenal lagi tante...saya nggak akan nakal tante",balasku mesra,tante rina diam saja."Ternyata tante rina mau juga" <br /><br />Ketika telah didalam,tante rina tampak kikuk,kucoba menenangkannya,"Santai saja tante rina...",lalu tante rina membuka sepatunya,saya menghampirinya."wah tante rina badannya lebih pendek dengan saya"tapi nggak ada pengaruh kalau sudah ditempat tidur."tante rina saya pingin cium bibir tante lagi.."lalu aku menghampirinya ,tante rina diam saja.kemudian kulumat bibirnya.Dengan setengah paksa kubuka bajunya lalu celana panjangnya sampai tante rina terlihat bugil,tante rina berontak lalu kujepit badannya yang seksi dan montok."Donal..jangan Donal...jangan maksa dong.."Saya tidak peduli,dengan cepat saya buka celana saya kemudian dengan sigap kujilati toketnya tante rina,sampai ke lubang "V" tante rina.Tante rina merasakan kenikmatan yang luar biasa.Kemudian saya mengocok-ngocok lubangnya sampai tante rina merasakan nikmat untuk yang kedua kalinya.Kemudian kami berganti posisi sekarang gilirannya tante rina yang mengh isap punyaku.Setalah itu kumasukkan barangku yang besar dan panjang ke lubang vagina tante rina yang sudah basah., dengan cepat kugerakkan punyaku turun naik.Masih barangku menancap dilubang vagina tante rina,saya guling-gulingkan badannya sehingga kadang dia diatas kadang dia dibawah.Kami melakukannya dengan banyak posisi, <br /><br />Lama-lama tante rina terangsang juga dan ingin cepat keluar, akhirnya sama-sama kami mencapai orgasme.Saya memasukkan semua air mani saya ke lubangnya.Kemudian dengan cepat saya jilati bibir kemaluan tante rina sampai kemudian tante rina orgasme kembali,setelah itu kami berdua mandi. setelah itu kami melakukannya lagi dikamar mandi.lalu setalah itu tante rina berbisik, donal kamu lebih hebat dari suami saya.Dan jika tante rina ingin berhubungan lagi dengan kamu,bolehkah... ! tante rina menghubungi kamu.Kemudian saya menjawab, boleh...saya siap melayani tante. <br /><br />Akhirnya impianku terwujud untuk menyetubuhi tante rina yang seksi dan punya anak satu. <br /><br />Sampai saat ini tante rina sering menghubungi saya.Karena suaminya tidak dapat memuaskannya. <br /><br />Bagi Tante-tante yang tinggal didaerah Manado yang merasa kesepian dan ingin berhubungan sex yang luar biasa nikmatnya,silahkan hubungi saya di landcim@yahoo.com dan bagi para remaja wanita yang tinggal di Manado yang ingin sekali mencobanya silahkan hubungi saya. <br /><br />T A M A Tsahronihttp://www.blogger.com/profile/04363341387314395578noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5426126127632947342.post-77464696263524392442010-03-18T16:59:00.000-07:002010-03-18T17:06:08.050-07:00Adik Dapat, Kakak Juga DapatSetelah permainan cintaku dengan Evi sore itu, kami jadi sering melakukannya apabila ada kesempatan. Kadang kami bercinta di Kamar Evi dan kadang di kamarku. Evi yang masih berusia 22 tahun itu bercerita tentang hilangnya kegadisannya oleh pacarnya ketika masih SMA. Menurut ceritanya dia dijebak pacarnya untuk minum-minum ketika perayaan ulangtahunnya yang ke 17. Ketika dia mulai mabuk dia dibawa pacarnya dan di perkosa di hotel. Tragisnya dia diperkosa secara bergantian oleh 2 orang teman pacarnya saat itu. <br /><br />Paginya setelah sadar dia di antar pulang dan pacar maupun kedua temannya menghilang entah kemana. Setelah lulus SMA akhirnya dia memutuskan untuk kuliah di Bali jurusan hotel dan tourisme. Sejak kuliah di Bali pun dia sudah beberapa kali melakukan sex dengan beberapa teman kuliah-nya. Hubungan kami pun cuma sebagai teman, tidak lebih, hubungan kami berdasarkan suka sama suka. Mungkin karena usia ku yang lebih muda. Hanya saja aku dapat previlege untuk tubuhnya kapan saja aku mau. Hubunganku dengan Evi pun tidak diketahui oleh Silvi kakaknya yang sudah bekerja di salah satu hotel di kawasan Jimbaran. <br /><br />Silvi, tidak kalah cantiknya dengan Evi. Keduanya memiliki kulit yang putih bersih. Silvi lebih dewasa dalam pembawaan dan enak juga diajak ngobrol. Karena Silvi juga cantik aku sering bercanda dengan Evi mengatakan ingin tahu rasanya bila berhubungan dengan Silvi. Evi kadang tertawa dan kadang marah kalo aku berkata begitu. Walau marah, Evi akan hilang kemarahannya kalau kucumu lagi. <br /><br />Seperti halnya sore itu, Ketika aku baru pulang kuliah, kulihat kamar Evi terbuka tetapi tidak ada orang didalamnya. Karena situasi kost yang sepi akupun masuk ke kamarnya dan mendengar ada yang sedang mandi dan akupun menutup pintu kamar Evi. Sudah seminggu lebih aku menginap di Denpasar karena sedang ujian akhir. <br /><br />Setelah pintu kututup, kupanggil Evi yang ada dikamar mandi. <br /><br />"Vi, lagi mandi yah? tanyaku basa-basi. <br /><br />Tidak ada jawaban dari dalam kamar mandi. Akupun melanjutkan. <br /><br />"Kamu marah yah Vi?, Maaf yah aku gak kasih tahu kamu kalo aku mau nginep di Denpasar. Hari ini aku mau buat kamu puas Vi. Aku akan cium kamu, bikin kamu puas hari ini. Aku aka. <br />"Mandi kucing kan kamu Vi mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki." Rayuku. <br /><br />Masih tidak ada jawaban dari dalam kamar mandi. <br /><br />"Vi, ingat film yang dulu kita tonton kan. Aku akan bikin kamu puas beberapa kali hari ini sebelum kau rasakan penisku ini Vi. Aku akan cium vaginamu sampai kau menggelinjang puas dan memohon agar aku memasukkan penisku". <br /><br />Terdengar suara batuk kecil dari dalam kamar mandi. <br /><br />"Vi, kututup pintu dan gordennya yah Vi". Akupun berbalik dan menutup gorden jendela yang memang masih terbuka. <br /><br />Ketika gorden kututup, kudengar pintu kamar mandi terbuka. Akupun tersenyum dan bersorak dalam hati. Setelah aku menutup gorden akupun berbalik. Dan ternyata, yang ada dalam kamar mandi itu adalah Silvi, kakak Evi, yang baru saja selesai mandi keluar dengan menggunakan bathrope berwarna pink dan duduk diatas tempat tidur dengan kaki bersilang dan terlihat dari belahan bathropenya. <br /><br />Kaki yang putih terawat, betisnya yang indah terlihat terus hingga ke pahanya yang putih, kencang dan seksi sangat menantang sekali untuk dielus. Belum lagi silangan bathrope di dadanya agak kebawah sehingga terlihat dada putih dan belahan payudaranya. Kukira ukuran Branya sedikit lebih besar dari Evi, karena aku belum pernah menyentuhnya. <br /><br />"Evi sedang ke Yogya, dia sedang Praktek kerja selama 2 bulan" Kata Silvi sambil memainkan tali bathrope-nya. <br />"Jadi selama ini kamu suka make love ya sama Evi, padahal aku percaya kamu tidak akan begitu sama adikku" <br />"Maaf Mbak, aku gak tahu kalo yang didalam itu Mbak Silvi" Kataku sambil mataku memandang wajah Silvi. <br /><br />Rambutnya yang hitam sepundak tergerai basah. Dada yang putih dengan belahan yang terlihat cukup dalam. Paha yang putih mulus dan kencang hingga betis yang terawat rapih. Kalau menurutku Silvi boleh mendapat angka 8 hingga 8,5. <br /><br />"Lalu kalo bukan Mbak kenapa?, Kamu enggak mau mencium Mbak, buat Mbak puas, memandikucingkan Mbak seperti yang kamu bilang tadi?" Tanya Silvi memancingku. <br />"Aku sih mau aja Mbak kalo Mbak kasih" Jawabku langsung tanpa pikir lagi sambil melangkah ke tempat tidur. Sebab sebagai laki-laki normal aku sudah tidak kuat menahan nafsuku melihat sesosok wanita cantik yang hampir pasti telanjang karena baru selesai mandi. Belum lagi pemandangan dada dan putih mulus yang sangat menggoda. <br />"Kamu sudah lama make love dengan Evi, Ren?" Tanya Silvi ketika aku duduk di sebelah kirinya. Aku tidak langsung menjawab, setelah duduk di sebelahnya aku mencium wangi harum tubuhnya. <br />"Tubuh Mbak harum sekali", kataku sambil mencium lehernya yang putih dan jenjang. ...<br />Silvi menggeliat dan mendesah ketika lehernya kucium, mulutku pun naik dan mencium bibirnya yang mungil dan merah merekah. Silvi pun membalas ciumanku dengan hangatnya. Perlahan kumasukkan lidahku ke dalam rongga mulutnya dan lidah kami pun saling bersentuhan, hal itu membuat Silvi semakin hangat. <br /><br />Perlajan tangan kiriku menyelusup ke dalam bath robenya dan meraba payudaranya yang kenyal. Sambil terus berciuman kuusap dan kupijat lembut kedua payudaranya bergantian. Payudaranya pun makin mengeras dan putingnyapun mulai naik. Sesekali kumainkan putingnya dengan tanganku sambil terus melumat bibirnya. <br /><br />Aku pun mengubah posisiku, kurebahkan tubuh Silvi di tempat tidur sambil terus melumat bibirnya dan meraba payudaranya. Setelah tubuh Silvi rebah, perlahan mulutku pun turun ke lehernya dan tanganku pun menarik tali pengikat bathrope-nya. Setelah talinya terlepas kubuka bathropenya. Aku berhenti mencium lehernya sebentar untuk melihat tubuh wanita yang akan kutiduri sebentar lagi, karena aku belum pernah tubuh Silvi tanpa seutas benang sedikitpun. Sungguh pemandangan yang indah dan tanpa cela sedikit pun. <br /><br />Payudaranya yang putih dan tegak menantang berukuran 36 C dengan puting yang sudah naik sangat menggairahkan. Pinggang yang langsing karena perutnya yang kecil. Bulu halus yang tumbuh di sekitar selangkangannya tampak rapi, mungkin Silvi baru saja mencukur rambut kemaluannya. Sungguh pemandangan yang sangat indah. <br /><br />"Hh" Desah Silvi membuyarkan lamunanku, Aku pun langsung melanjutkan kegiatanku yang tadi terhenti karena mengagumi keindahan tubuhnya. <br /><br />Kembali kulumat bibir Silvi sambil tanganku mengelus payudaranya dan perlahan-lahan turun ke perutnya. Ciumanku pun turun ke lehernya. Desahan Silvi pun makin terdengar. Perlahan mulutku pun turun ke payudaranya dan menciumi payudaranya dengan leluasanya. Payudaranya yang kenyal pun mengeras ketika aku mencium sekeliling payudaranya. <br /><br />Tanganku yang sedang mengelus perutnya pun turun ke pahanya. Sengaja aku membelai sekeliling vaginanya dahulu untuk memancing reaksi Silvi. Ketika tanganku mengelus paha bagian dalamnya, kaki Silvi pun merapat. Terus kuelus paha Silvi hingga akhirnya perlahan tanganku pun ditarik oleh Silvi dan diarahkan ke vaginanya. <br /><br />"Elus dong Ren, Biar Mbak ngerasa enak Ren" Ucapnya sambil mendesah. <br /><br />Bibir vagina Silvi sudah basah ketika kesentuh. Kugesekan jariku sepanjang bibir kemaluan Silvi, dan Silvi pun mendesah. Tangannya meremas kepalaku yang masih berada di payudaranya. <br /><br />"Ahh, terus Ren", Pinggulnya makin bergyang hebat sejalan dengan rabaan tanganku yang makin cepat. Jari-jariku kumasukkan kedalam lubang vaginanya yang semakn basah. <br />"Ohh Ren enak sekali Ren", desah Silvi makin hebat dan goyangan pinggulnya makin cepat. <br /><br />Jariku pun semakin leluasa bermain dalam lorong sempit vagina Silvi. Kucoba masukan kedua jariku dan desahan serta goyangan Silvi makin hebat membuatku semakin terangsang. <br /><br />"Ahh Ren", Silvi pun merapatkan kedua kakinya sehingga tanganku terjepit di dalam lipatan pahanya dan jariku masih terus mengobok-obok vaginanya Silvi yang sempit dan basah. <br /><br />Remasan tangan Silvi di kepalaku semakin kencang, Silvi seperti sedang menikmati puncak kenikmatannya. Setelah berlangsung cukup lama Silvi pun melenguh panjang jepitan tangan dan kakinya pun mengendur. <br /><br />Kesempatan ini langsung kupergunakan secepat mungkin untuk melepas kaos dan celana jeansku. Penisku sudah tegang sekali dan terasa tidak nyaman karena masih tertekan oleh celana jeansku. Setelah aku tinggal mengunakan CD saja kuubah posisi tidur Silvi. Semula seluruh badan Silvi ada di atas tempat tidur, Sekarang kubuat hanya pinggul ke atas saja yang ada di atas tempat tidur, sedangkan kakinya menjuntai ke bawah. <br /><br />Dengan posisi ini aku bisa melihat vagina Silvi yang merah dan indah. Kuusap sesekali vaginannya, masih terasa basah. Akupun mulai menciumi vaginanya. Terasa lengket tapi harum sekali. Kukira Silvi selalu menjaga bagian kewanitaannya ini dengan teratur sekali. <br /><br />"Ahh Ren, enak Ren", racau Silvi. Pinggulnya bergoyang seiring jilatan lidahku di sepanjang vaginanya. Vagina merahnya semakin basah oleh lendir vaginanya yang harum dan jilatanku. Desahan Silvi pun makin hebat ketika kumasukkan lidahku kedalam bibit lubang vaginanya. Evi pun menggelinjang hebat. <br /><br />"Terus Ren", desahnya. Tanganku yang sedang meremas pantatnya yang padat ditariknya ke payudara. Tnagnku pun bergerak meremas-remas payudaranya yang kenyal. Sementara lidahku terus menerus menjilati vaginanya. Kakinya menjepit kepalaku dan pinggulnya oun bergerak tidak beraturan. Sepuluh menit hal ini berlangsung dan Silvi pun menalami orgasme yang kedua. <br /><br />"Ahh Ren, aku keluar Ren", aku pun merasakan cairan hangat yang keluar dari vaginanya. Cairan itu pun kujilat dan kuhabiskan dan kusimpan dalam mulutku dan secepatnya kucium bibir Silvi yang sedang terbuka agar dia merasakan cairannya sendiri. <br /><br />Lama kami berciuman, dan perlahan posisi penisku sudah ...<br />...berada tepat didepan vaginanya. Sambil terus menciumnya kugesekkan ujung penisku yang mencuat keluar CD ku ke bibir vaginanya. Tangan Silvi yang semula berada disamping bergerak ke arah penisku dan menariknya. Tangannya mengocok penisku perlahan-lahan. <br /><br />"Besar juga punya kamu Ren, panjang lagi" Ucap Silvi di sela-sela ciuman kami. <br /><br />Sambil masih berciuman aku melepaskan CDku sehingga tangan Silvi bisa leluasa mengocok penisku. Setelah lima menit akupun menepis tangan Silvi dan menggesekkan penisku dengan bibir vaginanya. Posisi ini lebih enak dibandingkan dikocok. <br /><br />Perlahan aku mulai mengarahkan penisku kedalam vaginanya. Ketika penisku mulai masuk, badan Silvi pun sedikit terangkat. Terasa basah sekali tetapi nikmat. Lobang vaginanya lebih sempit dibandingkan Evi, atau mungkin karena lubang vaginanya belum terbiasa dengan penisku. <br /><br />"Ahh Rensha.. Begitu sayang, enak sekali sayang" Racaunya ketika penisku bergerak maju mundur. Pinggul Silvi pun semakin liar bergoyang mengimbangi gerakanku. Akupun terus menciumi bagian belakang lehernya. <br /><br />"Ahh.." desahnya semakin menjadi. Akupun semakin bernafsu untuk terus memompanya. Semakin cepat gerakanku semakin cepat pula goyangan pinggul Silvi. Kaki Silvi yang menjuntai ke bawah pun bergerak melingkari pinggangku. Akupun mengubah posisiku sehingga seluruh badan kami ada di atas tempat tidur. <br /><br />Setelah seluruh badan ada diatas tempat tidur, akupun menjatuhkan dadaku diatas payudara besar dan kenyalnya. Tanganku pun bergerak ke belakang pinggulnya dan meremas pantatnya yang padat. <br /><br />Goyangan Silvi pun semakin menjadi-jadi oleh remasan tanganku di pantatnya. Sedangkan pinggulku pun terus menerus bergerak maju mundur dengan cepat dan goyangan pinggul Silvi yang semakin liar. <br /><br />"Ren.. Kamu hebat Ren.. Terus Ren.. Penis kamu besar keras dan panjang Ren.. Terus Ren.. Goyang lebih cepat lagi Ren.." begitu racau Silvi di sela kenikmatannya. <br /><br />Aku pun semakin cepat menggerakkan pinggulku. Vagina Slvi memang lebih enak dari Evi adiknya. Lebih sempit sehingga penisku sangat menikmati berada di dalam vaginanya. Goyangan Silvi yang makin liar, desahan yang tidak beraturan membuatku semakin bernafsu dan mempercepat gerakanku. <br /><br />"Mbak aku mau keluar Mbak" Kataku. <br />"Di dalam aja Ren biar enak" desah Silvi sambil tangannya memegang pantatku seolah dia tidak mau penisku keluar dari vaginanya sedikitpun. <br />"Ahh" Desahku saat aku memuntahkan semua cairanku kedalam lubang rahimnya. <br /><br />Tangan Silvi menekan pantatku sambil pinggulnya mendorong keatas, seolah dia masih ingin melanjutkan lagi, matanya pun terpejam. Aku pun mencium bibir Silvi. Dengan posisi badanku masih diatasnya dan penisku masih dalam vaginanya. Mata Silvi terbuka, dia membalas ciuman bibirku hingga cukup lama. Badannya basah oleh keringatnya dan juga keringatku. <br /><br />"Kamu hebat Ren, aku belum pernah sepuas ini sebelumnya" Kata Silvi. <br />"Mbak juga hebat, vagina Mbak sempit, legit dan harum lagi." Ucapku. <br />"Memang vagina Evi enggak" senyumnya sambil menggoyangkan pinggulnya. <br />"Sedikit lebih sempit Mbak punya dibanding Evi" jawabku sambil menggerakkan penisku yang masih menancap di dalamnya. Tampaknya Silvi masih ingin melanjutkan lagi pikirku. <br />"Penis kamu masih keras Ren?" tanya Silvi sambil memutar pinggulnya. <br />"Masih, Mbak masih mau lagi?" tanyaku <br />"Mau tapi Mbak diatas ya" Kata Silvi. <br />"Cabut dulu Ren" <br /><br />Setelah dicabut, mulut Silvi pun bergerak dan mencium penisku, Silvi mengulum penisku terlebih dahulu sambil memberikan vaginanya padaku. Kembali terjadi pemanasan dengan posisi 69. Desahan-desahan Silvi, vagina Silvi yang harum membuatku melupakan Evi sementara waktu. <br /><br />Hari itu sejak pukul lima sore hingga esok paginya aku bercinta dengan Silvi, entah berapa kali kami orgasme. Dan itu pun berlangsung hampir setiap malam selama Evi belum kembali dari Praktek Kerjanya di yogya selama 2 bulan lebih. Kupikir mumpung Evi tidak ada kucumbu saja kakaknya dulu.sahronihttp://www.blogger.com/profile/04363341387314395578noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5426126127632947342.post-25272131217451711292010-03-18T16:54:00.000-07:002010-03-18T16:57:33.544-07:00anak 15 tahun yang buasini merupakan pengalaman saya yang paling memalukan sebenarnya saya malu untuk menceritakannya. saya seorang perempuan berumur 19 tahun saya masih kulliah di sebuah universitas di lampung. saya tinggal di rumah pamanku. dia mempunyai anak laki-laki yang berumur 15 tahun. tinnginya sekitar 165 cm. <br /><br />pada waktu itu saya baru pulang dari kuliah memkai baju putih sedang kehujanan. ketika dirumah ternyata paman dan tante sedang pergi dan yang ada di rumah hanya sepupuku itu. <br /><br />lalu saya masuk kekamar untuk mandi saya membuka baju saya yang basah dan celana jeans ku lalu saya membuka celana dalam dan bh ku didalam kamar. ternyata saya lupa menutup kamarku dan sepupuku masuk kekamarku dan melihatku telanjang bulat. tapi saya tidak marah kepadanya malah saya mengajaknya untuk mandi dan dia menyetujuinya dengan wajah yang nafsu. <br /><br />lalu dia membuka semua pakaiannya dan terlihatlah kontolnya yang besar yang berukuran sekitar 15 cm. lalu kami mandi berdua. di dalam kamar mandi ternyata anak itu lebih buas dari yang kuduga di dalam kamar mandi dia langsung mencium mulutku dan memeras payudaraku yang berukuran 35b. lalu aku merasa keenakan dengan apa yang dia lakukan. aku pun terbawa suasana dan langsung memegang kontolnya yang sudah mengeras. <br /><br />lalu aku pun langsung mengulum kontolnya itu di bawah siraman shower, setelah itu kami berdua masuk kedalam bathtub yang cukup besar.. disana kami melanjutkan "kentot" tersebut. didalam itu anak itu anak itu langsung memAsukan kontolnya kedalam memekku yang masih perawan saya merasa kesakitan ketika kontolnya memasuki lubang memeku. lalu keperawananku pecah dan mengeluarkan darah. walau sakit, anehnya masih ada kenikmatan yang kurasakan saat itu. setelah itu, anak itu pun mempercepat pemainannya gerakan maju mundur kontolnya semakin cepat dan menjadi-jadi, tanpa terasa punggungku pun ikut bergerak seiring dengan masuknya batang kontol dia ke memeku, aku merasakan sesuatu yang amat dahsyat.. memeku terasa ngilu, namun nikmat.... tak lama kemudian air maninya terasa mengendap di memekku, setelah itu ia mencabut kontolnya dan membalikan badanku.. dia melanjutkan permainan tersebut, dia mencari-cari lubang memekku dari belakang, setelah menemukannya, ia langsung mencoba memasukan kontolnya tersebut, namun batang kontolnya belum cukup panjang, dia pun minta agar posisinya berada dibawah sehingga memeku dapat berada tepat diatas kontolnya...ternyata sepupuku tersebut sangat pintar memuaskan ku, ia juga sungguh kuat. setelah selesai dia mencabut kontolnya dan mengeluarkan lagi maninya, tepat di tengah-tengah belahan tetekku...lalu kami menyudahi permainan kami di dalam kamar mandi dan melanjutkannya di dalam kamar sepupuku itu untuk menonton bf... <br />yang baru dipinjamnya dari temannya... <br />kami terus bermain selama beberapa minggu kedepan di saat rumah kosong... agh.. nikmatnya...sahronihttp://www.blogger.com/profile/04363341387314395578noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5426126127632947342.post-16470798343484240782010-03-18T16:50:00.000-07:002010-03-18T16:54:08.316-07:00Febi KeponakankuBerkali kali kucoba menghubungi HP Febi, keponakanku yang kuliah di Semarang, tapi selalu dijawab si Veronica, sekretaris nasional dari Telkomsel. Akhirnya aku spekulasi untuk langsung saja ke tempat kost-nya, aku masih punya waktu 2 jam sebelum schedule pesawat ke Jakarta, rasanya kurang pantas kalau aku di Semarang tanpa menengok keponakanku yang sejak SMP ikut denganku. <br /><br />Kuketuk pintu rumah bercat biru, rumah itu kelihatan sunyi seakan tak berpenghuni, memang jam 12 siang begini adalah jam bagi anak kuliah berada kampus. Lima menit kemudian pintu dibuka, ternyata Desi, teman sekamar Febi, sudah tingkat akhir dan sedang mengambil skripsi. <br />"Febi ada?" tanyaku begitu pintu terbuka. <br />"Eh.. Om pendekar.., anu Om.. anu.. Febi-nya sedang ke kampus, emang dia nggak tahu kalo Om mau kesini?" sapanya dengan nada kaget. <br />Aku dan pacarku sudah beberapa kali menengok keponakanku ini sehingga sudah mengenal teman sekamarnya dan sebagian penghuni rumah kost tersebut. <br />"Om emang ndadak aja, pesawat Om masih 2 jam lagi, jadi kupikir tak ada salahnya kalo mampir sebentar daripada bengong di airport" jawabku sambil mengangsurkan lumpia yang kubeli di pandanaran. <br />"Aku ingin nemenin Om ngobrol tapi maaf Om aku harus segera bersiap ke kantor, maklum aja namanya juga lagi magang, apalagi sekretaris di kantor sedang cuti jadi aku harus ganti jam 1 nanti" jawabnya lagi tanpa ada usaha untuk mempersilahkan aku masuk. <br />"Sorry aku nggak mau merepotkanmu, tapi boleh nggak aku pinjam kamar mandi, perut Om sakit nih" pintaku karena tiba tiba terasa mulas. <br />Desi berdiam sejenak. <br />"Please, sebentar aja" desakku, aku tahu memang nggak enak kalau masuk tempat kost putri apalagi Cuma ada Desi sendirian di rumah itu. <br />"Oke tapi jangan lama lama ya, nggak enak kalau dilihat orang, apalagi aku sendirian di sini" jawabnya mempersilahkanku masuk. <br />"Oke, cuman sebentar kok, cuma buang hajat aja" kataku <br /><br />Aku tahu kamar mandi ada di belakang jadi aku harus melewati kamar Desi yang juga kamar Febi yang letaknya di ujung paling belakang dari 9 kamar yang ada dirumah itu sehingga tidak terlihat dari ruang tamu. Desi tak mengantarku, dia duduk di ruang tamu sambil makan lumpia oleh olehku tadi, kususuri deretan kamar kamar yang tertutup rapat, rupanya semua sedang ke kampus. Kulihat kamar Febi sedikit terbuka, mungkin karena ada Desi di rumah sehingga tak perlu ditutup, ketika kudekat di depannya kudengar suara agak berisik, mungkin radio pikirku, tapi terdengar agak aneh, semacam suara desahan, mungkin dia sedang memutar film porno dari komputernya, pikirku lagi. Ketika kulewat di depan kamar, suara itu terdengar makin jelas berupa desahan dari seorang laki dan perempuan, dasar anak muda, pikirku. <br /><br />Tiba tiba pikiran iseng keluar, aku berbalik mendekati kamar itu, ingin melihat selera anak kuliah dalam hal film porno, dari pintu yang sedikit terbuka, kuintip ke dalam untuk mengetahui film apa yang sedang diputar. Pemandangan ada di kamar itu jauh mengagetkan dari apa yang kubayangkan, ternyata bukan adegan film porno tapi kenyataan, kulihat dua sosok tubuh telanjang sedang bergumulan di atas ranjang, aku tak bisa mengenali dengan jelas siapa mereka, karena sudut pandang yang terbatas. Sakit perutku tiba tiba hilang, ketika si wanita berjongkok diantara kaki laki laki dan mengulum kemaluannya dengan gerakan seorang yang sudah mahir, dari pantulan cermin meja rias sungguh mengagetkanku, ternyata wanita itu tak lain dan tak bukan adalah Febi, keponakanku yang aku sayang dan jaga selama ini, rambutnya dipotong pendek seleher membuatku agak asing pada mulanya. Sementara si laki lakinya aku tak kenal, yang jelas bukan pacarnya yang dikenalkan padaku bulan lalu. Aku tak tahu harus berbuat apa, ingin marah atau malahan ingin kugampar mereka berdua, lututku terasa lemas, shock melihat apa yang terjadi dimukaku. Aku ingin menerobos masuk ke dalam, tapi segera kuurungkan ketika kudengar ucapan Febi pada laki laki itu. <br /><br />"Ayo Mas Doni, jangan kalah sama Mas Andi apalagi si tua Freddy" katanya lepas tanpa mengetahui keberadaanku. <br />Aku masih shock mematung ketika Febi menaiki tubuh laki laki yang ternyata namanya Doni, dan masih tidak dapat kupercaya ketika tubuh Febi turun menelan penis Doni ke vaginanya, kembali aku sulit mempercayai pemandangan di depanku ketika Febi mulai mengocok Doni dengan liar seperti orang yang sudah terbiasa melakukannya, desahan nikmat keluar dari mulut Febi dan Doni, tak ada kecanggungan dalam gerakan mereka. Tangan Doni menggerayangi di sekitar dada dan bukit keponakanku, meremas dan memainkannya. Aku masih mematung ketika mereka berganti posisi, tubuh Febi ditindih Doni yang mengocoknya dari atas sambil berciuman, tubuh mereka menyatu saling berpelukan, kaki Febi menjepit pinggang di atasnya, desahan demi desahan saling bersahutan seakan berlomba melepas birahi. <br /><br />Tiba tiba kudengar suara sandal yang diseret dan langkah mendekat, aku tersadar, dengan agak gugup aku menuju kamar mandi, bukannya menghentikan mereka. Kubasuh mukaku dengan air dingin, menenangkan diri seakan ingin terbangun dan mendapati bahwa itu adalah mimpi, tapi ini bukan mimpi tapi kenyataan. Cukup lama aku di kamar mandi menenangkan diri sambil memikirkan langkah selanjutnya, tapi pikiranku sungguh ...<br /><br />...diri sambil memikirkan langkah selanjutnya, tapi pikiranku sungguh buntu, tidak seperti biasanya ide selalu lancar mengalir dari kepalaku, kali ini benar benar mampet. Ketika aku kembali melewati kamar itu menuju ruang tamu, kudengar tawa cekikikan dari dalam. <br />"Nggak apa Mas, ntar kan bisa lagi dengan variasi yang lain" sayup sayup kudengar suara manja keponakanku dari kamar, tapi tak kuhiraukan, aku sudah tak mampu lagi berpikir jernih dalam hal ini. <br />"Kok lama Om, mulas ya" Tanya Desi begitu melihatku dengan wajah lusuh, sambil menikmati lumpia entah yang keberapa. <br />Aku diam saja, duduk di sofa ruang tamu. <br />"Kamu bohong bilang Febi nggak ada, ternyata dia di kamar dengan pacarnya" kataku pelan datar tanpa ekspresi. <br /><br />Dia menghentikan kunyahan lumpianya, diam tak menjawab, kupandangi wajahnya yang hitam manis, dia menunduk menghindari pandanganku, diletakkannya lumpia yang belum habis di meja tamu. <br />"Jadi Om memergoki mereka?" katanya pelan <br />"Ya, dan Om bahkan melihat apa yang mereka perbuat di kamar itu" <br />"Lalu Om marahi mereka? kok nggak dengar ada ribut?" Desi mulai penuh selidik <br />"Entahlah, Om biarkan saja mereka melakukannya" aku seperti seorang linglung yang dicecar pertanyaan sulit <br />"Ha?, Om biarkan mereka menyelesaikannya? Om menontonnya?" cecarnya <br /><br />Aku makin diam, seperti seorang terdakwa yang terpojok, Desi pindah duduk di sebelahku. <br />"Om menikmatinya ya" bisiknya, tatapan matanya tajam menembus batinku. <br />"Entahlah" <br />"Tapi Om suka melihatnya kan?" desaknya pelan ditelingaku, kurasakan hembusan napasnya mengenai telingaku. <br />Aku mengangguk pelan tanpa jawab. <br />"Om" <br />Aku menoleh, wajah kami berhadapan, hanya beberapa millimeter hidung kami terpisah, kurasakan napasnya menerpa wajahku. Entah siapa yang mulai atau mungkin aku telah terpengaruh kejadian barusan, akhirnya kami berciuman. Kejantananku kembali menegang merasakan sentuhan bibir Desi, kulumat dengan penuh gairah dan dibalasnya tak kalah gairah pula. <br /><br />Desi meraih tanganku dan meletakkannya di dadanya, kurasakan bukitnya yang lembut tertutup bra, tidak terlalu besar tapi kenyal dan padat. Kubalas meletakkan tangannya di selangkanganku yang sudah mengeras. Desi menghentikan ciumannya ketika tangannya merasakan kekakuan di selangkanganku, sejenak memandangku lalu tersenyum dan kembali kami berciuman di ruang tamu. <br />Tiba tiba aku tersadar, ini ruangan terbuka dan anak lain bisa muncul setiap saat, tentu ini tak baik bagi semua. <br />"Kita tak bisa melakukan disini" bisikku <br />"Tapi juga tak mungkin melakukan di kamarku" jawabnya berbisik <br />"Kita keluar saja kalau kamu nggak keberatan" usulku <br />"Oke aku panggil taxi dulu" jawab Desi seraya menghubungi taxi via telepon <br /><br />Sambil menunggu taxi datang kami bersikap sewajarnya, Febi masih juga belum nongol, mungkin dia melanjutkan dengan pacarnya untuk babak berikutnya. Ternyata Desi membohongiku dengan mengatakan ke kantor supaya aku segera pergi, tapi kini dia bersedia menemaniku selama menghabiskan waktu. Dengan beberapa pertimbangan maka kubatalkan penerbanganku dan kutunda besok, aku ingin bersama Desi dulu. Kutawari Desi untuk memilih hotel yang dia mau, ternyata dia mau di hotel berbintang di daerah Simpang Lima. Akhirnya Taxi yang kami tunggu datang juga, Desi kembali ke kamar berganti pakaian dan membawa beberapa barang keperluan menginap, sekaligus pesan sama Febi kalau dia tidak pulang malam ini. Dia makin cantik dan sexy mengenakan kaos ketat dengan celana jeans selutut. <br /><br />Kami mendapatkan kamar yang menghadap ke arah simpang lima, Desi langsung melepas kaos dan celananya hingga tinggal bikini putih, tampak body-nya yang sexy dan menggairahkan. Kupeluk tubuh sintal Desi, dia membalas memelukku sambil melucuti pakaianku, tinggal celana dalam menutupi tubuhku, kurebahkan tubuhnya di ranjang, kutindih tubuhnya dan kuciumi bibir dan lehernya, aku masih terbayang tubuh mulus Febi yang sedang dicumbui pacarnya, kalau dibandingkan antara Desi dan Febi memang keponakanku lebih unggul baik dari kecantikan maupun body-nya. Tanpa sadar sambil mencium dan mencumbunya aku membayangkan tubuh Febi, hal yang tak pernah terlintas sebelumnya. <br /><br />Kami sama sama telanjang tak lama kemudian, aku mengagumi keindahan buah dada Desi yang padat menantang dengan puting kemerahan, kujilati dan kukulum sambil mempermainkan dengan gigitan lembut, dia menggeliat dan mendesis. Jilatanku turun menyusuri perut dan berhenti di selangkangannya, rambut tipis menghiasi celah kedua kakinya, meski berumur 23 tahun tapi rambut kemaluannya sangat jarang, bahkan seakan Cuma membayang. Desi berusaha menutup rapat kakinya, dengan kesabaran kubimbing posisi kakinya membuka, seakan aku sedang memberikan pelajaran pada muridku. Aku sangat yakin kalau ini bukan pertama kali baginya, vaginanya yang masih segar kemerahan seolah memceritakan kalau tidak banyak merasakan hubungan sexual, tapi aku tak tahu kebenarannya. Mata Desi melotot ke arahku ketika bibirku menyusuri pahanya dan dia menjerit tertahan ketika kusentuh klitorisnya dengan lidahku. <br />"aahh.. sshh.. ennaak Om, terus Om" desahnya meremas rambutku. <br />Lidahku menari nari di bagian kewanitaannya, desahnya makin menjadi meski masih tertahan malu, kupermainkan jari jemariku di putingnya, dia makin menggeliat dalam nikmat. Desi memberiku isyarat untuk posisi 69, kuturuti kemauannya. <br /><br />"Tadi Febi dengan posisi ini ketika Om datang" katanya sebelum mulutnya tertutup penisku. <br />Dia menyebut Febi membuatku teringat kembali akan keponakanku, masih terbayang bagaimana dia mengulum penis pacarnya dengan penuh gairah, aku membayangkan seolah sedang bercinta dengan Febi, masih jelas ...<br />..dalam benakku akan kemulusan tubuh telanjang Febi yang selama ini tak pernah aku lihat, masih jelas tergambar betapa montoknya buah dada nan indah lagi padat, mungkin lebih montok dari istriku sendiri. Kurasakan Desi kesulitan mengulum penisku, aku turun dari tubuhnya, kini kepala Desi berada di selangkanganku, dijilatinya kepala penisku. <br />"Punya Om gede banget sih, nggak muat mulutku, lagian aku nggak pernah melakukannya sama pacarku, aku Cuma melihat tadi Febi melakukannya, jadi aku ingin coba" komentarnya lalu kembali berusaha memasukkan penisku ke mulutnya, kasihan juga aku melihatnya memaksakan diri untuk mengulumku. <br /><br />Kurebahkan tubuh telanjang Desi lalu kuusapkan penisku di bibir vaginanya, tapi sebelum penisku menerobos masuk dia mendorongku menjauh. <br />"Pake kondom dulu ya Om" katanya sambil bangun mengambil kondom dari tas tangannya. <br />Aku hampir lupa kalau yang kuhadapi ini seorang mahasiswa, bukan wanita panggilan yang tak peduli pada kondom karena mereka sudah pasti mempersiapkan dengan pil anti hamil. Aku jadi teringat Febi, apakah dia juga menggunakan kondom tadi, tak sempat kuperhatikan. Desi memasangkan kondom di penisku, kondom itu seperti bergerigi dan bentuknya agak aneh. <br />"Oleh oleh pacarku dari Singapura, ih susah amat mesti punya Om ukurannya XL kali" katanya lalu dia kembali telentang di depanku. <br />"Pelan pelan aja ya Om, baru kali ini aku lakukan selain sama pacarku, lagian punya Om jauh lebih besar dari punya dia" bisiknya <br /><br />Kembali kusapukan penisku ke vaginanya yang sudah basah, perlahan memasuki liang kenikmatan Desi, tubuhnya menegang saat penisku menerobosnya, terasa begitu rapat, sempit dan kencang, penisku serasa dicengkeram, mungkin karena Desi terlalu tegang atau mungkin memang masih pemula. Desi memejamkan mata lalu melotot ke arahku, seakan tak percaya kalau penisku sedang mengisi vaginanya. Dia menggigit bibir bawahnya, tangannya mencengkeram lenganku, tubuhnya menggeliat ketika penisku melesak semua ke vaginanya. Kudiamkan sejenak sambil menikmati cantiknya wajah Desi dalam kenikmatan, dia menahanku ketika aku mulai mengocoknya. <br />"Jangan dulu Om, penuh banget, seperti menembus perutku" katanya <br />"Sakit?" tanyaku <br />"Ya dan enak, seperti perawan dulu" jawabnya sambil mulai menggoyangkan tubuhnya, aku menganggap pertanda sudah boleh bergerak. <br /><br />Perlahan aku mulai mengocok vagina Desi, pada mulanya tubuhnya kembali menegang, penisku seperti terjepit di vagina, dia mulai menggeliat dan mendesah nikmat ketika beberapa kocokan berlalu, mungkin bentuk kondom sangat berpengaruh juga pada rangsangan di vaginanya. Penisku bergerak keluar masuk dengan kecepatan normal, desahnya makin menjadi sambil meremas kedua buah dadanya. Kaki kanannya kunaikkan di pundakku, penisku makin dalam melesak. Entah kenapa, tiba tiba bayangan Febi kembali melintas dipikiranku, terbayang Febi sedang telentang menerima kocokan pacarnya, masih terdengar desahan kenikmatan darinya, maka kupejamkan mataku sambil membayangkan bahwa aku sedang mengocok keponakanku itu. Belum 5 menit aku menikmati vaginanya ketika kurasakan remasan kuat dari vaginanya disertai jeritan orgasme, fantasiku buyar. Desi terlalu cepat mencapai puncak kenikmatan itu, padahal aku masih jauh dari puncaknya, aku ingin tetap mengocoknya tapi dia sepertinya sudah kelelahan dan minta beristirahat sebentar, kupikir tak ada salahnya untuk beristirahat dulu, toh kita tidak terburu buru, masih ada waktu semalam hingga besok. Akhirnya kuturuti permintaannya, kami telentang berdampingan di atas ranjang, Desi merebahkan kepalanya di dadaku, kurasakan jantungnya yang keras berdetak disertai napas yang berat. <br />"Punya Om sepertinya masih terasa mengganjal di dalam, abis punya Om gede banget sih" bisiknya. <br />Aku tersenyum menghadapi kemanjaannya. <br /><br />Kuhubungi Room Service untuk memesan makan siang, baru tersadar ternyata kami belum makan, tak ada salahnya menambah tenaga dan energi. Tak lebih dari 10 menit kemudian kudengar bel berbunyi, cepat amat servisnya, pikirku. Kuambil handuk dan kubelitkan di pinggang, kuminta Desi menutupi tubuhnya dengan selimut. Tanpa pikir panjang kubuka pintu dan.. sungguh sangat mengagetkanku, bukannya Room Service yang nongol ternyata Febi yang berada di depan pintu, aku terkejut tak menyangka kedatangannya karena memang aku tak mengharap kedatangannya kali ini. Kusesali kecerobohanku untuk tidak mengintip terlebih dahulu dari lubang di pintu. <br /><br />Febi langsung menerobos masuk, seperti biasa seolah tak pernah terjadi sesuatu, dengan manja Febi memelukku seperti layaknya seorang keponakan, kucium pipi kiri kanannya, hal yang biasa kami lakukan, tapi kali ini aku merasakan getaran yang tidak seperti biasanya, aku bisa merasakan tonjolan buah dadanya yang montok mengganjal di dadaku, padahal tak pernah terjadi sebelumnya. Dia langsung nyelonong masuk ke dalam. <br /><br />"Om lagi mandi ya, malam ini Om harus traktir Febi dan temenin aku.. Mbak Desi!" <br />Belum sempat dia menyelesaikan kata katanya ketika melihat Desi di ranjang, ...<br />...melihat ke arahku lalu kembali lagi ke Desi. Kami tertangkap basah, tak ada lagi alasan untuk mengelak, aku diam seribu basa menunggu reaksi dari Febi. Sebelum aku tahu harus berbuat apa, Desi bangun dari ranjang, menutupi tubuh telanjangnya dengan selimut lalu menggandeng Febi ke kamar mandi, sekilas kulihat mukanya merona merah seperti orang marah. Kukenakan piyama yang ada dilemari menunggu kedua gadis itu, pasrah menerima nasib selanjutnya, meski tidak terlalu khawatir karena aku juga memegang kartunya Febi. Bel pintu kembali berbunyi ketika kedua gadis itu masih di kamar mandi, ternyata Room Service pesanan kami, mereka keluar sesaat setelah Waitress menutup pintu kamar. Bertiga kami makan dalam kebisuan setelah Desi mengenakan piyama yang sama denganku, dia berbagi makanan dengan Febi karena memang pesanan Cuma untuk kami berdua, tak ada kata yang terucap selama makan. <br /><br />Aku tak berani membuka topik karena belum tahu bagaimana sikap mereka terhadap kejadian ini. <br />"Om, kita saling jaga rahasia ya, just keep among us, aku nggak keberatan Om sama Mbak Desi asal Om juga tidak cerita sama Mbak Lily tentang kejadian tadi siang" Febi membuka percakapan, aku merasakan lampu kuning mengarah hijau darinya. <br />Febi melanjutkan, "Karena tadi Om melihatku sama Doni, aku juga ingin melihat Om sama Mbak Desi" lanjutnya mengagetkan, aku tak tahu apa maunya anak ini. <br />"Terserah kamu Feb, toh aku juga udah biasa melihat kamu main sama pacar pacarmu" kata Desi lalu duduk dipangkuanku dengan sikap pamer. <br />Sebenarnya agak segan juga kalau harus melakukannya didepan keponakanku sendiri, tapi Sebelum aku protes, Desi sudah mendaratkan bibirnya di bibirku, tangannya menyelip diselangkanganku, meremas penisku dan mengocoknya. Mau tak mau Kubalas dengan lumatan di bibir dan remasan di buah dadanya, rasa seganku perlahan hilang berganti dengan birahi dan sensasi, Febi seakan tidak melihat kami, menghabiskan sisa makanan yang masih ada di atas meja. Kami saling melepas piyama hingga telanjang di depan Febi. Desi merosot turun diantara kakiku, menjilati dan mengulum kemaluanku. Terkadang kurasakan giginya mengenai batang penis tegangku, maklum masih pemula. <br /><br />"Feb, lihat punya Om-mu, besar mana sama punya Doni" Desi memamerkan penis tegangku yang ada digenggamannya. <br />"Wow, gede banget" sahut Febi lalu memandang ke arahku. <br />"Bisa pingsan kamu kalau segede itu" lanjutnya dengan nada kagum <br />"Nggak tuh, enak lagi, coba aja sendiri" jawab Desi melanjutkan kulumannya, kulihat Febi menggeser duduknya melihat penisku keluar masuk mulut Desi seakan tak percaya kalau dia bisa melakukannya. <br />"Akhirnya berhasil juga mendapatkan Om-ku yang selama ini kamu kagumi" seloroh Febi mengagetkanku, Desi hanya tersenyum. <br />"Mau coba?" goda Desi sambil menyodorkan penisku ke Febi, aku diam saja menunggu reaksi keponakanku, tapi dia diam saja, Desi menjilati penisku seakan memamerkan ke Febi mainannya. <br /><br />Febi menggeser lagi mendekati kami, Desi menuntun tangan Febi dan menyentuhkannya ke penisku, ada ke-ragu raguan di wajahnya untuk menyentuh penis Om-nya. Wajah putihnya bersemu merah ketika Desi menggenggamkan tangannya ke penisku, dia hanya menggenggam tanpa berani menggerakkan tangannya, memandang ke arahku seolah minta pendapat. Aku diam saja, hanya mengangguk kecil pertanda setuju. Perlahan keponakanku mulai meremas penisku, tangannya yang putih mulus sungguh kontras dengan penisku yang kecoklatan gelap, makin lama gerakannya berubah dari meremas lalu mengocok, sementara Desi masih asyik menjilati kepala penisku sambil mengelus kantong bola. Gerakan mereka mulai seirama, Febi mengocok keras ketika kepala penisku berada di mulut Desi, aku mendesah kenikmatan dalam permainan kedua gadis ini. Ketika Desi menjilati kantong bola, Febi kembali memandangku, kubalas dengan senyum dan anggukan, dia menundukkan kepalanya ke arah penisku, tapi sebelum sampai ke tujuannya Desi memotong. <br /><br />"Kami sudah telanjang masak kamu masih pakai pakaian lengkap kayak orang mau kuliah, cepat copot gih" katanya kembali menjilat dan mengulum. <br />Febi terlihat ragu ragu untuk melepas pakaiannya dan telanjang di depanku, dia diam sejenak, aku menghindar ketika dia manatapku, meskipun sebenarnya aku sangat berharap dia melakukannya. <br />"Kok jadi bengong gitu, kenapa malu, kan Om-mu sudah melihatmu telanjang tadi dan lagian waktu kecil kan sering dimandiin, jadi kenapa risih" goda Desi <br />Akhirnya Febi tunduk pada godaan Desi, dia membalikkan badan membelakangiku sambil melepas kaos ketatnya, kulihat punggungnya yang mulus dengan hiasan bra hijau muda, bodynya sungguh menggetarkan tanpa timbunan lemak di perutnya, ketika jeans-nya dilepas, aku makin kagum dengan ke-sexy-annya, pantatnya padat membentuk body seperti gitar spanyol nan indah, baru sekarang aku menyadari betapa keponakanku tumbuh menjadi seorang gadis yang menawan, selama ini pengamatan seperti ini telah kulewatkan, aku hanya melihatnya sebagai seorang gadis kecil yang selalu manja, tapi tak pernah melihatnya sebagai seorang gadis cantik yang penuh gairah. <br /><br />Darahku berdesir makin kencang saat Febi membalikkan badannya menghadapku, buah dadanya yang sungguh montok indah nian terbungkus bra satin, kaki bukitnya menonjol seakan ingin berontak dari kungkungannya, kaki Febi yang putih mulus ...<br />..berhias celana dalam hijau mini di selangkangannya menutupi bagian indah kewanitaannya. Febi menyilangkan tangannya di dadanya seakan menutupi tubuhnya dari sorotan mata nakalku. <br />"Alaa sok suci kamu, lepas aja BH-mu sekalian" Desi kembali menggoda tapi kali ini Febi tak menurutinya, dengan masih memakai bikini dia ikutan Desi mengeroyok selangkanganku, tangannya berebut dengan Desi mengocokku, kutarik tubuh Desi untuk duduk disampingku, aku ingin melihat saat pertama kali keponakanku menjilat dan mengulum penisku tanpa gangguan Desi. <br /><br />Mula mula agak ragu dia menjilati kepala penisku tapi akhirnya dengan penuh gairah lidahnya menyusuri seluruh bagian kejantananku sebelum akhirnya memasukkan ke mulutnya yang mungil, aku mendesis penuh kenikmatan saat pertama kali penisku menerobos bibir dan mulut Febi, sungguh kenikmatan yang tak pernah terbayangkan sebelumnya, kenikmatan yang bercampur dengan sensasi yang hebat, mendapat permainan oral dari keponakanku sendiri. Penisku makin cepat meluncur keluar masuk mulut Febi. Diluar dugaanku ternyata Febi sangat mahir bermain oral, jauh lebih mahir dibandingkan Desi, sepertinya dia lebih berpengalaman dari sobat sekamarnya. Lidah Febi menari nari di kepala penisku saat berada di mulutnya, sungguh ketrampilan yang hanya dimiliki mereka yang sudah terbiasa, aku harus jujur kalau permainan oral keponakanku menyamai tantenya yaitu istriku. Begitu penuh gairah Febi memainkan penisku membuatku terhanyut dalam lautan kenikmatan, kepalanya bergerak liar turun naik diselangkanganku. Aku mendesah makin lepas dalam nikmat. <br /><br />Desi kembali ke selangkanganku, kini kedua gadis bergantian memasukkan penisku ke mulutnya diselingi permainan dua lidah yang menyusuri kejantananku secara bersamaan, aku melayang makin tinggi. Desi memasang kondom, bentuknya unik berbeda dengan sebelumnya, dikulumnya sebentar penisku yang terbungkus kondom lalu dia naik ke pangkuanku, menyapukan ke vaginanya dan melesaklah penisku menerobos liang kenikmatannya saat dia menurunkan badan. <br />"Aduuhh.. sshh.. gila Feb, punya Om-mu enak banget, penuh rasanya" komentarnya setelah penisku tertanam semua di liang vaginanya. <br />Febi duduk di sebelahku melihat sahabatnya merasakan kenikmatan dari Om-nya, aku masih ragu untuk mulai menjamah tubuh Febi, selama ini yang kami lakukan hanya peluk dan cium dari seorang Om kepada keponakannya yang masih kecil, tapi kini aku harus melihatnya sebagai seorang gadis sexy yang menggairahkan. Belum ada keberanianku mulai menikmati tubuh sintal keponakanku, hanya memandang dengan kagum dan penuh hasrat gairah. <br />"aagghh.. uff.. Feb.. lepas dong bikinimu, kamu harus merasakan nikmatnya Om-mu" Desi ngoceh disela desahannya. <br /><br />Sepertinya antara aku dan Febi saling menunggu, sama sama risih dan malu untuk mulai, ketika desahan Desi makin liar aku tak tahan lagi, kuraih kepala Febi dalam rangkulanku dan kucium bibirnya. Ada perasaan aneh ketika bibirku menyentuh bibirnya, perasaan yang tidak pernah kujumpai ketika berciuman dengan wanita manapun, mungkin hubungan batin sebagai seorang Om masih membatasi kami. Setelah sesaat berciuman agak canggung, akhirnya kami mulai menyesuaikan diri, saling melumat dan bermain lidah, jauh lebih bergairah dibanding dengan Desi atau lainnya, kami seolah sepasang kekasih yang sudah lama tidak bertemu. Kocokan Desi makin liar tapi lumatan bibir lembut Febi tak kalah nikmatnya. <br /><br />Agak gemetar tanganku ketika mulai mengelus punggung telanjang Febi, dengan susah payah, meskipun biasanya cukup dengan tiga jari, aku berhasil melepas kaitan bra yang ada di punggung. Masih tetap berciuman kulepas bra-nya, tanganku masih gemetar ketika menyusuri bukit di dada Febi, begitu kenyal dan padat berisi, kuhentikan ciumanku untuk melihat keindahan buah dadanya, jantungku seakan berdetak 3 kali lebih cepat melihat betapa indah dan menantang kedua bukitnya yang berhiaskan puting kemerahan di puncaknya, I have no idea berapa orang yang sudah menikmati keindahan ini. <br /><br />Desah kenikmatan Desi sudah tak kuperhatikan lagi, kuusap dan kuremas dengan lembut, kurasakan kenikmatan kelembutan kulit dan kekenyalannya, gemas aku dibuatnya. Febi menyodorkan buah dadanya ke mukaku, langsung kusambut dengan jilatan lidah di putingnya dan dilanjutkan dengan sedotan ringan, dia menggelinjang meremas rambutku. Belum puas aku mengulum puting Febi, Desi sudah turun dari pangkuanku, lalu kami pindah ke ranjang, Desi nungging mengambil mengambil posisi doggie, langsung kukocok dia dari belakang sambil memeluk tubuh sexy Febi. Kukulum puting kemerahannya untuk kesekian kalinya bergantian dari satu puncak ke puncak lainnya, Febi mendesis nikmat, inilah pertama kali kudengar desahan nikmat langsung darinya, begitu merangsang dan penuh gairah di telinga. <br /><br />Tanpa kusadari, ternyata Febi sudah melepas celana dalamnya, aku kembali terkesima untuk kesekian kalinya, selangkangannya yang indah berhias bulu kemaluan yang sangat tipis, bahkan nyaris tak ada, sungguh indah dilihat. Gerakan pinggul Desi makin tak beraturan, antara maju mundur dan berputar, ....penisku seperti diremas remas di vaginanya, sungguh nikmat, kali ini Desi bisa bertahan lebih lama. Kami berganti posisi, aku telentang diantara kedua gadis cantik ini dengan penis yang masih tegak tegang menantang. <br />"Feb, gantian, kamu harus coba nikmatnya Om-mu" Desi mempersilahkan Febi, tapi aku menolak dan minta Desi segera naik melanjutkannya. <br /><br />Terus terang, jauh di lubuk hati ini masih menolak untuk bercinta atau bersenggama dengan Febi, aku masih harus berpikir panjang untuk bertindak lebih jauh dari sekedar oral, saat ini belum bisa menerima untuk melanjutkan ke senggama atau tidak, aku belum tahu. Desi kembali bergoyang pinggul di atasku, Febi kuberi isyarat untuk naik ke kepalaku, dia langsung mengerti, kakinya dibuka lebar di depan mukaku, terlihat dengan jelas vaginanya yang masih kemerahan seperti daging segar, kepalaku langsung terbenam di selangkangannya, lidahku menyusuri bibir dan klitorisnya sambil meremas pantatnya yang padat, desahan Febi bersahutan dengan Desi. Seperti halnya Desi, kedua gadis ini menggoyangkan pinggulnya di atasku, vagina Febi menyapu seluruh wajahku. Febi mendesah keras dan tubuhnya menegang ketika kusedot vaginanya, hampir dia menduduki wajahku. Desi minta bertukar tempat, rupanya dia ingin mendapatkan kenikmatan seperti yang aku berikan ke keponakanku. Kini vagina Desi yang basah tepat di atas mukaku, sementara Febi melepas kondom yang membalut penisku, membersihkan sisa cairan dari vagina Desi dengan selimut lalu mulai menjilatinya. <br /><br />Rasa asin dari vagina Desi tak kuperhatikan, cairannya menyapu mukaku, sementara kemaluanku sudah mengisi rongga mulut Febi dengan cepatnya. Aku begitu asyik menikmati vagina Desi dengan lidahku, tanpa kusadari Febi sudah mengambil posisi untuk memasukkan penisku ke vaginanya, aku baru tersadar ketika Febi sudah naik di atas tubuhku dan menyapukan penisku ke bibir vaginanya, aku harus mencegahnya, pikirku, karena masih belum memutuskan apakah harus melakukannya, hati kecilku masih belum menerima kalau aku bercinta dengan keponakanku sendiri. <br /><br />"Febi, jangan", teriakku. <br />Tapi terlambat, penisku sudah meluncur masuk ke vagina keponakanku tanpa kondom, sudah terjadi, ada rasa sesal meskipun sedikit sekali. Tapi rasa sesal segera berubah menjadi heran karena begitu mudahnya penisku menerobos liang vaginanya, tidak seperti Desi yang cukup sempit dan kesakitan, tapi Febi sepertinya tidak ada rasa sakit sama sekali ketika vaginanya terisi penisku yang berukuran 17 cm itu. Bahkan dia langsung mengocok dan menggoyang dengan cepatnya seolah tak ada halangan dengan ukuran penisku seperti yang dialami Desi. Goyangan pinggul Febi lebih nikmat dari Desi tapi sepertinya vagina Febi tidak sesempit Desi, tidak ada kurasakan remasan dan cengkeraman otot dari vaginanya, hanya keluar masuk dan gesekan seperti biasa, dalam hal ini vagina Desi lebih nikmat, itulah perbedaan antara Desi dan Febi, meskipun keduanya sama sama nikmat. <br /><br />Desi turun dari mukaku, kuraih buah dada montok Febi dan kuremas remas gemas penuh nafsu, kutarik Febi dalam pelukanku, kukocok dari bawah dengan cepatnya, desahannya begitu bergairah di telingaku. <br />"Oh.. yess.. enak banget Om truss.. Febi kaangeen.. Febi cemburuu.. Febi sayang Om.. udah lama Febi menunggu kesempatan ini" desahnya. <br />Aku kaget ternyata disamping cinta seorang keponakan dia juga menyimpan cinta layaknya seorang gadis pada lawan jenisnya. Kami bergulingan, kini aku di atasnya, kunikmati ekspresi kenikmatan wajah cantik keponakanku yang sedang dilanda birahi tinggi, desahannya makin keras dan liar, rasanya lebih liar dari yang kulihat tadi siang membuatku makin bernafsu mengocok lebih cepat dan lebih keras. Dengan gemas kuciumi pipi Febi, tidak dengan perasaan kasih sayang seperti biasanya tapi penuh dengan perasaan nafsu, kususuri leher jenjangnya yang putih mulus, baru sekarang kusadari betapa menggairahkan tubuh keponakanku ini. Febi menggelinjang dan menjerit ketika lidahku mencapai puncak buah dadanya, kupermainkan putingnya yang kemerahan, dengan kuluman ringan kusedot buah dadanya, itulah yang membuat dia menggelinjang hebat penuh nikmat. <br /><br />Desi memelukku dari belakang, diciuminya tengkuk dan punggungku, dalam keadaan normal bercinta dengan dua wanita cantik tentulah menyenangkan tapi ini keadaan khusus dimana pertama kali aku mencumbu keponakanku tercinta, aku ingin menikmatinya secara total, keterlibatan Desi sebenarnya kurasakan mengganggu tapi aku tak bisa menyuruhnya pergi, karena dialah aku bisa menikmati tubuh sexy Febi. Tanpa menghiraukan pelukan Desi, kuangkat kedua kaki Febi kepundakku, dengan meremas kedua buah dadanya sebagai pegangan aku mengocoknya keras dan cepat. Febi menjerit keras antara sakit dan nikmat, kepala penisku serasa menyentuh dinding terdalam dari vaginanya, tangannya mencengkeram erat lenganku, matanya melotot ke arahku seakan tak percaya aku melakukan ini padanya, tapi sorot matanya justru menambah tinggi nafsuku, dia kelihatan makin cantik dengan wajah yang bersemu merah terbakar nafsu, lebih menggairahkan dan menggoda, makin dia melotot makin cepat kocokanku, makin keras pula jerit dan desah kenikmatannya. Dan tak lama kemudian dia sampai pada puncak kenikmatan tertinggi. <br />"Truss.. Om.. Febi mau keluar ya.. truss.. fuck me harder" dia mendesis indah, dan dengan diiringi jeritan kenikmatan panjang dia menggoyang goyangkan kepalanya, cengkeraman di lenganku makin erat, tubuhnya menegang, dia telah mencapai orgasme lebih dulu, kunikmati saat saat orgasme yang dialami Febi. <br />nilah ...pertama kali aku melihat ekspresi orgasme dari keponakanku yang cantik, begitu liar dan menggairahkan, sungguh tak kalah dengan tantenya, istriku. Tubuh Febi perlahan mulai melemah, kuturunkan kakinya dari pundakku lalu kukecup bibir dan keningnya. <br />"Makasih Om, ini orgasme terindah yang pernah kualami, nanti lagi ya, aku ingin merasakan Om keluar di dalam" katanya mendorong tubuhku turun dari atas tubuhnya. <br />Desi sudah sampingnya bersiap menerimaku, posisi menungging dengan kaki dibuka lebar, penisku yang masih tegang siap untuk masuk ke vagina lainnya. Rupanya Desi tak pernah melupakan pengamannya, dia memberiku kondom sebelum penisku sempat menyentuh bibir vaginanya, sementara Febi tak peduli dengan hal itu, aku tak khawatir karena memang tidak berniat memuntahkan spermaku di vagina keponakanku. Febi memasangkan kondom di penisku dan kembali untuk kesekian kalinya penisku menguak celah sempit di antara kaki Desi, sungguh sempit, meski udah beberapa kali kumasuki tapi masih tetap saja terasa mencengkeram pada mulanya. <br /><br />Berbeda dengan punya Febi yang langsung bisa "melahap" semuanya, Desi meringis sebentar saat penisku kudorong menguak vaginanya, cukup lama sebelum akhirnya aku bisa mengocoknya dengan normal, sesekali hentakan keras menghunjam membuatnya teriak entah sakit atau enak. Kupegangi pantatnya yang padat berisi, kocokanku makin cepat, desahan Desi begitu juga makin keras terdengar, kuraih buah dadanya yang menggantung dan kuremas sambil tetap mengocoknya. Terus terang setelah merasakan nikmatnya bercinta dengan keponakanku, terasa Desi begitu hambar, padahal saat pertama tadi dia begitu menggairahkan, kini aku hanya berusaha untuk memuaskan dia sebagai balas jasa dan secepat mungkin mencapai orgasme dengannya supaya berikutnya aku bisa lebih "all out" dengan Febi. <br /><br />Kocokan kerasku membawa Desi lebih cepat ke puncak kenikmatan, tangan Desi dan Febi saling meremas, teriakan orgasme Desi mengagetkanku, apalagi diiringi dengan denyutan dan remasan kuat dari vaginanya, penisku seperti diremas remas, sungguh nikmat yang tak bisa kudapat dari Febi, akhirnya akupun harus takluk pada kenikmatan cengkeraman vagina Desi, menyemprotlah spermaku di dalam vaginanya. Kembali dia menjerit merasakan denyut kenikmatan penisku, kami saling memberi denyutan nikmat, lebih nikmat dari yang kudapat tadi. Tubuhku langsung ambruk di atas punggun Desi, kami bertiga telentang dalam kenangan dan kenikmatan indah. Aku telentang di antara dua gadis cantik yang menggairahkan, Desi melepas kondom, sungguh tak menyangka kalau aku akhirnya bercinta dengan keponakanku sendiri yang sangat sexy dan menggairahkan. Diusianya yang belum 23 tahun dia terlalu pintar bermain sex apalagi permainan oralnya, sungguh sukar dipercaya kalau dia mampu melakukannya dengan sangat baik. <br /><br />Setelah kudesak akhirnya dia mengakui bahwa dia sudah sering melakukannya sejak setahun yang lalu. Pertama kali yang menikmati keperawanannya adalah P. Freddy, dosennya sendiri, seorang duda berumur hampir 50 tahun, orangnya jauh dari simpatik, justru lebih mendekati sadis, karena wajahnya tipikal orang maluku yang keras. Untuk mendapatkan nilai lulus dari dia akhirnya Febi harus menyerahkan keperawanannya, kalau tidak dia tidak akan bisa melewati tahap persiapan yang berakibat Drop Out. Dengan perasaan jijik Febi menyerahkan kehangatan dan kesuciannya pada si tua bangka, seminggu sekali dia terpaksa harus melayani nafsu bejat si dosen, setelah berjalan dua bulan dan merasakan nikmatnya bercinta akhirnya keterpaksaan itu berubah menjadi ketergantungan, bukan lagi P. Fredy yang memaksa tapi terkadang justru Febi yang minta karena dia tidak mungkin melakukannya dengan orang lain. Hingga akhirnya dia menemukan teman kuliah pujaan hati, tapi begitu sampai ke urusan sex ternyata Febi masih tidak bisa melupakan keperkasaan P. Fredy, jadi dia tetap melakukannya dengan si dosen untuk mendapatkan kepuasan, pacarnya tidak pernah memperlakukan Febi seperti yang dilakukan P. Fredy, perlakuannya begitu sabar dan kebapakan dan dia selalu memenuhi apa yang Febi inginkan, tak pernah memaksa dan selalu sopan di ranjang, begitu romantis hingga Febi makin terhanyut dalam pesona si dosen, dari keterpaksaan menjadi ketergantungan. Semua berakhir setelah P. Fredy mendapat Profesor dan promosi dipindah tugas ke Ujung Pandang. Untuk memenuhi ketergantungannya Febi sering melakukannya dengan pacarnya, tapi sosok permainan sex seperti P. Fredy tak pernah dia dapatkan dari sang pacar. Entah sudah berapa kali dia ganti pacar, tak pernah lebih dari 3 bulan mereka pacaran, selalu diawali dan diakhiri di ranjang. <br /><br />Cerita Febi sungguh mengagetkanku, rupanya selama ini aku dan istriku terlalu memandang enteng masalah yang dihadapi Febi, tak pernah memberi solusi yang kondusif, kini baru kusadari hal itu. Istriku pernah cerita kalau Febi ingin mendapatkan suami seperti Om-nya, aku, sabar penuh pengertian dan kebapakan, hal yang tidak pernah dia terima dari ayah kandungnya. Diam diam dia mengagumiku, aku tak menyangka kalau kekagumannya ternyata lebih jauh dari sekedar seorang Om. <br />"Om Febi cemburu sekali ketika melihat Om sama Mbak Lily bercinta, begitu penuh perasaan dan gairah" katanya sambil kepalanya disandarkan di dadaku. <br />"Oh ya? kapan dan ...<br />...dimana" tanyaku kaget <br />"Di rumah, ketika direnovasi, hampir tiap kali aku mendengar desahan dari Mbak Lily aku naik dan mengintip dari celah celah bangunan yang belum selesai itu, setelah itu aku tak bisa tidur sampai pagi, sejak itu aku bertekad untuk bisa merasakan nikmat seperti itu dari Om, bahkan aku ingin lebih dari itu" katanya. <br />Berarti sejak dia kelas 3 SMA dia sudah melihat kami berhubungan. <br /><br />Mendengar penuturan Febi gairahku kembali naik, penisku menegang dalam genggaman Febi, Desi tertidur di samping kami, mungkin kelelahan setelah mendapat 2 kali orgasme berurutan dariku. <br />"Di sofa yuk Om, Febi udah lama nggak bermain di sofa sejak terakhir kali dengan P. Fredy" ajaknya seraya bangun dan menarikku. <br />Febi langsung duduk di sofa dan membuka kakinya, aku tak mau langsung melakukannya, kucium bibirnya lalu turun ke leher dan berhenti di kedua bukitnya, dengan gemas kuciumi bukit di dadanya, kombinasi jilatan dan kuluman membuat dia mendesah. <br />Sengaja kutinggalkan beberapa bekas kemerahan di buah dadanya supaya dia berhenti melakukan dengan pacarnya untuk beberapa hari. Dia cemberut ketika tahu ada kemerahan di dadanya tapi justru kecemberutannya makin menambah kecantikan wajahnya. Bibirku menyusuri perutnya lalu berhenti di selangkangannya, terasa asin ketika lidahku menyentuh vaginanya, mungkin cairan ketika dia orgasme tadi. Tangannya meremas rambutku ketika lidahku menari nari di bibir vaginanya, kakinya menjepit kepalaku, aku makin bergairah mempermainkan vaginanya dengan bibirku. <br /><br />"Udah.. udah.. Om.. sekarang.. Febi udah nggak tahan nih" desahnya menarik rambutku.<br />Aku berdiri, kusodorkan penisku ke mulutnya, dia menggenggam dan mengocoknya, memandang ke arahku sejenak sebelum menjilati dan memasukkan penisku ke mulutnya. Tanpa kesulitan, segera penisku meluncur keluar masuk mulut mungil keponakanku yang cantik, kembali kurasakan begitu pintar dia memainkan lidahnya. Antara jilatan, kuluman dan kocokan membuatku mulai melayang tinggi. Puas dengan permainan oral-nya, aku lalu jongkok di depannya, dia menyapukan penisku ke vaginanya, dia menatapku dengan pandangan penuh gairah, aku jadi agak malu memandangnya, namun nafsu lebih berkuasa, dengan sekali dorong melesaklah penisku kembali ke vaginanya, dia masih tetap menatapku ketika aku mulai mengocoknya. Kakinya menjepit pinggangku, kutarik dia dalam pelukanku, kudekap erat hingga kami menyatu dalam suatu ikatan kenikmatan birahi, saling cium, saling lumat. <br /><br />Febi mendesah liar seperti sebelumnya, kurebahkan dia di sofa lalu kutindih, satu kaki menggantung dan kaki satunya dipundakku. Aku tak pernah bosan menikmati ekspresi wajah innocent yang memerah penuh birahi, makin menggemaskan. Buah dadanya bergoyang keras ketika aku mengocoknya, dia memegangi dan meremasnya sendiri. Kuputar tubuhnya untuk posisi doggie, dia tersenyum, tanpa membuang waktu kulesakkan penisku dari belakang, dia menjerit dan mendorong tubuhku menjauh, kuhentikan gerakanku sejenak lalu mengocoknya perlahan, tak ada penolakan. Kupegang pantatnya yang padat berisi, Febi melawan gerakan kocokanku, kami saling mengocok, dia begitu mahir mempermainkan lawan bercintanya. <br /><br />Aku bisa melihat penisku keluar masuk vagina keponakanku, kupermainkan jari tanganku di lubang anusnya, dia menggeliat ke-gelian sambil menoleh ke arahku. Kuraih buah dadanya yang menggantung dan bergoyang indah, kuremas dengan gemas dan kupermainkan putingnya. Aku sepertinya benar benar menikmati tubuh indah keponakanku dengan berbagai caraku sendiri, ada rasa dendam tersendiri di hatiku, kalau orang lain telah menikmatinya, aku sebagai orang yang membesarkannya tentu ingin menikmatinya lebih dari lainnya, tak ada yang lebih berhak dari aku. Kuraih tangannya dan kutarik kebelakang, dengan tangannya tertahan tanganku, tubuh Febi menggantung, aku lebih bebas melesakkan penisku sedalam mungkin. Desah kenikmatan Febi mekin keras memenuhi kamar ini. Kudekap tubuhnya dari belakang, kuremas kembali buah dadanya, penisku masih menancap di vaginanya, kuciumi telinga dan tengkuknya, geliat nikmat Febi makin liar. <br />"Aduh oom.. enak banget Omm, Febi sukaa, trus Om" <br /><br />Kulepaskan tubuh Febi, kambali kami bercinta dengan doggie style, tak terasa lebih setengah jam kami bercinta, belum ada tanda tanda orgasme diantara kami. Kami berganti posisi, Febi sudah di pangkuanku, tubuhnya turun naik mengocokku, buah dadanya berayun ayun di mukaku, segera kukulum dan kusedot dengan penuh gairah hingga kepalaku terbenam diantara kedua bukitnya. Gerakan Febi berubah menjadi goyangan pinggul, berputar menari hula hop di pangkuanku, berulang kali dia menciumiku dengan gemas, sungguh tak pernah terbayangkan kalau akhirnya aku bisa saling mengulum dengannya. Tak lama kemudian, tiba tiba Febi menghentikan gerakannya, dia juga memintaku untuk diam. <br />"Sebentar Om, Febi nggak mau keluar sekarang, masih banyak yang kuharapkan dari Om" katanya sambil lebih membenamkan kepalaku di antara kedua bukitnya, aku hampir tak bisa napas. <br />"Kamu turun dulu" pintaku <br />"Tapi Om, Febi kan belum" protesnya <br />"Udahlah percaya Om" potongku <br /><br />Kutuntun dan kuputar tubuhnya menghadap dinding, kubungkukkan sedikit lalu kusapukan penisku ke ....vaginanya dari belakang, Febi mengerti maksudku, kakinya dibuka lebih lebar, mempermudah aku melesakkan penisku. Tubuhnya makin condong ke depan, desah kenikmatan mengiringi masuknya penisku mengisi vaginanya. <br />"ss.. aduuh Om, enak Om.. belum pernah aku.. aauu" desahnya sambil membalas gerakanku dengan goyangan pinggulnya yang montok. <br /><br />Kami saling bergoyang pinggul, saling memberi kenikmatan sementara tanganku menggerayangi dan meremas buah dadanya. Nikmat sekali goyangan Febi, lebih nikmat dari sebelumnya, berulang kali dia menoleh memandangku dengan sorot mata penuh kepuasan, mungkin dia belum pernah melakukan dengan posisi seperti ini. Tubuhnya makin lama makin membungkuk hingga tangannya sudah tertumpu meja sebelah. Kudorong sekalian hingga dia telungkup di atasnya, aku tetap masih mengocoknya dari belakang, dia menaikkan satu kakinya di pinggiran meja, penisku melesak makin dalam, kocokanku makin keras, sekeras desah kenikmatannya. Kubalikkan tubuhnya, dia telentang di atas meja, kunaikkan satu kakinya di pundakku, kukocok dengan cepat dan sedalam mungkin. <br /><br />"ss.. eegghh.. udaahh oom, Febi nggaak kuaat, mau keluar niih" desahnya <br />"Sama Om juga" <br />"Kita sama sama, keluarin di dalam saja, aman kok, Febi pake pil, jangan ku.. aa.. sshhiit" belum sempat dia menyelesaikan kalimatnya ternyata sudah orgasme duluan, aku makin cepat mengocoknya, tak kuhiraukan teriakan orgasme Febi, makin keras teriakannya makin membuatku bernafsu. Semenit kemudian aku menyusulnya ke puncak kenikmatan, kembali dia teriak keras ketika penisku berdenyut menyemprotkan sperma di vaginanya. Aku telah membasahi vagina dan rahim keponakanku dengan spermaku, dia menahanku ketika kucoba menarik keluar. <br />"Tunggu, biarkan keluar sendiri" cegahnya, maka kutelungkupkan tubuhku di atas tubuhnya, kucium kening dan pipinya sebelum akhirnya kucium bibirnya. <br />"Makasih Om, permainan yang indah, the best deh pokoknya" bisiknya menatapku tajam.<br />Kuhindari tatapannya, tak sanggup aku melawan tatapan tajam keponakanku itu. <br /><br />Jarum jam masih menunjukkan pukul 17:30, entah sudah berapa lama aku melayani kedua gadis ini, gelapnya malam mulai menyelimuti Kota Semarang, para pedagang kaki lima di simpang lima sudah mulai menata dagangannya. Aku sempat tertidur sejenak diantara kedua gadis itu sebelum mereka membangunkanku untuk makan malam, jam 19:30. Kami memutuskan untuk makan di luar sambil shoping di Mall sebelah hotel. Ternyata mereka lebih senang shopping lebih dulu dari pada makan malam, padahal aku sudah lapar akibat bekerja terlalu keras, terpaksa aku memenuhi keinginan kedua gadis itu. Diluar dugaanku justru mereka memilih untuk belanja parfum, lingerie dan pakaian dalam, aku ikutan memilihkan untuk mereka, tentu saja yang kuanggap sexy, tak jarang aku diminta memberikan penilaian ketika mereka mencoba bra di ruang ganti, tentu dengan senang hati aku memenuhinya. Tak lupa kami membeli beberapa VCD porno di pinggiran jalan. <br /><br />Kami kembali ke hotel hampir pukul 22:00, kuminta mereka memakai apa yang baru mereka beli, sungguh sexy dan menggairahkan kedua bidadari itu mengenakan pakaian dalam yang serba mini pilihanku, hampir semuanya dicoba, tapi aku sudah tak tahan lagi melihat penampilan mereka. Saat mereka berganti lagi untuk ketiga kalinya, aku sudah tak sanggup menahan lebih lama lagi, terutama melihat tubuh sexy Febi, kutarik mereka ke ranjang dan kucumbui mereka bersamaan, kami saling bergulingan seperti anak kecil sedang bermain main. Mereka berebutan melepas pakaian dan celanaku, bahkan suit untuk menentukan siapa yang melepas celana dalamku. Bersama sama mereka mulai menjilati dan mengulum penisku, kedua lidah gadis itu secara bersamaan menyusuri penis dan kantong bola dengan gerakan berbeda, aku segera melayang tinggi didampingi kedua bidadari ini. <br /><br />"Om percaya nggak, Desi itu udah lama lho kagum sama Om, jadi ini sudah menjadi fantasinya" kata Febi disela kulumannya. <br />"Ih kamu buka rahasia deh" Desi yang sedang menjilati pahaku mencubih Febi, mereka berdua tertawa sambil terus menjilatiku. <br />Kedua tanganku meremas remas dua buah dada yang berbeda, baik kekenyalan maupun besarnya, punya Febi lebih besar tapi Desi lebih kenyal dan padat. Febi lebih cepat mengambil inisiatif, kakinya dilangkahkan ke tubuhku hingga posisi 69, Desi yang kalah cepat bergeser di antara kakiku, sambil menjilati Febi aku masih bisa merasakan kuluman dari dua mulut yang berbeda. Ketika Febi menegakkan tubuhnya melepaskan kulumannya pada penisku, Desi segera mengambil posisi untuk memasukkan penisku ke vaginanya, rupanya takut keduluan Febi dia tak mempedulikan lagi kondomnya seperti sebelumnya, kurasakan vaginanya yang rapat mencengkeram erat penisku, apalagi tanpa kondom, kurasakan makin kuat mencengkeram, hingga semua tertanam dia tak berani bergerak. <br /><br />"Om kalo keluar bilang ya" rupanya dia masih sedikit sadar <br />Perlahan tubuhnya turun naik dan mulai menggoyangkan pinggul, penisku terasa diremas dengan hebat, gerakannya makin cepat dan tidak beraturan. Tak lebih lima menit dia turun dari tubuhku. <br />"Feb, giliranmu, aku nggak udah tahan, bisa keluar duluan aku nanti, habis enak banget ...<br />..sih" katanya. <br />Mereka bertukar posisi, sepeti sebelumnya penisku langsung masuk ke vagina Febi tanpa hambatan yang berarti, berbeda dengan Desi yang mendiamkan sesaat sebelum mengocok, tubuh Febi langsung turun naik dengan cepatnya, pinggangnya berputar putar sambil tangannya mengelus kantong bola. Aku tak bisa melihat ekspresi wajah Febi karena mukaku tertutup pantat Desi yang tepat berada di atasku dengan vagina terbuka lebar. Jerit dan desahan kedua gadis di atasku saling bersahutan merasakan kenikmatan yang berbeda. <br /><br /><br />Tak lama kemudian Febi turun, Desi mengikutinya, kedua gadis itu lalu telentang bersebelahan dan membuka kakinya lebar lebar seakan mempersilahkan aku untuk memilihnya, aku bingung, kutatap mata keduanya, sama sama memberikan pandangan yang menggairahkan. Aku yakin Desi tidak bisa bertahan lama, maka kupilih Desi duluan supaya aku bisa menikmati Febi lebih lama dan memuntahkan spermaku ke vagina keponakanku itu. <br />"Om janji ya kalo keluar di luar saja" katanya ketika aku mendekatinya. <br />"Kalo aku nggak mau" godaku <br />"Pleese" Desi memelas <br />Tanpa menjawab lagi kusapukan penisku ke vaginanya dan mendorongnya masuk perlahan lahan. <br />"Pelan pelan Om, ini pertama kali aku nggak pake kondom" katanya pelan ketika penisku mulai menerobos liang kenikmatannya. <br /><br />Kutelungkupkan tubuhku menindih tubuhnya setelah penisku masuk semuanya, pantatku mulai turun naik di atas tubuhnya, desah kenikmatan mengiringi kocokanku. Febi bergeser di belakangku, rupanya dia mengatur kaki Desi, diletakkannya menjepit pinggangku, penisku makin dalam mengisi liang kenikmatannya. Kukocok dia dengan cepat dan keras, kuhentakkan sedalam mungkin, tak kupedulikan desahan kenikmatannya, aku ingin segera membuatnya orgasme dan secepatnya beralih ke tubuh keponakanku yang sedang menunggu giliran. Diluar dugaanku, ternyata Desi tidak segera orgasme seperti perkiraanku, gerakannya malah semakin liar mencengkeramku, justru hampir saja aku keluar duluan kalau tidak segera kuhentikan gerakanku dan kucabut penisku dari vaginanya. <br /><br />Desi tersenyum penuh kemenangan melihat aku hampir kalah, kuambil napas dalam dalam lalu kutahan dan kuhembuskan pelan pelan. Febi sudah bersiap di sampingnya dengan posisi nungging, kuturunkan teganganku dengan menciumi pantat Febi, menjilati vagina dan anusnya, dia menggeliat geli, kukocok vaginanya dengan dua jariku, dia mendesis. Setelah kurasa aku siap maka langsung kumasukkan penisku ke liang Febi dengan sekali dorong disusul kocokan cepat, dia menjerit nikmat lepas. <br /><br />"Des, remas dadanya" perintahku sambil mengocoknya keras, Desi memandangku bingung, kuraih tangannya dan kuletakkan di dada Febi, kedua gadis itu kelihatan risih tapi aku tak peduli, kupaksa Desi meremasnya. Akhirnya Febi bisa menerima remasan Desi di buah dadanya, aku makin bergairah melihatnya, apalagi ketika Desi meremas kedua buah dada yang menggantung itu. Nafsuku makin meninggi ketika Febi membalas meremas buah dada Desi, mereka saling meremas buah dada. <br /><br />Aku terkejut ketika Febi mengambil inisiatif lebih jauh, tiba tiba dia menciumi buah dada Desi dan menjilati putingnya, mulanya Desi tertawa geli menerima hal itu, tapi kemudian dia ikutan mendesah dan meremas rambut Febi yang ada di dadanya. Aku makin bergairah dibuatnya, kocokanku makin cepat dan liar, seliar sedotan Febi pada buah dada sahabatnya. Desi menyusupkan tubuhnya di bawah Febi, kepalanya tepat di bawah bukit yang menggantung, mereka saling mengulum buah dada seperti permainan lesbi meski aku yakin mereka bukan golongan itu. <br /><br />Imajinasiku makin liar melihat kenakalan mereka, kuminta Desi nungging di atas Febi, tubuhnya menempel rapat di punggungnya, memeluk rapat dari belakang, vaginanya tepat di atas pantat Febi, masih tetap mengocok Febi kumasukkan dua jariku ke liang kenikmatannya, kedua gadis itu mendesah bersahutan. Kutarik keluar penisku dan segera beralih ke liang kenikmatan di atasnya, masih saja kurasakan rapatnya vagina Desi, nikmat yang berbeda dari dua vagina. Kocokanku berpindah dari satu vagina ke vagina lainnya. Aku tak tahu harus mengakhirinya di mana, hampir saja aku orgasme ketika tiba tiba kudengar bunyi HP-ku. Ingin kuabaikan tapi deringnya terasa mengganggu. <br />"Terima dulu Om, siapa tahu penting, atau mungkin dari Mbak Lily" kata Febi ketika aku sedang mengocok vagina di atasnya. <br /><br />Terpaksa kutinggalkan kedua vagina yang sedang penuh gairah itu, benar saja pacarku menelpon, aku menjauhi mereka, duduk di sofa supaya tidak terdengar suara napas mereka yang sedang ngos-ngosan. Kedua gadis itu menyusulku, Desi bersimpuh di antara kakiku sedangkan Febi duduk di sebelahku, menempelkan telinganya di HP, ikutan mendengar pembicaraanku dengan tantenya, sambil tangannya mengocok penisku bersamaan dengan lidah dan mulut Desi yang menari nari di penisku yang masih menegang. Handphone kuberikan ke Febi ketika istriku mau bicara padanya, akupun tak mau berlama lama bicara sama istriku dalam keadaan seperti ini, bisa bisa bicara sambil mendesah. <br />"Ya Mbak, ini Om mau antar Febi pulang, udah malam, lagian besok kan kuliah.. agak siang sih, jam 11 pagi kuliahnya.. tapi Febi belum pamit sama ibu Kost, ntar dicari" <br /><br />Untungnya ...<br />...Febi mengikuti pembicaraan kami tadi hingga bisa langsung nyambung, kubalas Febi dengan mengulum putingnya ketika bicara sama tantenya, dia melototiku. <br />"..oke deh Mbak, nanti Febi telpon ke kost deh" jawabnya mengakhiri pembicaraan. <br />"Nakal ya, awas Febi balas" katanya lalu jongkok di sebelah sahabatnya, bersamaan mereka mengulum penisku, lidah kedua gadis itu menyusuri penisku kembali, aku mendesah sambil meremas rambut keduanya. Begitu nikmat permainan dua lidah, apalagi ketika bibir keponakanku mulai meluncur di batang kemaluanku, sementara sobatnya mempermainkan kantong bola dengan lidahnya, membawaku melayang tinggi dalam kenikmatan. <br /><br />Akhirnya aku menyerah dalam permainan dua mulut mereka, menyemprotlah spermaku ketika berada di mulut Desi, segera dia menarik keluar tapi terlambat, beberapa semprotan sudah membasahi tenggorokannya. Febi segera meraih penisku dan langsung memasukkan ke mulut mungilnya, semprotanku sempat mengenai wajah dan rambut Desi sebelum akhirnya habis dalam kuluman keponakanku, sedikit tetesan keluar dari celah bibirnya, dia menyedot habis semburan demi semburan hingga tetes terakhir tanpa mengeluarkan dari mulutnya. Kedua gadis itu lalu menyapukan penisku yang sudah lemas ke wajahnya. <br />Malam itu kuhabiskan dengan mengarungi lautan kenikmatan bersama keponakanku dan sahabatnya, sepertinya mereka tak ada kata puas merengkuh kenikmatan demi kenikmatan, bergantian aku harus melayani mereka sampai kewalahan melayaninya, tapi dengan bantuan film VCD yang kami putar di Laptop, sedikit banyak aku bisa mengimbangi permintaan mereka. Entah jam berapa kami baru bisa tertidur, "terpaksa" aku pulang dengan pesawat terakhir ke Jakarta besoknya, "tak tega" meninggalkan keponakanku tercinta berikut sobat karibnya. <br /><br />sejak kejadian itu saat aku ke semarang pasti "beraksi" lagi bersama keponakanku dan temannya itu.sahronihttp://www.blogger.com/profile/04363341387314395578noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5426126127632947342.post-89764950265809273602010-03-18T16:48:00.000-07:002010-03-18T16:49:56.169-07:00Pelajaran dari Tante SusiKetika itu saya baru berumur 12 tahun, sebagai anak tunggal. Sewaktu orang tua saya sedang pergi keluar negeri. Teman baik ibuku, Tante Susi, yang berumur 26 tahun, diminta oleh orang tuaku untuk tinggal di rumah menjagaiku. Karena suaminya harus keluar kota, Tante Susi akan menginap di rumahku sendirian. Tante Susi badannya agak tinggi, rambutnya dipotong pendek sebahu, kulitnya putih bersih, wajahnya ayu, pakaian dan gayanya seksi. Tentu saja saya sangat setuju sekali untuk ditemani oleh Tante Susi. <br /><br />Biasanya, setiap ada kesempatan saya suka memainkan kemaluanku sendirian. Tapi belum pernah sampai keluar, waktu itu saya masih belum mengerti apa-apa, hanya karena rasanya nikmat. Mengambil kesempatan rumah lagi kosong dan Tante Susi juga belum datang. Setelah pulang sekolah, saya ke kamar tidurku sendirian memijit-mijit kemaluanku sembari menghayalkan tubuh Tante Susi yang seksi. Kubayangkan seperti yang pernah kulihat di majalah porno dari teman-temankuku di sekolah. Selagi asyiknya bermain sendirian tanpa kusadari Tante Susi sudah tiba di rumahku dan tiba-tiba membuka pintu kamarku yang lupa kukunci. <br /><br />Dia sedikit tercengang waktu melihatku berbaring diatas ranjang telanjang bulat, sembari memegangi kemaluanku yang berdiri. Aduh malunya setengah mati, ketangkap basah lagi mainin burung. Segera kututupi kemaluanku dengan bantal, wajahku putih pucat. <br />Melihatku ketakutan, Tante Susi hanya tersenyum dan berkata,"Eh, kamu sudah pulang sekolah Asan., Tante juga baru saja datang". Saya tidak berani menjawabnya. <br />"Tidak usah takut dan malu sama Tante, itu hal biasa untuk anak-anak mainin burungnya sendiri" ujarnya. Saya tetap tidak berani berkutik dari tempat tidur karena sangat malu. <br />Tante Susi lalu menambah, "Kamu terusin saja mainnya, Tante hanya mau membersihkan kamar kamu saja, kok". <br />"Tidak apa-apa kan kalau Tante turut melihat permainanmu", sembari melirik menggoda, dia kembali berkata "Kalau kamu mau, Tante bisa tolongin kamu, Tante mengerti kok dengan permainanmu, Asan.", tambahnya sembari mendekatiku. <br />"Tapi kamu tidak boleh bilang siapa-siapa yah, ini akan menjadi rahasia kita berdua saja". Saya tetap tidak dapat menjawab apa-apa, hanya mengangguk kecil walaupun saya tidak begitu mengerti apa maksudnya. <br /><br />Tante Susi pergi ke kamar mandi mengambil Baby Oil dan segera kembali ke kamarku. Lalu dia berlutut di hadapanku. Bantalku diangkat perlahan-lahan, dan saking takutnya kemaluanku segera mengecil dan segera kututupi dengan kedua telapak tanganku. <br />"Kemari dong, kasih Tante lihat permainanmu, Tante janji akan berhati-hati deh", katanya sembari membujukku. Tanganku dibuka dan mata Tante Susi mulai turun ke bawah kearah selangkanganku dan memperhatikan kemaluanku yang mengecil dengan teliti. Dengan perlahan-lahan dia memegang kemaluanku dengan kedua jarinya dan menuruni kepalanya, dengan tangan yang satu lagi dia meneteskan Baby Oil itu di kepala kemaluanku, senyumnya tidak pernah melepaskan wajahnya yang cantik. <br />"Tante pakein ini supaya rada licin, kamu pasti suka deh" katanya sembari mengedipkan sebelah matanya. <br /><br />Malunya setengah mati, belum ada orang yang pernah melihat kemaluanku, apa lagi memegangnya. Hatiku berdebar dengan kencang dan wajahku merah karena malu. Tapi sentuhan tangannya terasa halus dan hangat. <br />"Jangan takut Asan., kamu rebahan saja", ujarnya membujukku. Setelah sedikit tenang mendengar suaranya yang halus dan memastikan, saya mulai dapat menikmati elusan tangannya yang lembut. Tangannya sangat mahir memainkan kemaluanku, setiap sentuhannya membuat kemaluanku bergetar dengan kenikmatan dan jauh lebih nikmat dari sentuhan tanganku sendiri. <br />"Lihat itu sudah mulai membesar kembali", kemudian Tante Susi melumuri Baby Oil itu ke seluruh batang kemaluanku yang mulai menegang dan kedua bijinya. Kemudian Tante Susi mulai mengocok kemaluanku digenggamannya perlahan-lahan sambil membuka lebar kedua pahaku dan mengusap bijiku yang mulai panas membara. <br /><br />Kemaluanku terasa kencang sekali, berdiri tegak seenaknya dihadapan muka Tante Susi yang cantik. Perlahan Tante Susi mendekati mukanya kearah selangkanganku, seperti sedang mempelajarinya. Terasa napasnya yang hangat berhembus di paha dan di bijiku dengan halus. Saya hampir tidak bisa percaya, Tante Susi yang baru saja kukhayalkan, sekarang sedang berjongkok diantara selangkanganku. <br /><br />Setelah kira-kira lima menit kemudian, saya tidak dapat menahan rasa geli dari godaan jari-jari tangannya. Pinggulku tidak bisa berdiam tenang saja di ranjang dan mulai mengikuti setiap irama kocokan tangan Tante Susi yang licin dan berminyak. Belum pernah saya merasa seperti begitu, semua kenikmatan duniawi ini seperti berpusat tepat ditengah-tengah selangkanganku. <br />Mendadak Tante Susi kembali berkata, "Ini pasti kamu sudah hampir keluar, dari pada nanti kotorin ranjang Tante hisap saja yah". Saya tidak mengerti apa yang dia maksud. Dengan tiba-tiba Tante Susi mengeluarkan lidahnya dan menjilat kepala kemaluanku lalu menyusupinya perlahan ke dalam mulutnya. <br /><br />Hampir saja saya melompat dari atas ranjang. Karena bingung dan kaget, saya tidak tahu harus membikin apa, kecuali menekan pantatku keras ke dalam ranjang. Tangannya segera .....disusupkan ke bawah pinggulku dan mengangkatnya dengan perlahan dari atas ranjang. Kemaluanku terangkat tinggi seperti hendak diperagakan dihadapan mukanya. Kembali lidahnya menjilat kepala kemaluanku dengan halus, sembari menyedot ke dalam mulutnya. Bibirnya merah merekah tampak sangat seksi menutupi seluruh kemaluanku. Mulut dan lidahnya terasa sangat hangat dan basah. Lidahnya dipermainkan dengan sangat mahir. Matanya tetap memandang mataku seperti untuk meyakinkanku. Tangannya kembali menggenggam kedua bijiku. Kepalanya tampak turun naik disepanjang kemaluanku, saya berasa geli setengah mati. Ini jauh lebih nikmat daripada memakai tangannya. <br /><br />Sekali-sekali Tante Susi juga menghisap kedua bijiku bergantian dengan gigitan-gigitan kecil. Dan perlahan turun ke bawah menjilat lubang pantatku dan membuat lingkaran kecil dengan ujung lidahnya yang terasa sangat liar dan hangat. Saya hanya dapat berpegangan erat ke bantalku, sembari mencoba menahan rintihanku. Kudekap mukaku dengan bantal, setiap sedotan kurasa seperti yang saya hendak menjerit. Napasku tidak dapat diatur lagi, pinggulku menegang, kepala saya mulai pening dari kenikmatan yang berkonsentrasi tepat diantara selangkanganku. Mendadak kurasa kemaluanku seperti akan meledak. Karena rasa takut dan panik, kutarik pinggulku kebelakang. Dengan seketika, kemaluanku seperti mempunyai hidup sendiri, berdenyut dan menyemprot cairan putih yang lengket dan hangat ke muka dan ke rambut Tante Susi. Seluruh badanku bergetar dari kenikmatan yang tidak pernah kualami sebelumnya. Saya tidak sanggup untuk menahan kejadian ini. Saya merasa telah berbuat sesuatu kesalahan yang sangat besar. Dengan napas yang terengah-engah, saya meminta maaf kepada Tante Susi atas kejadian tersebut dan tidak berani untuk menatap wajahnya. <br />Tetapi Tante Susi hanya tersenyum lebar, dan berkata "Tidak apa-apa kok, ini memang harus begini", kembali dia menjilati cairan lengket itu yang mulai meleleh dari ujung bibirnya dan kembali menjilati semua sisa cairan itu dari kemaluanku sehingga bersih. <br />"Tante suka kok, rasanya sedap", tambahnya. <br /><br />Dengan penuh pengertian Tante Susi menerangkan bahwa cairan itu adalah air mani dan itu wajar untuk dikeluarkan sekali-sekali. Kemudian dengan penuh kehalusan dia membersihkanku dengan handuk kecil basah dan menciumku dengan lembut dikeningku.<br /><br />Setelah semuanya mulai mereda, dengan malu-malu saya bertanya, "Apakah perempuan juga melakukan hal seperti ini?". <br />Tante Susi menjawab "Yah, kadang-kadang kita orang perempuan juga melakukan itu, tapi caranya agak berbeda". Dan Tante Susi berkata yang kalau saya mau, dia dapat menunjukkannya. Tentu saja saya bilang yang saya mau menyaksikannya. <br /><br />Kemudian jari-jari tangan Tante Susi yang lentik dengan perlahan mulai membuka kancing-kancing bajunya, memperagakan tubuhnya yang putih. Waktu kutangnya dibuka buah dadanya melejit keluar dan tampak besar membusung dibandingkan dengan perutnya yang mengecil ramping. Kedua buah dadanya bergelayutan dan bergoyang dengan indah. Dengan halus Tante Susi memegang kedua tanganku dan meletakannya di atas buah dadanya. Rasanya empuk, kejal dan halus sekali, ujungnya agak keras. Putingnya warna coklat tua dan agak besar. Tante Susi memintaku untuk menyentuhnya. Karena belum ada pengalaman apa-apa, saya pencet saja dengan kasar. Tante Susi kembali tersenyum dan mengajariku untuk mengelusnya perlahan-lahan. Putingnya agak sensitif, jadi kita harus lebih perlahan disana, katanya. Tanganku mulai meraba tubuh Tante Susi yang putih bersih itu. Kulitnya terasa sangat halus dan panas membara dibawah telapak tanganku. Napasnya memburu setiap kusentuh bagian yang tertentu. Saya mulai mempelajari tempat-tempat yang disukainya. <br /><br />Tidak lama kemudian Tante Susi memintaku untuk menciumi tubuhnya. Ketika saya mulai menghisap dan menjilat kedua buah dadanya, putingnya terasa mengeras di dalam mulutku. Napasnya semakin menderu-deru, membuat buah dadanya turun naik bergoyang dengan irama. Lidahku mulai menjilati seluruh buah dadanya sampai keduanya berkilat dengan air liurku mukanya tampak gemilang dengan penuh gairah. Bibirnya yang merah merekah digigit seperti sedang menahan sakit. Roknya yang seksi dan ketat mulai tersibak dan kedua lututnya mulai melebar perlahan. Pahanya yang putih seperti susu mulai terbuka menantang dengan gairah di hadapanku. Tante Susi tidak berhenti mengelus dan memeluki tubuhku yang masih telanjang dengan kencang. Tangannya menuntun kepalaku ke bawah kearah perutnya. Semakin ke bawah ciumanku, semakin terbuka kedua pahanya, roknya tergulung ke atas. Saya mulai dapat melihat pangkal paha atasnya dan terlihat sedikit bulu yang hitam halus mengintip dari celah celana dalamnya. Mataku tidak dapat melepaskan pemandangan yang sangat indah itu. <br /><br />Kemudian Tante Susi berdiri tegak di hadapanku dengan perlahan Tante Susi mulai membuka kancing roknya satu persatu dan membiarkan roknya terjatuh di lantai. Tante Susi berdiri di hadapanku seperti seorang putri khayalan dengan hanya memakai celana dalamnya yang putih, kecil, tipis dan seksi. Tangannya ditaruh di pingulnya yang putih dan tampak serasi dengan kedua buah dadanya diperagakannya di hadapanku. Pantatnya ...<br />...yang hanya sedikit tertutup dengan celana dalam seksi itu bercuat menungging ke belakang. Tidak kusangka yang seorang wanita dapat terlihat begitu indah dan menggiurkan. Saya sangat terpesona memandang wajah dan keindahan tubuhnya yang bercahaya dan penuh gairah. <br /><br />Tante Susi menerangkan yang bagian tubuh bawahnya juga harus dimainkan. Sambil merebahkan dirinya di ranjangku, Tante Susi memintaku untuk menikmati bagiannya yang terlarang. Saya mulai meraba-raba pahanya yang putih dan celana dalamnya yang agak lembab dan bernoda. Pertama-tama tanganku agak bergemetar, basah dari keringat dingin, tetapi melihat Tante Susi sungguh-sungguh menikmati semua perbuatanku dan matanya juga mulai menutup sayu, napasnya semakin mengencang. Saya semakin berani dan lancang merabanya. Kadang-kadang jariku kususupkan ke dalam celana dalamnya menyentuh bulunya yang lembut. Celana dalamnya semakin membasah, noda di bawah celana dalamnya semakin membesar. Pingulnya terangkat tinggi dari atas ranjang. Kedua pahanya semakin melebar dan kemaluannya tercetak jelas dari celana dalamnya yang sangat tipis itu. <br /><br />Setelah beberapa lama, Tante Susi dengan merintih memintaku untuk membuka celana dalamnya. Pinggulnya diangkat sedikit supaya saya dapat menurunkan celana dalamnya ke bawah. Tante Susi berbaring di atas ranjang tanpa sehelai benangpun yang menutupi tubuhnya. Disitu untuk pertama kali saya dapat menyaksikan kemaluan seorang wanita dari jarak yang dekat dan bukan hanya dari majalah. Bulu-bulu di atas kemaluannya itu tampak hitam lembut, tumbuh dengan halus dan rapi dicukur, sekitar kemaluannya telah dicukur hingga bersih membuat lekuk kemaluannya tampak dari depan. Tante Susi membuka selangkangannya dengan lebar dan menyodorkan kewanitaannya kepadaku tanpa sedikit rasa malu. Sembari bangkit duduk di tepi ranjang, Tante Susi memintaku untuk berjongkok diantara kedua pahanya untuk memperhatikan vagina nya dari jarak dekat. Dengan penuh gairah kedua jarinya mengungkap bibir kemaluannya yang rada tebal dan kehitam-hitaman dan memperagakan kepadaku lubang vaginanya yang basah dan berwarna merah muda. <br /><br />Dengan nada yang ramah, Tante Susi menggunakan jari tangannya sendiri dengan halus, menerangkan kepadaku satu persatu seluruh bagian tubuh bawahnya. Tempat-tempat dan cara-caranya untuk menyenangkan seorang wanita. Kemudian Tante Susi mulai menggunakan jari tanganku untuk diraba-rabakan kebagian tubuh bawahnya. Rasanya sangat hangat, lengket dan basah. Clitorisnya semakin membesar ketika saya menyentuhnya. Aroma dari vaginanya mulai memenuhi udara di kamarku, aromanya menyenangkan dan berbau bersih. Dari dalam lubang vaginanya perlahan-lahan keluar cairan lengket berwarna putih dan kental dan mulai melumuri semua permukaan lubang vaginanya. Mengingat apa yang dia sudah lakukan dengan air maniku, saya kembali bertanya "Boleh nggak saya mencicipi air mani Tante?" Tante Susi hanya mengangguk kecil dan tersenyum. <br /><br />Perlahan saya mulai menjilati pahanya yang putih dan sekitar lubang vagina Tante Susi yang merah dan lembut. Cairannya mulai mengalir keluar dengan deras ke selangkangannya. Lidahku menangkap tetesan itu dan mengikuti aliran cairan itu sampai balik ke asal lubangnya. Rasanya agak keasinan dengan berbau sangat khas, tidak seperti kata orang, cairan Tante Susi sangat bersih dan tidak berbau amis. Begitu pertama saya mencicipi alat kelamin Tante Susi, saya tahu yang saya dapat menjilatinya terus-menerus, karena saya sangat menyukai rasanya. Tante Susi mendadak menjerit kecil ketika lidahku menyentuh clitorisnya. Saya tersentak takut karena mungkin saya telah membuatnya sakit. Tetapi Tante Susi kembali menjelaskan bahwa itu hal biasa kalau seseorang mengerang waktu merasa nikmat. <br /><br />Semakin lama, saya semakin berani untuk menjilati dan menghisapi semua lubang vagina dan clitorisnya. Pinggulnya diangkat naik tinggi. Tangannya tidak berhenti memeras buah dadanya sendiri, cengkramannya semakin menguat. Napasnya sudah tidak beraturan lagi. Kepalanya terbanting ke kanan dan ke kiri. Pinggul dan pahanya kadang-kadang mengejang kuat, berputar dengan liar. Kepalaku terkadang tergoncang keras oleh dorongan dari kedua pahanya. Tangannya mulai menjambak rambutku dan menekan kepalaku erat kearah selangkangannya. Dari bibirnya yang mungil itu keluar desah dan rintihan memanggil namaku, seperti irama di telingaku. Keringatnya mulai keluar dari setiap pori-pori tubuhnya membuat kulitnya tampak bergemilang di bawah cahaya lampu. Matanya sudah tidak memandangku lagi, tapi tertutup rapat oleh bulu mata yang panjang dan lentik. Sembari merintih Tante Susi memintaku untuk menyodok-nyodokkan lidahku ke dalam lubang vaginanya dan mempercepat iramaku. Seluruh mukaku basah tertutup oleh cairan yang bergairah itu. <br /><br />Kemudian Tante Susi memintaku untuk berbalik supaya dia juga dapat menghisap kemaluanku bersamaan. Setelah melumuri kedua buah dadanya yang busung itu dengan Baby Oil, Tante Susi menggosok-gosokkan dan menghimpit kemaluanku yang sudah keras kembali diantara buah dadanya, dan menghisapinya bergantian. Kemudian Tante Susi memintaku untuk lebih berkonsentrasi di clitorisnya dan menyarankanku untuk memasuki jariku ke lubang vaginanya. Dengan penuh gairah saya pertama kalinya merasakan bahwa kelamin wanita itu dapat berasa begitu panas dan basah. Otot vaginanya yang terlatih terasa memijiti jari tanganku perlahan. Bibir dan lubang vaginanya tampak ...<br />...merekah, berkilat dan semakin memerah. Clitorisnya bercahaya dan membesar seperti ingin meledak. Setelah tidak beberapa lama, Tante Susi memintaku untuk memasukkan satu jariku ke dalam lubang pantatnya yang ketat. Dengan bersamaan, Tante Susi juga masukkan satu jarinya pula ke dalam lubang pantatku. Tangannya dipercepat mengocok kemaluanku. Pahanya mendekap kepalaku dengan keras. Pinggulnya mengejang keras. Terasa dilidahku urat-urat sekitar dinding vaginanya berkontraksi keras ketika dia keluar. Saya menjerit keras bersama-sama Tante Susi sembari memeluknya dengan erat, kita berdua keluar hampir bersamaan. Kali ini Tante Susi menghisap habis semua air maniku dan terus menghisapi kemaluanku sampai kering. <br /><br />Setelah itu kita berbaring telanjang terengah mengambil napas. Badannya yang berkeringat dan melemah, terasa sangat hangat memeluki tubuhku dari belakang, tangannya tetap menghangati dan mengenggam kemaluanku yang mengecil. Aroma dari yang baru saja kita lakukan masih tetap memenuhi udara kamarku. Wajahnya tampak gemilang bercahaya menunjukan kepuasan, senyumnya kembali menghiasi wajahnya yang terlihat lelah. Lalu kita jatuh tertidur berduaan dengan angin yang sejuk meniup dari jendela yang terbuka. Setelah bangun tidur, kita mandi bersama. Waktu berpakaian Tante Susi mencium bibirku dengan lembut dan berjanji yang nanti malam dia akan mengajari bagaimana caranya bila kejantananku dimasukkan ke dalam kewanitaannya. <br /><br />Sejak hari itu, selama satu minggu penuh, setiap malam saya tidur di kamar tamu bersama Tante Susi dan mendapat pelajaran yang baru setiap malam. Tetapi setelah kejadian itu, kita tidak pernah mendapat kesempatan kembali untuk melanjutkan hubungan kami. Hanya ada peristiwa sekali, waktu orangtuaku mengadakan pesta di rumah, Tante Susi datang bersama suaminya. Di dapur, waktu tidak ada orang lain yang melihat, Tante Susi mencium pipiku sembari meraba kemaluanku, tersenyum dan berbisik "Jangan lupa dengan rahasia kita Asan." <br />Dua bulan kemudian Tante Susi pindah ke kota lain bersama suaminya. Sampai hari ini saya tidak akan dapat melupakan satu minggu yang terbaik itu di dalam sejarah hidupku. Dan saya merasa sangat beruntung untuk mendapat seseorang yang dapat mengajariku bersetubuh dengan cara yang sangat sabar, sangat profesional dan semanis Tante Susi.sahronihttp://www.blogger.com/profile/04363341387314395578noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5426126127632947342.post-66141816815437231262010-03-18T16:45:00.000-07:002010-03-18T16:48:08.827-07:00Nikmatnya tubuh kecil MarlenNamaku Andi, ketika aku SMP, aku tinggal dengan saudaraku di Jakarta, di rumah itu aku bersama tiga orang anak dari saudaraku itu yang usianya sebayaku kecuali Marlena si bungsu, gadis kecil yang masih kelas enam SD. <br /><br />Setahun sudah aku tinggal dengan mereka, di usia puber sepertiku, semakin hari tubuh Marlena yang biasa kupanggil Lena, terlihat semakin bongsor saja, dengan kulitnya yang putih bersih semakin terlihat menggairahkan nafsuku. Maklumlah turunan dari ibunya yang bertubuh bongsor dan montok. <br /><br />Setiap pulang sekolah aku selalu meluangkan waktu untuk ngobrol-ngobrol dengan Lena, sekedar untuk melihatnya dari dekat, apalagi payudaranya mulai terlihat bentuknya. Aku pun mulai mengincarnya, suatu ketika aku akan mendekatinya, pikirku. <br /><br />Dihari berikutnya saat Marlena pulang dari sekolah langsung menuju ke kamar tempat cucian-cucian yang belum kering, karena di rumah lagi tidak ada orang, akupun mengikutinya. Aku berusaha agar kedatanganku tidak mengagetkannya. <br />“Len…udah pulang..?” iya kak, sambil melepas sepatunya. <br />“Awas dong…mau ganti baju nih…!” katanya memohon. <br />“Iya..aku keluar deh..tapi kalo udah ganti baju boleh masuk lagi ya…!” pintaku padanya. <br />“Iya…..boleh…” ungkapnya. <br /><br />“Aku masuk ya…!” pintaku dari luar sambil membuka pintu. Wow..seperti bidadari Marlena memakai daster kecilnya yang bertali satu, jantungku berdegup kencang seakan tidak percaya akan pemandangan itu. <br />“Len…kamu cantik sekali pakai baju itu..!” ungkapku jujur padanya. <br />“Masa sih..!” kata Marlena sambil berputar bergaya seperti peragawati. <br />“Aku boleh bilang sesuatu nggak Len…?” tanyaku agak ragu padanya. <br />“Mau bilang apaan sih kak…serius banget deh kayaknya…!” ungkap Marlena penasaran. <br />“A..aku.. boleh peluk kamu nggak..,sebentar aja…!” ungkapku memberanikan diri. <br />“Aku janji nggak ngapa-ngapain….sungguh..!” janjiku padanya. <br />“Iiih…peluk gimana sih.., emang mau ngapain…, nggak mau ah…!” bantahnya. <br />“Sebentar….aja….ya…Len..” kembali aku membujuknya, jangan sampai dia jadi takut padaku. <br />“Ya udah cepetan ah…yang enggak-enggak aja sih…” ungkapnya agak genit sambil berdiri membelakangiku. <br /><br />Tak kusia-siakan aku langsung memeluknya diri belakang, tanganku melingkar di tubuhnya yang kecil mulus, dan padat itu, lalu tanganku kuletakkan di bagian perutnya, sambil ku usap-usap dengan perlahan. <br />Gila..kontolku langsung berdenyut begitu menyentuh pantat Marlena yang empuk dan bentuknya sedikit menungging menyentuh ke arah kontolku. Langsung saja kugesek-gesekkan pelan-pelan di pantatnya itu. <br />“Iiih….diapain sih tuh…udah….ah…!” seru Marlena sambil berusaha melepaskan pelukanku.<br />“Aku terangsang Len…abis kamu cantik sekali Len…!” ungkapku terus terang. <br /><br />Marlena pun membalikkan badannya menghadapku, sambil menatapku penuh rasa penasaran. <br />“Anunya bangun ya kak…?” tanya Marlena heran. <br />“Iya Len…aku terangsang sekali…” ungkapku sambil mengelus-elus celanaku yang menyembul karena kontolku yang sudah tegang. <br />“Kamu mau lihat nggak Len…?” tanyaku padanya. <br />“Nggak ah…entar ada orang masuk lho…!” katanya polos. <br />“Kita kunci aja dulu pintu gerbangnya ya…!” ungkapku, sambil beranjak mengunci pintu gerbang depan. <br />Sementara Marlena menungguku dengan sedikit salah tingkah di kamar itu. <br /><br />Sekembali mengunci pintu gerbang depan, kulihat Marlena masih di kamar itu menunggu dengan malu-malu, tapi juga penasaran. <br />“Ya udah aku buka ya…..?” ungkapku sambil menurunkan celana pendekku pelan-pelan. <br />Kulihat Marlena mengbuang muka pura-pura malu tapi matanya sedikit melirik mencuri pandang ke arah kontolku yang sudah kembali ngaceng. <br />“Nih lihat….cepetan mumpung nggak ada orang…!” ungkapku pada Marlena sambil kuelus-elus kontolku di depannya. Marlena pun melihatnya dengan tersipu-sipu. <br />”Iiih ngapain sih…. Malu tahu…!” ungkapnya pura-pura. <br />“Ngapain malu Len…kan udah nggak ada orang…” kataku berdebar-debar. <br />“Mau pegang nggak….?” Ungkapku sambil menarik tangan Marlena kutempelkan ke arah kontolku. Tampak muka Marlena mulai memerah karena malu, tapi penasaran. Masih dalam pegangan tanganku, tangan Marlena kugenggamkan pada batang kontolku yang sudah ngaceng itu, sengaja ku usap-usapkan pada kontolku, dia pun mulai berani melihat ke arah kontolku. <br />Iiiih…takut ...<br />...ah…gede banget sih…!” ungkapnya, sambil mulai mengusap-ngusap kontolku, tanpa bimbinganku lagi. <br />“Aaaah…ooouw….terus Len…enak banget…!” aku mulai merintih. Sementara Marlena sesuai permintaanku terus menggenggam kontolku sambil sesekali mengusap-usapkan tangannya turun naik pada batang kontolku, rasa penasarannya semakin menjadi melihat kontolku yang sudah ngaceng itu. <br />“Aku boleh pegang-pegang kamu nggak Len…?” ungkapku sambil mulai mengusap-usap lengan Marlena, lalu bergeser mengusap-usap punggungnya, sampai akhirnya ku usap-usap dan kuremas-remas pantatnya dengan lembut. Marlena terlihat bingung atas tingkahku itu, di belum mengerti apa maksud dari tindakanku terhadapnya itu, dengan sangat hati-hati rabaan tanganku pun mulai keseluruh bagian tubuhnya, sampai sesekali Marlena menggelinjang kegelian, aku berusaha untuk tidak terlihat kasar olehnya, agar dia tidak kapok dan tidak menceritakan ulahku itu kepada orang tuanya. <br />“Gimana Len…….?” ungkapku padanya. <br />“Gimana apanya…!” jawab Marlena polos. <br /><br />Aku kembali berdiri dan memeluk Marlena dari belakang, sementara celanaku sudah jatuh melorot ke lantai, sekalian saja kulepas. Marlena pun diam saja saat aku memeluknya, sentuhan lembut kontolku pada daster mini warna bunga-bunga merah yang dipakai Marlena membuatku semakin bernafsu padanya. akupun terus menggesek-gesekkan batang kontolku di atas pantatnya itu. Sementara tangan Marlena terus menggenggam batang kontolku yang menempel di pantatnya, sesekali dia mengocoknya pelan-pelan. <br />Tak lama setelah itu perlahan kuangkat daster tipis Marlena yang menutupi bagian pantatnya itu, lalu dengan hati-hati kutempelkan batang kontolku diatas pantat Marlena yang tidak tertutupi oleh daster tipinya lagi. <br />“Len….buka ya celana dalamnya….!” pintaku pelan, sambil membelai rambutnya yang terurai sebatas bahunya itu. <br />“Eeeh….mau ngapain sih….pake dibuka segala…?” tanyanya bingung. <br />“Nggak apa-apa nanti juga kamu tahu… Lena tenang aja…!” bujukku padanya agar dia bersikap tenang, sambil perlahan-lahan aku turunkan celana dalam Marlena. <br />“Tuh kan…..malu…masa nggak pake celana dalam sih…!” ungkapnya merengek padaku. <br />“Udah nggak apa-apa….kan nggak ada siapa-siapa..!” aku menenangkannya. <br /><br />“Kamu kan udah pegang punyaku…sekarang aku pegang punyamu ya…Len..?” pintaku padanya, sambil mulai ku usap-usap memeknya yang masih bersih tanpa bulu itu. <br />“Ah..udah dong…geli nih…” ungkap Marlena, saat tanganku mengusap-usap selangkangan dan memeknya. <br />“Ya udah….punyaku aja yang ditempelin deket punyamu ya..!” ungkapku sambil menempelkan batang kontolku ditengah-tengah selangkangan Marlena tepat diatas lubang memeknya. Pelan-pelan kugesek-gesekkan batang kontolku itu di belahan memek Marlena. Lama kelamaan memek Marlena mulai basah, semakin licin terasa pada gesekkan batang kontolku di belahan memek Marlena, nafsu birahiku semakin tinggi, darahku rasanya mengalir cepat keseluruh tubuhku, seiring dengan degup jantungku yang makin cepat. <br /><br />Masih dalam posisi membelakangiku, aku meminta Marlena membungkukkan badannya ke depan agar aku lebih leluasa menempelkan batang kontolku di tengah-tengah selangkangannya. Marlena pun menuruti permintaanku tanpa rasa takut sedikitpun, rupanya kelembutan belaianku sejak tadi dan segala permintaanku yang diucapkan dengan hati-hati tanpa paksaan terhadapnya, meyakinkan Marlena bahwa aku tidak mungkin menyakitinya. <br />“Terus kita mau ngapain nih…?” ungkap Marlena heran sambil menunggingkan pantatnya persis kearah kontolku yang tegang luar biasa. Kutarik daster tipisnya lalu kukocok-kocokkan pada batang kontolku yang sudah basah oleh cairan memek Marlena tadi. Lantas aku masukan kembali batang kontolku ketengah-tengah selangkangan Marlena, menempel tepat pada belahan memek Marlena, mulai kugesek-gesekan secara beraturan, cairan memek Marlena pun semakin membasahi batang kontolku. <br />“Aaah…Len…enaaaak….bangeet…!” aku merintih nikmat. <br />”Apa sih rasanya….emang enak…ya…?” tanya Marlena, heran. <br />“Iya…Len…rapetin kakinya ya…!” pintaku padanya agar merapatkan kedua pahanya. <br />Waw nikmatnya, kontolku terjepit di sela-sela selangkangan Marlena. Aku terus menggenjot kontolku disela-sela selangkangannya, sambil sesekali kusentuh-sentuhkan ke belahan memeknya yang sudah basah. <br />“Ah geli nih…. udah belum sih…jangan lama-lama dong…!” pinta Marlena tidak mengerti adegan ini harus berakhir bagaimana. <br />“Iya…Len… sebentar lagi ya…!” ungkapku sambil mempercepat genjotanku, tanganku meremas pantat Marlena dengan penuh nafsu. <br /><br />Tiba-tiba terasa dorongan hebat pada batang kontolku seakan sebuah gunung yang akan memuntahkan lahar panasnya. <br />“Aaaaakh…aaaoww…Leenn…aku mau keluaarr…crottt…crott…crottt..oouhh…!” air maniku muncrat dan tumpah diselangkangan Marlena, sebagian menyemprot di belahan memeknya. <br />“Iiiih….jadi basah..nih…!” ungkap Marlena sambil mengusap air maniku diselangkangannya. <br />“Hangat…licin…ya…?” ungkapnya sambil malu-malu. <br />“Apaan sih ini….namanya..?” Marlena bertanya ...<br />..padaku. <br />”Hmm…itu namanya air mani…Len…!” jelasku padanya. <br /><br />Dipegangnya air mani yang berceceran di pahanya, lalu dia cium baunya, sambil tersenyum. Aku pun menatap Marlena sambil melihat reaksinya setelah melihat tingkahku padanya itu. Tapi untunglah Marlena tidak kaget atas tingkahku itu, cuma sedikit rasa ingin tahu saja yang terlihat dari sikapnya itu. <br />Aku sungguh beruntung dengan keadaan di rumah itu sore itu yang telah memberiku kesempatan untuk mendekati Marlena gadis kecil yang cantik. <br /><br />Marlenapun menurunkan daster mininya sambil mengusapkannya ke selangkangannya yang belepotan dengan air maniku, lalu dipakainya kembali celana dalamnya yang kulepas tadi. <br />“Len…makasih ya…udah mau pegang punyaku tadi…!” ungkapku pada Marlena yang masih terheran-heran atas ulahku tadi. <br />“Kamu nggak marahkan kalau besok-besok aku pengen seperti ini lagi..?” pintaku pada Marlena. <br />“Iya…nggak apa-apa…asal jangan lagi ada orang aja..kan malu…!” ungkap Marlena polos. <br /><br />Setelah itu Marlena pun bergegas mengambil tas sekolahnya berlalu ke dalam kamarnya, aku benar-benar merasa puas dengan kepolosannya tadi, pokoknya nanti aku akan bujuk dia untuk seperti itu lagi, kalau perlu kuajari yang lebih dari itu. <br /><br />Tamatsahronihttp://www.blogger.com/profile/04363341387314395578noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5426126127632947342.post-12847167273556410232010-03-16T19:10:00.000-07:002010-03-16T19:22:38.048-07:00Adik tanteku yang luguSudah menjadi cita- citanya sejak kecil untuk bisa duduk di bangku perguruan tinggi. Apalagi kenyataan yang ada di kampungnya, masih dengan mudah dihitung dengan jari orang-orang yang telah duduk di bangku perguruan tinggi. Bukan karena tidak ada kemauan, tetapi dari semua itu dikarenakan kebanyakan dari mereka keluarga yang sangat sederhana dan rata-rata berada digaris kemiskinan. Selain itu jarak antara perguruan tinggi yang ada sangat jauh, sehingga bila ada yang berkeinginan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi harus berganti mobil angkot minimal lima kali, itu juga dengan bantuan kendaraan roda dua yaitu ojeg. <br />Sangat beruntung bagi Arie bisa sampai menyelesaikan pendidikan di bangku SMA. Tapi lepas dari SMA kebingungan menyertainya, karena tidak tahu harus bagaimana lagi setelah. menyelesaikan pendidikan SMA. Keinginan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi tetap besar. Namun semua itu tentunya sangat berhubungan dengan biaya. Apalagi kalau kuliahnya harus pulang pergi, tentunya biaya akan lebih tinggi dibandingkan dengan biaya kuliahnya. Dengan segala kegelisahan yang ada, akhirnya semuanya diceritakan di hadapan kedua orang tuanya. Mereka dengan penuh bijaksana menerangkan semua kemungkinan yang akan terjadi dari kemungkinan kekurangan uang dengan akan menjual sepetak sawah. Sampai dengan alternatif untuk tinggal di rumah kakak ibunya. <br />Mendengar antusiasnya kedua orang tuanya, membuat semangat Arie bertambah untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Memang keluarganya bisa dikatakan mapan untuk ukuran orang- orang yang ada di kampung itu. Kedua orang tuanya memiliki beberapa petak sawah dan menjadi salah satu tokoh di kampung itu. <br />"Arie.." sapa ibunya ketika Arie sedang merapikan beberapa pakaian untuk dibawa ke kota. Ini ada surat dari ayahmu untuk Oom di kota nanti. Sebuah surat yang mungkin penegasan dari ayah Arie untuk menyakinkan bahwa anaknya akan tinggal untuk sementara waktu di rumah Oomnya. Sebetulnya orang tua Arie sudah menelepon Tuan Budiman tetapi karena Tuan Budiman dan Arie sangat jarang sekali bertemu maka orang tua Arie memberikan surat penegasan bahwa anaknya akan tinggal di Bandung, di rumah Oomnya untuk sementara waktu. <br />Oomnya yang bernama Budiman memang paling kaya dari keluarga ibunya yang terdiri dari empat keluarga. Oomnya yang tinggal di Bandung dan mempunyai beberapa usaha dibidang jasa, percetakan sampai dengan sebuah surat kabar mingguan dan juga bisnis lainnya yang sangat berhasil. <br />Hubungan antara Oomnya yang bernama Budiman dan kedua orang tua Arie sebetulnya tidak ada masalah, hanya karena kedua orang tua Arie yang sering memberikan nasehat karena kelakuan Oomnya yang sering berganti-ganti istri dan akibat dari berganti- ganti istri itu sehingga anak-anaknya tercecer di mana-mana. Menurut ibu Arie, Oomnya telah berganti istri sampai dengan empat kali dan sekarang ia sedang menduda. Dari keempat istri tersebut Budiman dianugerahi empat anak, dua dari istri yang pertama dan duanya lagi dari istri-istri yang kedua dan ketiga sedang dari istri yang keempat Om Budiman tidak mempunyai anak. <br />Anak Om Budiman yang paling bungsu di bawah Arie dua tahun dan ia masih SMA di Bandung. Jadi usia Om Budiman kira-kira sekarang berada diatas limapuluh tahun. <br />Sesampainya di kota Bandung yang begitu banyak aktivitas manusia, Arie langsung masuk ke sebuah kantor yang bertingkat tiga. Kedatangannya ke kantor itu disambut oleh kedua satpam yang menyambutnya dengan ramah. Belakangan diketahui namannya Asep dari papan nama yang dikenakan di bajunya. <br />"Selamat siang Pak," Tegur Arie kepada salah satu satpam yang ada dua orang. <br />"Selamat siang Dik, ada yang bisa dibantu," jawab satpam yang bernama Asep. <br />"Anu Pak, apa Bapak Budiman ada?" <br />"Bapak Budiman yang mana Dik," tegas satpam Asep, karena melihat suatu keraguan bahwa tidak mungkin bosnya ada bisnis dengan anak kecil yang baru berumur dua puluh tahunan. <br />"Anu Pak, apa ini PT. Rido," tanya Arie menyusul keraguan satpam. Karena sebetulnya Arie juga belum pernah tahu di mana kantor-kantor Oomnya itu, apalagi bisnis yang digelutinya. <br />"Iya.. Benar Dik, dan Bapak Budiman itu adalah pemilik perusahaan ini," tegas satpam Asep menjelaskan tentang keberadaan PT.Rido dan siapa pemiliknya. <br />"Adik ini siapa," tanya satpam kepada Arie, sambil mempersilakan duduk di meja lobby bawah. <br />"Saya Arie Pak, keponakan dari Bapak Budiman dari desa Gunung Heulang." <br />"Keponakan," tegas satpam, sambil terus mengangkat telepon menghubungi Pak Dadi kepercayaan Tuan Budiman. <br />Selang beberapa menit kemudian Pak Dadi datang menghampiri Arie sambil memberikan selamat datang di kota Bandung. "Arie.. Apa masih ingat sama Bapak," kata Pak Dadi sambil duduk seperti teman lama yang baru ketemu. <br />Mimik Arie jadi bingung karena orang yang datang ini ternyata sudah mengenalnya. <br />"Maaf Pak, Arie Sudah lupa dengan Bapak," kata Arie sambil terus mengigat-ingat. <br />Pak Dadi terus menerangkan dirinya, "Saya yang dulu sering mancing bersama Tuan Budiman ketika Arie berumur kurang lebih lima tahun." <br />Arie jadi bingung, "Wah, Bapak bisa saja.. mana saya ingat Pak, itu kan sudah bertahun-tahun." <br />Selanjutnya obrolan dengan Pak Dadi yang belakangan ini diketahui selain kepercayaan di kantor, ia juga sebagai tangan kanan Tuan Budiman. Bapak Dadi mengetahui apa pun tentang Tuan Budiman. Kadangkala anak Om Budiman sering minta uang pada Pak Dadi bila ternyata Om Budiman sedang keluar kota. Malah belakangan ini Om Budiman membeli sebuah rumah dan di belakangnya dibuat lagi rumah yang tidak kalah besarnya untuk Pak Dadi dan istrinya sedangkan yang depan dipakai oleh istri mudanya yang kurang lebih baru berumur 35 tahun. <br />"Aduh Dik Arie, Bapak tadi dapat perintah dari Tuan Budiman bahwa ia tidak dapat menemani Dik Arie karena harus pergi ke Semarang untuk urusan bisnis. Dan saya diperintahkan untuk mencukupi keperluan Dik Arie. Nah, sekarang kamu mau langsung pulang atau kita jalan- jalan dulu," sambung Pak Dadi melihat ekpresi Arie yang sedikit kecewa karena ketakutan akan tempat tinggal. Melihat gelagat itu Pak Dadi langsung berkomentar, "Jangan takut Dik Arie pokoknya kamu tidak akan ada masalah," tegur Pak Dadi sambil menegaskan akan tidur dimana dan akan kuliah dimana, itu semunya telah diaturnya karena mempunyai uang dan uang sangat berkuasa dibidang apapun. <br />..Mendengar itu Arie menjadi tersenyum, sambil melihat-lihat orang yang berlalu lalang di depanya. Kebetulan pada saat itu jam masuk karyawan sudah dimulai. Begitu banyak karyawati yang cantik-cantik ditambah lagi dengan penampilannya yang mengunakan rok mini. Keberadaan Arie sebagai keponakan dari pemilik perusahan itu sudah tersebar dengan cepatnya. Ditambah lagi dengan postur badan Arie yang atletis dan wajah yang gagah membuat para karyawati semakin banyak yang tersenyum bila melewati Arie dan Pak Dadi yang sedang asyik ngobrol. <br />Mereka tersenyum ketika bertatap wajah dengan Arie dan ia segaja duduk di lobby depan, meskipun tawaran untuk pindah ke lobby tengah terus dilontarkan oleh Pak Dadi karena takut dimarahi oleh Tuan Budiman. Memang tempat lobby itu banyak orang lalu lalang keluar masuk perusahaan, dan semua itu membuat Arie menjadi betah sampai- sampai lupa waktu karena keasyikan cuci mata. <br />Keasyikan cuci mata terhenti ketika Pak Dadi mengajaknya pulang dengan mengendarai sebuah mobil sedan dengan merek Mesri terbaru, melaju ke sebuah kawasan villa yang terletak di pinggiran kota Bandung. Sebuah pemukiman elit yang terletak di pinggiran Kota Bandung yang berjarak kurang lebih 17 Km dari pusat kota. Sebuah kompleks yang sangat mengah dan dijaga oleh satpam. <br />Laju mobil terhenti di depan rumah biru yang berlantai dua dengan halaman yang luas dan di belakangnya terdapat satu rumah yang sama megahnya, kolam renang yang cantik menghiasi rumah itu dan sebagai pembatas antara rumah yang sering didiami Om Budiman dan rumah yang didiami Pak Dadi dan Istrinya. Sedangkan pos satpam dan rumah kecil ada di samping pintu masuk yang diisi oleh Mang Ade penjaga rumah dan istrinya Bi Enung yang selalu menyiapkan makanan untuk Nyonya Budiman. Ketika mobil telah berhenti, dengan sigap Mang Ade membawa semua barang-barang yang ada di bagasi mobil. Satu tas penuh dibawa oleh Mang Ade dan itulah barang- barang yang dibawa Arie. Bi Enung membawa ke ruang tamu sambil menyuruhnya duduk untuk bertemu dengan majikannya. <br />Pak Dadi yang sejak tadi menemaninya, langsung pergi ke rumahnya yang ada di belakang rumah Om Budiman tetapi masih satu pagar dengan rumah Om Budiman. Pak Dadi meninggalkan Arie, sedangkan Arie ditemani oleh Bi Enung menuju ruang tengah. Setelah Tante Rani datang sambil tersenyum menyapa Arie, Bi Enung pun meninggalkan Arie sambil terlebih dahulu menyuruh menyiapkan air minum untuk Arie. <br />"Tante sudah menunggu dari tadi Arie," bisiknya sambil menggenggam tangan Arie tanda mengucapkan selamat datang. <br />"Sampai-sampai Tante ketiduran di sofa", lanjut Tante Rani yang pada waktu itu menggunakan rok mini warna Merah. Wajah Tante Rani yang cantik dengan uraian rambut sebahu menampakkan sifatnya yang ramah dan penuh perhatian. <br />"Tante sudah tahu bahwa Arie akan datang sekarang dan Tante juga tahu bahwa Om Budiman tidak dapat menemanimu karena dia sedang sibuk." <br />Obrolan pun mengalir dengan punuh kekeluargaan, seolah- olah mereka telah lama saling mengenal. Tante Rani dengan penuh antusias menjawab segala pertanyaan Arie. Gerakan-gerakan tubuh Tante Rani yang pada saat itu memakai rok mini dan duduk berhadapan dengan Arie membuat Arie salah tingkah karena celana dalam yang berwarna biru terlihat dengan jelas dan gumpalan-gumpalan bulu hitam terlihat indah dan menantang dari balik CD-nya. Paha yang putih dan pinggulnya yang besar membuat kepala Arie pusing tujuh keliling. Meskipun Tante Rani telah yang berumur Kira-kira 35 tahun tapi kelihatan masih seperti gadis remaja. <br />"Nah, itu Yuni," kata Tante Rani sambil membawa Arie ke ruang tengah. Terlihat gadis dengan seragam sekolah SMP. Memang ruangan tengah rumah itu dekat dengan garasi mobil yang jumlah mobilnya ada empat buah. Sambil tersenyum, Tante Rani memperkenalkan Arie kepada Yuni. Mendapat teman baru dalam rumah itu Yuni langsung bergembira karena nantinya ada teman untuk ngobrol atau untuk mengerjakan PR-nya bila tidak dapat dikerjakan sendiri. "Nanti Kak Arie tidurnya sama Yuni ya Kak." Mendapat pertanyaan itu Arie dibuatnya kaget juga karena yang memberikan penawaran tidur itu gadis yang tingginya hampir sama dengan Arie. Adik kakak yang sama-sama mempunyai badan sangat bangus dan paras yang sangat cantik. Lalu Tante Rani menerangkan kelakuan Yuni yang meskipun sudah besar karena badannya yang bongsor padahal baru kelas dua SMP. Mendengar keterangan itu, Arie hanya tersenyum dan sedikit heran dengan postur badannya padahal dalam pikiran Arie, ia sudah menaruh hati pada Yuni yang mempunyai wajah yang cantik dam putih bersih itu. <br />Setelah selesai berkeliling di rumah Om Budiman dengan ditemani oleh Tante Rani, Arie masuk ke kamarnya yang berdekatan dengan kamar Yuni. Memang di lantai dua itu ada empat kamar dan tiap kamar terdapat kamar mandi. Tante Rani menempati kamar yang paling depan sedangkan Arie memilih kamar yang paling belakang, sedangkan kamar Yuni berhadapan dengan kamar Arie. <br />Setelah membuka baju yang penuh keringat, Arie melihat-lihat pemandangan belakang rumah. Tanpa sengaja terlihat dengan jelas Pak Dadi sedang memeluk istrinya sambil nonton TV. Tangan kanannya memeluk istrinya yang bermana Astri. Sedangkan tangan kirinya menempel sebatang rokok. Keluarga Pak Dadi dari dulu memang sangat rukun tetapi sampai sekarang belum dikeruniai anak dan menurut salah satu dokter pribadi Om Budiman, Pak Dadi divonis tidak akan mempunyai anak karena di dalam spermanya tidak terdapat bibit yang mampu membuahinya. <br />Hari-hari selanjutnya Arie semakin kerasan tinggal di rumah Om Budiman karena selain Tante Rani Yang ramah dan seksi, juga kelakuaan Yuni yang menggemaskan dan kadang-kadang membuat batang kemaluan Arie berdiri. Arie semakin tahu tentang keadaan Tante Rani yang sebetulnya sangat ....kesepian. Kenyataan itu ia ketahui ketika ia dan tantenya berbelanja di suatu toko di pusat kota Bandung yang bernama BIP. Tante Rani dengan mesranya menggandeng Arie, tapi Arie tidak risih karena kebiasaan itu sudah dianggap hal wajar apalagi di depan banyak orang. Tapi yang membuat kaget Arie ketika di dalam mobil, Tante Rani mengatakan bahwa ia sebetulnya tidak bahagia secara batin. Mendengar itu Arie kaget setengah mati karena tidak tahu apa yang harus ia katakan. Tante Rani menceritakan bahwa Om Budiman sekarang itu sudah loyo saat bercinta dengannya. <br />Arie tambah bingung dengan apa yang harus ia lontarkan karena ia tidak mungkin memberikan kebutuhan itu meskipun selama ini ia sering menghanyalkan bila ia mampu memasukkan burungnya yang besar ke dalam kemaluan Tante Rani. Ketika mobil berhenti di lampu merah, Tante Rani dengan berani tiduran di atas paha Arie sambil terus bercerita tentang kegundahan hatinya selama ini dan dia pun bercerita bahwa cerita ini baru Arie yang mengetahuinya. <br />Sambil bercerita, lipatan paha Tante Rani yang telentang di atas jok mobil agak terbuka sehingga rok mininya merosot ke bawah. Arie dengan jelas dapat melihat gundukan hitam yang tumbuh di sekitar kemaluan Tante Rani yang terbungkus CD nilon yang sangat transparan itu. Arie menelah ludah sambil terus berusaha menenangkan tantenya yang birahinya mulai tinggi. Ketika Arie akan memindahkan gigi perseneling, secara tidak segaja dia memegang buah dada tantenya yang telah mengeras dan saat itu pula bibir tantenya yang merekah meminta Arie untuk terus merabanya. <br />Arie menghentikan mobilnya di pinggir jalan menuju rumahnya sambil berkata, "Aku tidak mungkin bisa melakukan itu Tante," Tante Rani hanya berkata, "Arie, Tolong dong.. Tante sudah tidak kuat lagi ingin gituan, masa Arie tidak kasihan sama Tante." Tangan Tante Rani dengan berani membuka baju bagian atas dan memperlihatkan buah dadanya yang besar. Terlihat buah dada yang besar yang masih ditutupi oleh BH warna ungu menantang untuk disantap. Melihat Arie yang tidak ada perlawanan, akhirnya Tante Rani memakai kembali bajunya dan duduk seperti semula sambil diam seperti patung sampai tiba di rumah. Perjalanan itu membuat Arie jadi salah tingkah dengan kelakuan tantenya itu. <br />Kedekatan Arie dengan Yuni semakin menjadi karena bila ada PR yang sulit Yuni selalu meminta bantuan Arie. Pada saat itu Yuni mendapatkan kesulitan PR matematika. Dengan sekonyong- konyong masuk ke kamar Arie. Pada saat itu Ari baru keluar dari kamar mandi sambil merenungkan tentang kelakuannya tadi siang dengan Tante Rani yang menolak melakukan itu. Arie keluar dari kamar mandi tanpa sehelai benang pun yang menutupinya. Dengan jelas Yuni melihat batang kemaluan Arie yang mengerut kedinginan. Sambil menutup wajah dengan kedua tangannya, Yuni membalikkan badannya. Arie hanya tersenyum sambil berkata, "Mangkanya, kalau masuk kamar ketok pintu dulu," goda Arie sambil menggunakan celana pendek tanpa celana dalam. Kebiasaan itu dilakukan agar batang kemaluannya dapat bergerak dengan nyaman dan bebas. <br />Arie bergerak mendekati Yuni dan mencium pundaknya yang sangat putih dan berbulu-bulu kecil. "Ahh, geli Kak Arie.. Kak Arie sudah pake celana yah," tanya Yuni. <br />"Belum," jawab Arie menggoda Yuni. <br />"Ahh, cepet dong pake celananya. Yuni mau minta tolong Kak Arie mengerjakan PR," rengek Yuni sambil tangan kirinya meraba belakang Arie. <br />Melihat rabaan itu, Arie segaja memberikan batang kemaluannya untuk diraba. Yuni hanya meraba-raba sambil berkata, "Ini apa Kak, kok kenyal." Mendapat rabaan itu batang kemaluan Arie semakin menengang dan dalam pikirannya kalau dengan Yuni aku mau tapi kalau dengan kakakmu meskipun sama-sama cantiknya tapi aku juga masih punya pikiran yang betul, masa tenteku digarap olehku. <br />Rabaan Yuni berhenti ketika batang kemaluan Arie sudah menegang setengahnya dan ia melepaskan rabaannya dan langsung membalikkan badannya. Arie kaget dan hampir saja tali kolornya yang terbuat dari karet, menjepit batang kemaluannya yang sudah menegang. <br />Tangan yang tadi digunakan meraba batang kemaluan Arie kembali digunakan menutup wajahnya dan perlahan Yuni membuka tangannya yang menutupi wajahnya dan terlihat Arie sudah memakai celana pendek. "Nah, gitu dong pake celana," kata Yuni sambil mencubit dada Arie yang menempel di susu kecil Yuni. "Udah dong meluknya," rintih Yuni sambil memberikan buku Matematikanya. <br />Saling memeluk antara Arie dan Yuni sudah merupakan hal yang biasa tetapi ketika Arie merasakan kenikmatan dalam memeluk Yuni, Yuni tidak merasakan apa-apa mungkin karena Yuni masih anak ingusan yang badannya saja yang bongsor. Arie langsung naik ke atas ranjang besarnya dan bersandar di bantal pojok ruangan kamar itu. Meskipun ada meja belajar tapi Arie segaja memilih itu karena Yuni sering menindihnya dengan pantatnya sehingga batang kemaluan Arie terasa hangat dibuatnya. Dan memang seperti dugaan Arie, Yuni tiduran di dada Arie. Pada saat itu Yuni menggunakan daster yang sangat tipis dan di atas paha sehingga celana dalam berwarna putih dan BH juga yang warna putih terlihat dengan jelas. Yuni tidak merasa risih dengan kedaan itu karena memang sudah seperti itu hari-hari yang dilakukan bersama Arie. <br />Sambil mengerjakan PR, pikiran Arie melayang- layang bagaimana caranya agar ia dapat mengatakan kepada Yuni bahwa dirinya sekarang berubah hati menjadi cinta pada Yuni. Tapi apakah dia sudah mengenal cinta soalnya bila orang sudah mengenal cinta biasanya syahwatnya juga pasti bergejolak bila diperlakukan seperti yang sering dilakukan oleh Arie dan Yuni. <br />PR pertama telah diselesaikan <br />...dengan cepat, Yuni terseyum gembira. Terlihat dengan jelas payudara Yuni yang kecil. Pikiran Arie meliuk-liuk membayangkan seandainya ia mampu meraba susu itu tentunya sangat nikmat dan sangat hangat. Ketegangan Arie semakin menjadi ketika batang kemaluannya yang tanpa celana dalam itu tersentuh oleh pinggul Yuni yang berteriak karena masih ada PR-nya yang belum terisi. Memang posisi Arie menerangkan tersebut ada di bawah Yuni dan pinggul Yuni sering bergerak-gerak karena sifatnya yang agresif. <br />Gerakan badan Yuni yang agresif itu membuat paha putihnya terlihat dengan jelas dan kadangkala gumpalan kemaluannya terlihat dengan jelas hanya terhalang oleh CD yang berwarna putih. Hal itu membuat nafas Arie naik turun. Yuni tidak peduli dengan apa yang terjadi pada batang kemaluan Arie, malah Yuni semakin terus bermanja- manja dengan Arie yang terlihat bermalas- malasan dalam mengerjakan PR-nya itu. Pikiran Arie semakin kalang kabut ketika Yuni mengerak-gerakkan badan ke belakang yang membuat batang kemaluannya semakin berdiri menegang. Dengan pura-pura tidak sadar Arie meraba gundukan kemaluan Yuni yang terbungkus oleh CD putih. Bukit kemaluan Yuni yang hangat membuat Arie semakin bernafsu dan membuat nafasnya semakin terengah- engah. <br />"Kak cepat dong kerjakan PR yang satunya lagi. Yang ini, yang nomor sepuluh susah." <br />Arie membalikkan badannya sehingga bukit kemaluan Yuni tepat menempel di batang kemaluan Arie. Dalam keadaan itu Yuni hanya mendekap Arie sambil terus berkata, "Tolong ya Kak, nomor sepuluhnya." <br />"Boleh, tapi ada syaratnya," kata Arie sambil terus merapatkan batang kemaluannya ke bukit kemaluan Yuni yang masih terbungkus CD warna Putih. Pantat Yuni terlihat dengan jelas dan mulai merekah membentuk sebuah badan seorang gadis yang sempurna, pinggul yang putih membuat Arie semakin panas dingin dibuatnya. Yuni hanya bertanya apa syaratnya kata Yuni sambil mengangkat wajahnya ke hadapanya Arie. Dalam posisi seperti itu batang kemaluan Arie yang sudah menegang seakan digencet oleh bukit kemaluan Yuni yang terasa hangat. Arie tidak kuat lagi dengan semua itu, ia langsung mencium mulut Yuni. Yuni hanya diam dan terus menghidar ciuman itu. "Kaak.. apa dong syaratnya", kata Yuni manja agresif menggerak-gerakkan badannya sehingga bukit kemaluannya terus menyentuh-nyentuh batang kemaluan Arie. Gila anak ini belum tahu apa- apa tentang masalah seks. Memang Yuni tidak merasakan apa-apa dan ia seakan- akan bermain dengan teman wanitanya tidak ada rasa apa pun. "Syaratnya kamu nanti akan kakak peluk sepuasnya." <br />Mendengar itu Yuni hanya tertawa, suatu syarat yang mudah, dikirain harus pus-up 1000 kali. Konsenterasi Arie dibagi dua yang satu terus mendekatkan batang kemaluannya agar tetap berada di bawah bukit kemaluan Yuni yang sering terlepas karena Yuni yang banyak bergerak dan satunya lagi berusaha menyelesaikan PR-matematikanya. Yuni terus mendekap badan Arie sambil kadang- kadang menggerakkan lipatan pahanya yang menyetuh paha Arie. <br />Setelah selesai mengerjakan PR-nya, Arie menggerak- gerakkan pantatnya sehingga berada tepat di atas bukit kemaluan Yuni. Arie semakin tidak tahan dengan kedaan itu dan langsung meraba- raba pantat Yuni. Ketika Arie akan meraba payudara Yuni. Yuni bangkit dan terus melihat ke wajah Arie, sambil berkata, "PR-nya sudah Kaak.. Arie," sambil Menguap. <br />Melihat PR-nya yang sudah dikerjakan Arie, Yuni langsung memeluk Arie erat-erat seperti memeluk bantal guling karena syaratnya itu. Kesempatan itu tidak dilewatkan oleh Arie begitu saja, Arie langsung memeluk Yuni berguling-guling sehingga Yuni sekarang berada di bawah Arie. Mendapat perlakuan yang kasar dalam memeluk itu Yuni berkata, "Masa Kakak meluk Yuni nggak bosan-bosan." Berbagai alasan Arie lontarkan agar Yuni tetap mau di peluk dan akhirnya akibat gesekan-gesekan batang kemaluan Arie bergerak-gerak seperti akan ada yang keluar, dan pada saat itu Yuni berhasil lepas dari pelukan Arie sambil pergi dan tidak lupa melenggokkan pantatnnya yang besar sambil mencibirkan mulutnya. <br />"Aduh, Gila si Yuni masih tidak merasakan apa- apa dengan apa yang barusan saya lakukan," guman Arie dalam hati sambil terus memengang batang kemaluannya. Arie berusaha menetralisir batang kemaluannya agar tidak terlalu tegang. "Tenang ya jago, nanti kamu juga akan menikmati kepunyaan Yuni cuma tinggal waktu saja. Nanti saya akan pura-pura memberikan pelajaran Biologi tentang anatomi badan dan di sanalah akan saya suruh buka baju. Masa kalau sudah dibuka baju masih belum terangsang." <br />Arie memang punya prinsip kalau dalam berhubungan badan ia tidak mau enak sediri tapi harus enak kedua- duanya. Itulah pola pikir Arie yang terus ia pertahankan. Seandainya ia mau tentunya dengan gampang ia memperkosa Yuni. <br />Ketegangan batang kemaluan Arie terus bertambah besar tidak mau mengecil meskipun sudah diguyur oleh air. Untuk menghilangkan kepenatan Arie keluar kamar sambil membakar sebatang rokok. Ternyata Tante Rani masih ada di ruang tengah sambil melihat TV dan meminum susu yang dibuatnya sendiri. Tante Rani yang menggunakan daster warna biru dengan rambut yang dibiarkan terurai tampak sangat cantik malam itu. Lekukan tubuhnya terlihat dengan jelas dan kedua payuadaranya pun terlihat dengan jelas tanpa BH, juga pahanya yang putih dan mulus terpampang indah di hadapannya. Keadaan itu terlihat karena Tante Rani duduk di sofa yang panjang dengan kaki yang putih menjulur ke depan. <br />Ketenganan Arie semakin memuncak melihat keidahan tubuh Tante Rani yang sangat seksi dan mulus itu. <br />"Kamu kenapa belum tidur Ari," kata Tante Rani sambil menuangkan segelas air susu untuk Arie. <br />"Anu Tante, tidak bisa tidur," balas Arie dengan gugup. <br />Memang Tante Rani yang cantik itu tidak merasa canggung dengan keberadaan Arie, ia tidak peduli dengan keberaan Ari malah ia segaja memperlihatkan keindahan tubuhnya di hadapan Arie yang sudah sangat terangsang. <br />"Maaf ya, Tante tadi siang telah berlaku kurang sopan ....terhadap Arie." <br />"Tidak apa-apa Tante, Arie mengerti tentang hal itu," jawab Arie sambil terus menahan gejolak nafsunya yang sudah diluar batas normal ditambah lagi dengan perlakuan Yuni yang membuat batang kemaluannya semakin menegang tidak tentu arah. <br />"Oom ke mana Tante, kok tidak kelihatan," tanya Arie mengisi perbincangan. <br />"Kamu tidak tahu, Oom kan sedang ke Bali mengurus proyek yang baru," jawab Tante Rani. <br />Memang Om Budiman sangat jarang sekali ada di rumah dan itu membuat Ari semakin tahu akan kebutuhan batin Tante Rani, tapi itu tidak mungkin dilakukannya dengan tantenya. <br />Arie dan Tante Rani duduk di sofa yang besar sambil sesekali tubuhnya digerak- gerakkan seperti cacing kepanasan. Tak diduga sebelumnya oleh Arie, Tante Rani membuka dasternya yang menutupi paha putihnya yang putih bersih sambil menggaruk-garukkan tangannya di seputar gundukan kemaluannya. Mata Arie melongo tidak percaya. Dua kali dalam satu hari ia melihat paha Tante Rani, tapi yang ini lebih parah dari yang tadi siang di dalam mobil, sekarang Tante Rani tidak menggunakan celana dalam. Kemaluannya yang ditumbuhi bulu-bulu yang hitam tersingkap dengan jelas dan tangan Tante Rani terus menggaruk-garuk di seputar kemaluannya itu karena merasa ada yang gatal. <br />Melihat itu Arie semakin gelisah dan tidak enak badan ditambah lagi dengan ketegangan di batang kemaluannya yang semakin menegang. <br />"Kamu kenapa Arie," tanya Tante Rani yang melihat wajah Arie keluar keringat dingin. <br />"Nggak Tante, Arie cuma mungkin capek," balas Arie sambil terus sekali- kali melihat ke pangkal paha putih milik Tante Rani. <br />Setelah merasa agak baikan di sekitar kemaluannya, Tante Rani segaja tidak menutup pahanya, malah ia duduk bersilang sehingga terlihat dengan jelas pangkal pahanya dan kemaluannya yang merekah. Melihat Arie semakin menegang, Tante Rani tersenyum dan mempersilakan Arie untuk meminum susu yang dituangkan di dalam gelas itu. <br />Ketegangan Arie semakin memuncak dan Arie tidak berani kurang ajar pada tantenya meskipun tahu bahwa tantenya segaja memperlihatkan kemulusan pahanya itu. "Tante, saya mau ke paviliun belakang untuk mencari udara segar." Melihat Arie yang sangat tegang itu Tante Rani hanya tersenyum, dalam pikirannya sebentar lagi kamu akan tunduk padaku dan akan meminta untuk tidur denganku. <br />Sebelum sampai ke paviliun belakang Arie jalan-jalan dulu di pinggiran kolam lalu ia duduk sambil melihat kolam di depannya. Sambil terus berusaha menahan gejolaknya antara menyetubuhi tantenya atau tidak. Sambil terus berpikir tentang kejadian itu. Tidak segaja ia mendegar rintihan dari belakang yang kebetulan kamar Pak Dadi. Arie terus mendekati kamar Pak Dadi yang kebetulan dekat dengan Paviliun. Arie mengendus-endus mendekati jendela dan ternyata jendelanya tidak dikunci dan dengan mudah Arie dapat melihat adegan suami istri yang sedang bermesraan. <br />Di dalam kamar yang berukuran cukup besar itu, Arie melihatnya leluasa karena hanya terhalang oleh tumpukan pakaian yang digantung dekat jendela itu. Di dalamnya ternyata Pak Dadi dengan istrinya sedang bermesraan. Istri Pak Dadi yang bernama Astri sedang asyik mengulum batang kejantanan Pak Dadi dengan lahapnya. Dengan penuh birahi Astri terus melahap dan mengulum batang kemaluan Pak Dadi yang ukurannya lebih kecil dari ukuran yang dimiliki Arie. Astri terus mengulum batang kemaluan Pak Dadi. Posisi Pak Dadi yang masih menggunakan pakaian dan celananya yang telah merosot ada di lantai dengan posisi duduk terus mengerang- erang kenikmatan yang tiada bandingnya sedangkan Astri jongkok di lantai. Terlihat Astri menggunakan CD warna hitam dan BH warna hitam. Erangan-erangan Pak Dadi membuat batang kemaluan Pak Dadi semakin mesra di kulum oleh Astri. <br />Dengan satu gerakan Astri membuka daster yang dipakainya karena melihat suaminya sudah kewalahan dengan kulumannya. Terlihat dengan jelas buah dada yang besar masih ditutupi BH hitamnya. Pak Dadi membantu membuka BH-nya dan dilanjutkan dengan membuka CD hitam Astri. Astri yang masih melekat di bandan Pak Dadi meminta Pak Dadi supaya duduk di samping ranjang. Lalu Pak Dadi menyuruh Astri telentang di atas ranjang dan pantatnya diganjal oleh bantal sehingga dengan jelas terlihat bibir kemaluan Astri yang merah merekah menantang kejantanan Pak Dadi. <br />Sebelum memasukkan batang kemaluannya, Pak Dadi mengoleskan air ludahnya di permukaan bukit kemaluan Astri. Dengan kaki yang ada di pinggul Pak Dadi, Astri tersenyum melihat hasil karyanya yaitu batang kemaluan suaminya tercinta telah mampu bangkit dan siap bertempur. Dengan perlahan batang kemaluan Pak Dadi dimasukkan ke dalam liang kemaluan Astri, terlihat Astri merintih saat merasakan kenikmatan yang tiada tara, kepala Astri dibolak-balikkan tanpa arah dan tangannya terus meraba-raba dada Pak Dadi dan sekali-kali meraba buah dadanya. Memang beradunya batang kemaluan Pak Dadi dengan liang senggama Astri terasa cukup lancar karena ukurannya sudah pas dan kegiatan itu sering dilakukannya. Erangan- erangan Astri dan Pak Dadi membuat tubuh Arie semakin Panas dingin, entah sudah berapa menit lamanya Tante Rani memainkan kemaluan Arie yang sudah menegang, ia tersenyum ketika tahu bahwa di belakangnya ada orang yang sedang memegang kemaluannya. <br />"Tante, kapan Tante datang", suara Arie perlahan karena takut ketahuan oleh Pak Dadi sambil berusaha menjauh dari tempat tidur Pak Dadi. Tangan Tante Rani terus menggandeng Arie menuju ruang tengah sambil tangannya menyusup pada kemaluan Arie yang sudah menegang sejak tadi. Sesampainya di ruang tengah, Arie duduk di tempat yang tadi diduduki Tante Rani, sementara Tante Rani tiduran telentang sambil kepalanya ada seputar pangkal paha Arie dengan posisi pipi kanannya menyentuh ...batang kemaluan Arie yang sudah menegang. <br />"Kamu kok orang yang sedang begituan kamu intip, nanti kamu jadi panas dingin dan kalau sudah panas dingin susah untuk mengobatinya. Untung saja kamu tadi tidak ketahuan oleh Pak Dadi kalau kamu ketahuan kamu kan jadi malu. Apalagi kalau ketahuan sama Oommu bisa-bisa Tante ini, juga kena marah." Tante Rani memberikan nasehat- nasehat yang bijak sambil kepalanya yang ada diantara kedua selangkangan Arie terus digesek-gesek ke batang kemaluan Arie. "Tante tahu kamu sekarang sudah besar dan kamu juga tahu tentang kehidupan seks. Tapi kamu pura-pura tidak mau," goda Tante Rani, "Dan kamu sudah tahu keinginan Tantemu ini, kamu malah mengintip kemesraan Pak Dadi," nasehat-nasehat itu terus terlontar dari bibir yang merah merekah, dilain pihak pipi kirinya digesek-gesekkan pada batang kemaluan Arie. <br />Arie semakin tidak dapat lagi menahan gejolak yang sangat tinggi dengan tekanan voltage yang berada diluar batas kemanusiaan. "Tante jangan gitu dong, nanti saya jadi malu sama Tante apalagi nanti kalau oom sampai tahu." Mendengar elakan Arie, Tante Rani malah tersenyum, "Dari mana Oommu tahu kalau kamu tidak memberitahunya." <br />Gila, dalam pikiraanku mana mungkin aku memberitahu Oomku. Gerakan kepala Tante Rani semakin menjadi ditambah lagi kaki kirinya diangkat sehingga daster yang menutupi kakinya tersingkap dan gundukan hitam yang terawat dengan bersih terlihat merekah. Bukit kemaluan Tante Rani terlihat dengan jelas dengan ditumbuhi bulu- bulu yang sudah dicukur rapi sehingga terlihat seperti kemaluan gadis seumur Yuni. <br />Arie sebetulnya sudah tahu akan keinginan Tante Rani. Tapi batinnya mengatakan bahwa dia tidak berhak untuk melakukannya dengan tantenya yang selama ini baik dan selalu memberikan kebutuhan hidupnya. Tanpa disadari tantenya sudah menaikkan celana pendeknya yang longgar sehingga kepala batang kemaluan Arie terangkat dengan bebas dan menyentuh pipi kirinya yang lebut dan putih itu. Melihat Keberhasilanya itu Tante Rani membalikkan badan dan sekarang Tante Rani telungkup di atas sofa dengan kemaluannya yang merekah segaja diganjal oleh bantal sofa. <br />Tangan Tante Rani terus memainkan batang kemaluan Arie dengan sangat lembut dan penuh kasih sayang. "Aduh punya kamu ternyata besar juga," bisik Tante Rani mesra sambil terus memainkan batang kejantanan Arie dengan kedua tangannya. "Masa kamu tega sama Tante dengan tidak memberikan reaksi apa pun Riee," bisik Tante Rani dengan nafas yang berat. Mendengar ejekan itu hati Arie semakin berontak dan rasanya ingin menelan tubuh molek di depannya bulat-bulat dan membuktikan pada tantenya itu bahwa saya sebetulnya bisa lebih mampu dari Pak Dadi. <br />Mulut Tante Rani yang merekah telah mengulum batang kemaluan Arie dengan liarnya dan terlihat badan Tante Rani seperti orang yang tersengat setrum ribuan volt. "Ayoo doong Riee, masa kamu akan menyiksa Tante dengan begini.. ayo dong gerakin tanganmu." Kata-kata itu terlontar sebanyak tiga kali. Sehingga tangan Arie semakin berani menyentuh pantatnya yang terbuka. Dengan sedikit malu-malu tapi ingin karena sudah sejak tadi batang kemaluan Ari menegang. Arie mulai meraba-saba pantatnya dengan penuh kasih sayang. <br />Mendapakan perlakuan seperti itu, Tante Rani terus semakin menggila dan terus mengulum kepuyaan Arie dengan penuh nafsu yang sudah lama dipendam. Sedotan bibir Tante Rani yang merekah itu seperti mencari sesuatu di dalam batang kemaluan Arie. Mendapat serangan yang sangat berapi-api itu akhirnya Arie memutar kaki kirinya ke atas sehingga posisi Arie dan tantenya seperti huruf T. <br />Tangan Arie semakin berani mengusap-usap pinggul tantenya yang tersingkap dengan jelas. Daster tantenya yang sudah berada di atas pinggulnya dan kemaluan tantenya dengan lincah menjepit bantal kecil sofa itu. "Ahkk, nikmat.." Tantenya mengerang sambil terus merapatkan bibir kemaluannya ke bantal kecil itu sambil menghentikan sementara waktu kulumannya. Ketika ia merasakan akan orgasme. "Arie.. Tante sudah tidak tahan lagi nich.." diiringi dengan sedotan yang dilakukan oleh tantenya itu karena tantenya ternyata sangat mahir dalam mengulum batang kemaluannya sementara tangannya dengan aktif mempermainkan sisi-sisi batang kemaluan Arie sehingga Arie dibuatnya tidak berdaya. <br />"Aduh. aduh.. Tante nikmat sekalii.." erang tantenya semakin menjadi-jadi. Hampir tiga kali Tante Rani merintih sambil mengerang. "Aduuh Riee.. terus tekan-tekan pantat Tante.." desah Tante Rani sambil terus menggesek-gesekkan bibir kemaluannya ke bantal kecil itu. Arie meraba kemaluan tantenya, ternyata kemaluan Tante Rani sudah basah oleh cairan-cairan yang keluar dari liang kewanitaannya. "Ariee.. nah itu terus Riee.. terus.." erang Tante Rani sambil tidak henti- hentinya mengulum batang kemaluan Arie. <br />"Kamu kok kuat sekali Riee," bisik tante rRni dengan nafas yang terengah-engah sambil terus mengulum batang kemaluan Arie. Tante Rani setengah tidak percaya dengan kuluman yang dilakukannya karena belum mampu membuat Arie keluar sperma. Arie berguman, "Belum tahu dia, ini belum seberapa. Tante pasti sudah keluar lebih dari empat kali terbukti dengan bantal yang digunakan untuk mengganjal liang kewanitaannya basah dengan cairan yang keluar seperti air hujan yang sangat deras." <br />Melihat batang kemaluan Arie yang masih tegak Tante Rani semakin bernafsu, ia langsung bangkit dari posisi telungkup dengan berdiri sambil berusaha membuka baju Arie yang masih melekat di badannya. "Buka yaa Sayang bajunya," pinta Tante Rani sambil membuka baju Arie perlahan namun pasti. Setelah baju Arie terbuka, Tante Rani membuka juga celana pendek Arie agar posisinya tidak terganggu. <br />Lalu Tante Rani membuka dasternya dengan kedua tangannya, ia sengaja memperlihatkan keindahan tubuhnya di depan Arie. Melihat dua gunung yang telah merekah oleh gesekan sofa dan liang kewanitaan tantenya yang merah ranum akibat gesekan bantal sofa, Ari menelan ludah. Ia tidak membayangkan ternyata tantenya mempunyai tubuh yang indah. ...Ditambah lagi ia sangat terampil dalam memainkan batang kemaluan laki-laki. <br />Masih dengan posisi duduk, tantenya sekarang ada di atas permadani dan ia langsung menghisap kembali batang kemaluan Arie sambil tangannya bergantian meraba-raba sisi batang kemaluan Arie dan terus mengulumnya seperti anak kecil yang baru mendapatkan permen dengan penuh gairah. Dengan bantuan payudaranya yang besar, Tante Rani menggesek-gesek payudaranya di belahan batang kemaluan Arie. Dengan keadaan itu Arie mengerang kuat sambil berkata, "Aduh Tante.. terus Tante.." Mendengar erangan Arie, Tante Rani tersenyum dan langsung mempercepat gesekannya. Melihat Arie yang akan keluar, Tante Rani dengan cepat merubah posisi semula dengan mengulum batang kemaluan dengan sangat liar. Sehingga warna batang kemaluan Arie menjadi kemerah- merahan dan di dalam batang kemaluannya ada denyutan-denyutan yang sangat tidak teratur. Arie menahan nikmat yang tiada tara sambil berkata, "Terus Tante.. terus Tante..", Dan Arie pun mendekap kepala tantenya agar masuk ke dalam batang kemaluannya dan semprotan yang maha dahsyat keluar di dalam mulut Tante Rani yang merekah. Mendapatkan semburan lahar panas itu, Tante Rani kegirangan dan langsung menelannya dan menjilat semua yang ada di dalam batang kemaluan Arie yang membuat Arie meraung- raung kenikmatan. Terlihat dengan jelas tantenya memang sudah berpengalaman karena bila sperma sudah keluar dan batang kemaluan itu tetap disedotnya maka akan semakin nikmat dan semakin membuat badan menggigil. <br />Melihat itu Tante Rani semakin menjadi-jadi dengan terus menyedot batang kemaluan Arie sampai keluar bunyi slurp.., slurp.., akibat sedotannya. Setelah puas menjilat sisa-sisa mani yang menempel di batang kemaluan Arie, lalu Tante Rani kembali mengulum batang kejantanan Arie dengan mulutnya yang seksi. <br />Melihat batang kemaluan Arie yang masih memberikan perlawanan, Tante Rani bangkit sambil berkata, "Gila kamu Riee.. kamu masih menantang tantemu ini yaah.. Tante sudah keluar hampir empat kali kamu masih menantangnya." Mendengar tantangan itu, Arie hanya tersenyum saja dan terlihat Tante Rani mendekat ke hadapan Arie sambil mengarahkan liang kewanitaannya untuk melahap batang kemaluan Arie. Sebelum memasukkan batang kemaluan Arie ke liang kewanitaannya, Tante Rani terlebih dahulu memberikan ciuman yang sangat mesra dan Arie pun membalasnya dengan hangat. Saling pagut terjadi untuk yang kedua kalinya, lidah mereka saling bersatu dan saling menyedot. Tante Rani semakin tergila-gila sehingga liang kewanitaannya yang tadinya menempel di atas batang kemaluan Arie sekarang tergeser ke belangkang sehingga batang kemaluan Arie tergesek-gesek oleh liang kewanitaannya yang telah basah itu. <br />Mendapat perlakuan itu Arie mengerang kenikmatan. "Aduuh Tante.." sambil melepaskan pagutan yang telah berjalan cukup lama. "Clepp.." suara yang keluar dari beradunya dua surga dunia itu, perlahan namun pasti Tante Rani mendorongnya masuk ke lembah surganya. Dorongan itu perlahan- lahan membuat seluruh urat nadi Arie bergetar. Mata Tante Rani dipejamkan sambil terus mendorong pantatnya ke bawah sehingga liang kewanitaan Tante Rani telah berhasil menelan semua batang kemaluan Arie. Tante Rani pun terlihat menahan nikmat yang tiada tara. <br />"Ariee.." rintihan Tante Rani semakin menjadi ketika liang senggamanya telah melahap semua batang kemaluan Arie. Tante Rani diam untuk beberapa saat sambil menikmati batang kemaluan Arie yang sudah terkubur di dalam liang kewanitaannya. <br />"Riee, Tante sudah tidak kuat lagi.. Sayang.." desah Tante Rani sambil menggerakan-gerakkan pantatnya ke samping kiri dan kanan. Mulut tantenya terus mengaduh, mengomel sambil terus pantatnya digeser ke kiri dan ke kanan. Mendapatkan permainan itu Arie mendesir, "Aduh Tante.. terus Tante.." mendengar itu Tante Rani terus menggeser- geserkan pantatnya. Di dalam liang senggama tantenya ada tarik- menarik antara batang kemaluan Arie dan liang kewanitaan tantenya yang sangat kuat, mengikat batang kemaluan Arie dengan liang senggama Tante Rani. Kuatnya tarikan itu dimungkinkan karena ukuran batang kemaluan Arie jauh lebih besar bila dibandingkan dengan milik Om Budiman. <br />Goyangan pantatnya semakin liar dan Arie mendekap tubuh tantenya dengan mengikuti gerakannya yang sangat liar itu. Kucuran keringat telah berhamburan dan beradunya pantat Tante Rani dengan paha Arie menimbulkan bunyi yang sangat menggairahkan, "Prut.. prat.. pret.." Tangan Arie merangkul tantenya dengan erat. Pergerakan mereka semakin liar dan semakin membuat saling mengerang kenikmatan entah berapa kali Tante Rani mengucurkan cairan di dalam liang kewanitaannya yang terhalang oleh batang kemaluan Arie. Tante Rani mengerang kenikmatan yang tiada taranya dan puncak dari kenikmatan itu kami rasakan ketika Tante Rani berkata di dekat telingan Arie. "Ariee.." suara Tante Rani bergetar, "Kamu kalau mau keluar, kita keluarnya bareng- bareng yaah". "Iya Tante.." jawab Arie. <br />Selang beberapa menit Arie merasakan akan keluar dan tantenya mengetahui, "Kamu mau keluar yaa." Arie merangkul Tante Rani dengan kuatnya tetapi kedua pantatnya masih terus menusuk-nusuk liang kewanitaan Tantenya, begitu juga dengan Tante Rani rangkulanya tidak membuat ia melupakan gigitannya terhadap batang kemaluan Arie. Sambil terus merapatkan rangkulan. Suara Arie keluar dengan keras, "Tantee.. Tantee.." dan begitu juga Tante Rani mengerang keras, "Riee..". Sambil keduanya berusaha mengencangkan rangkulannya dan merapatkan batang kemaluan dan liang kewanitaannya sehingga betul-betul rapat membuat hampir biji batang kemaluan Arie masuk ke dalam liang senggama Tante Rani. <br />Akhirnya Arie dan Tante Rani diam sesaat ...menikmati semburan lahar panas yang beradu di dalam liang sorga Tante Rani. Masih dalam posisi Tante Rani duduk di pangkuan Arie. Tante Rani tersenyum, "Kamu hebat Arie seperti kuda binal dan ternyata kepunyaan kamu lebih besar dari suaminya dan sangat menggairahkan." <br />"Kamu sebetulnya sudah tahu keinginan Tante dari dulu ya, tapi kamu berusaha mengelaknya yaa.." goda Tante Rani. Arie hanya tersenyum di goda begitu. Tante Rani lalu mencium kening Arie. Kurang lebih Lima menit batang kemaluan Arie yang sudah mengeluarkan lahar panas bersemayam di liang kewanitaan Tante Rani, lalu Tante Rani bangkit sambil melihat batang kemaluan Arie. Melihat batang kemaluan Arie yang mengecil, Tante Rani tersenyum gembira karena dalam pikirannya bila batang kemaluannya masih berdiri maka ia harus terus berusaha membuat batang kemaluan Arie tidak berdiri lagi. Untuk menyakinkannya itu, tangan Tante Rani meraba-raba batang kemaluan Arie dan menijit-mijitnya dan ternyata setelah dipijit- pijit batang kemaluan Arie tidak mau berdiri lagi. <br />"Aduh untung batang kemaluanmu Riee.. tidak hidup lagi," bisik Tante Rani mesra sambil berdiri di hadapan Arie, "Soalnya kalau masih berdiri, Tante sudah tidak kuat Riee" lanjutnya sambil tersenyum dan Duduk di sebelah Arie. Sesudah Tante Rani dan Arie berpanutan mereka pun naik ke atas dan masuk kamar-masing-masing. <br />Pagi-pagi sekali Arie bangun dari tempat tidur karena mungkin sudah kebiasaannya bangun pagi, meskipun badannya ingin tidur tapi matanya terus saja melek. Akhirnya Arie jalan-jalan di taman untuk mengisi kegiatan agar badannya sedikit segar dan selanjutnya badannya dapat diajak untuk tidur kembali karena pada hari itu Arie tidak ada kuliah. Kebiasaan lari pagi yang sering dilakukan diwaktu pagi pada saat itu tidak dilakukannya karena badannya terasa masih lemas akibat pertarungan tadi malam dengan tantenya. <br />Lalu Arie pun berjalan menuju kolam, tidak dibanyangkan sebelumnya ternyata Tante Rani ada di kolam sedang berenang. Tante Rani mengenakan celana renang warna merah dan BH warna merah pula. Melihat kedatangan Arie. Tante Rani mengajaknya berenang. Arie hanya tersenyum dan berkata, "Nggak ah Tante, Saya malas ke atasnya." Mendapat jawaban itu, Tante Rani hanya tersenyum, soalnya Tante Rani mengetahui Arie tidak menggunakan celana renang. "Sudahlah pakai celana dalam aja," pinta Tante Rani. Tantenya yang terus meminta Arie untuk berenang. Akhirnya iapun membuka baju dan celana pendeknya yang tinggal melekat hanya celana dalamnya yang berwarna biru. <br />Celana dalam warna biru menempel rapat menutupi batang kemaluan Arie yang kedinginan. Loncatan yang sangat indah diperlihatkan oleh Arie sambil mendekati Tante Rani, yang malah menjauh dan mengguyurkan air ke wajah Arie. Sehingga di dalam kolam renang itu Tante Rani menjadi kejaran Arie yang ingin membalasnya. Mereka saling mengejar dan saling mencipratkan air seperti anak kecil. Karena kecapaian, akhinya Tante Rani dapat juga tertangkap. Arie langsung memeluknya erat-erat, pelukan Arie membuat Tante Rani tidak dapat lagi menghindar. <br />"Udah akh Arie.. Tante capek," seru mesra Tante Rani sambil membalikkan badannya. Arie dan Tante Rani masih berada di dalam genangan kolam renang. "Kamu tidak kuliah Riee," tanya Tante Rani. "Tidak," jawab Arie pendek sambil meraba bukit kemaluan Tante Rani. Terkena rabaan itu Tante Rani malah tersenyum sambil memberikan ciuman yang sangat cepat dan nakal lalu dengan cepatnya ia melepaskan ciuman itu dan pergi menjauhi Arie. Mendapatkan perlakuan itu Arie menjadi semakin menjadi bernafsu dan terus memburu tantenya. Dan pada akhirnya tantenya tertangkap juga. "Sudah ah.. Tante sekarang mau ke kantor dulu," kata Tante Rani sambil sedikit menjauh dari Arie. <br />Ketika jaraknya lebih dari satu meter Tante Rani tertawa geli melihat Arie yang celana dalamnya telah merosot di antara kedua kakinya dengan batang kemaluannya yang sudah bangkit dari tidurnya. "Kamu tidak sadar Arie, celana dalammu sudah ada di bawah lutut.." Mendengar itu Arie langsung mendekati Tante Rani sambil mendekapnya. Tante Rani hanya tersenyum. "Kasihan kamu, adikmu sudah bangun lagi, tapi Tante tidak bisa membantumu karena Tante harus sudah pergi," kata Tante Rani sambil meraba batang kemaluan Arie yang sudah menegang kembali. <br />Mendengar itu Arie hanya melongo kaget. "Akhh, Tante masa tidak punya waktu hanya beberapa menit saja," kata Arie sambil tangannya berusaha membuka celana renang Tante Rani yang berwarna merah. Mendapat perlakuan itu Tante Rani hanya diam dan ia terus mencium Arie sambiil berkata, "Iyaa deh.. tapi cepat, yaa.. jangan lama-lama, nanti ketahuan orang lain bisa gawat."Tante Rani membuka celana renangnya dan memegangnya sambil merangkul Arie. Batang kemaluan Arie langsung masuk ke dalam liang kewanitaan Tante Rani yang sudah dibuka lebar-lebar dengan posisi kedua kakinya menempel di pundak Arie. Beberapa detik kemudian, setelah liang kewanitaan Tante Rani telah melahap semua batang kemaluan Arie dan dirasakannya batang kemaluan Arie sudah menegang. Tante Rani menciumnya dengan cepat dan langsung mendorong Arie sambil pergi dan terseyum manis meninggalkan Arie yang tampak kebingungan dengan batang kemaluannya yang sedang menegang. <br />Mendapat perlakuan itu Arie menjadi tambah bernafsu kepada Tante Rani, dan ia berjanji kalau ada kesempatan lagi ia akan menghabisinya sampai ia merasa kelelahan. Lalu Arie langsung pergi meninggalkan kolam itu untuk membersihkan badannya. <br />Setelah di kamar, Arie langsung membuka semua bajunya yang menjadi basah itu, ia langsung masuk kamar mandi dan menggosok ... badan dengan sabun. Ketika akan membersihkan badannya, air yang ada di kamar mandinya ternyata tidak berjalan seperti biasanya. Dan langsung Arie teringat akan keberadaan kamar Yuni. Arie lalu pergi keluar kamar dengan lilitan handuk yang menempel di tubuhnya. Wajahnya penuh dengan sabun mandi. "Yuni.. Yuni.. Yuni.." teriak Arie sambil mengetuk pintu kamar Yuni. "Masuk Kak Ariee, tidak dikunci." balas Yuni dari dalam kamar. <br />Didapatinya ternyata Yuni masih melilitkan badan dengan selimut dengan tangannya yang sedang asyik memainkan kemaluannya. Permainan ini baru didapatkannya ketika ia melihat adegan tadi malam antara kakaknya dengan Arie dan kejadian itu membuat ia merasakan tentang sesuatu yang selama ini diidam-idamkan oleh setiap manusia. <br />"Ada apa Kak Arie," kata Yuni sambil terus berpura-pura menutup badannya dengan selimut karena takut ketahuan bahwa dirinya sedang asyik memainkan kemaluannya yang sudah membasah sejak tadi malam karena melihat kejadiaan yang dilakukan kakaknya dengan Arie. "Anu Yuni.. Kakak mau ikut mandi karena kamar mandi Arie airnya tidak keluar." Memang Yuni melihat dengan jelas bahwa badan Arie dipenuhi oleh sabun tapi yang diperhatikan Yuni bukannya badan tapi Yuni memperhatikan diantara selangkangannya yang kelihatan mencuat. <br />Iseng-iseng Yuni menanyakan tentang apa yang mengganjalnya dalam lilitan handuk itu. Mendengar pertanyaan itu niat Arie yang akan menerangkan tentang biologi ternyata langsung kesampaian dan Arie pun langsung memperlihatkannya sambil memengang batang kemaluannya, "Ini namanya penis.. Sayang," kata Arie yang langsung menuju kamar mandi karena melihat Yuni menutup wajahnya dengan selimut. <br />Melihat batang kemaluan Arie yang sedang menegang itu Yuni membayangkan bila ia mengulumnya seperti yang dilakukan kakaknya. Keringat dingin keluar di sekujur tubuh Yuni yang membayangkan batang kemaluan Arie dan ia ingin sekali seperti yang dilakukan oleh kakaknya juga ia melakukannya. Mata Yuni terus memandang Arie yang sedang mandi sambil tangan terus bergerak mengusap-usap kemaluannya. <br />Akhirnya karena Yuni sudah dipuncak kenikmatan, ia mengerang akibat dari permainan tangannya itu telah berhasil dirasakannya.Dengan beraninya Yuni pergi memasuki kamar mandi untuk ikut mandi bersama Arie. Melihat kedatangan Yuni ke kamar mandi, Arie hanya tersenyum. "Kamu juga mau mandi Yun," kata Arie sambil mencubit pinggang Yuni.<br />Yuni yang sudah dipuncak kenikmatan itu hanya tersenyum sambil melihat batang kemaluan Arie yang masih mengeras. "Kak boleh nggak Yuni mengelus- elus barang itu," bisik Yuni sambil menunjuknya dengan jari manisnya. Mendengar permintaan itu Arie langsung tersenyum nakal, ternyata selama ini apa yang diidam-idamkannya akan mendapatkan hasilnya. Dalam pikiran Arie, Yuni sekarang mungkin telah mengetahui akan kenikmatan dunia. Tanpa diperintah lagi Arie langsung mendekatkan batang kemaluannya ke tangan Yuni dan menuntun cara mengelus-elusnya. Tangan Yuni yang baru pertama kali meraba kepunyaan laki-laki itu sedikit canggung, tapi ia berusaha meremasnya seperti meremas pisang dengan tenaga yang sangat kuat hingga membuat Arie kesakitan. <br />"Aduh.. jangan keras- keras dong Yuni, nanti batang kemaluannya patah." Mendengar itu Yuni menjadi sedikit kaget lalu Ari membatunya untuk memainkan batang kemaluannya dengan lembut. Tangan Yuni dituntunnya untuk meraba batang kemaluan Arie dengan halus lalu batang kemaluan Arie didekatkan ke wajah Yuni agar mengulumnya. Yuni hanya menatapnya tanpa tahu harus berbuat apa. Lalu Arie memerintahkan untuk mengulumnya seperti mengulum ice crem, atau mengulumnya seperti mengulum permen karet. Diperintah tersebut Yuni langsung menurut, mula- mula ia mengulum kepala batang kemaluan Arie lalu Yuni memasukkan semua batang kemaluan Arie ke dalam mulutnya. Tapi belum juga berapa detik Yuni terbatuk- batuk karena kehabisan nafas dan mungkin juga karena nafsunya terlalu besar. <br />Setelah sedikit tenang, Yuni mengulum lagi batang kemaluan Arie tanpa diperintah sambil pinggul Yuni bergoyang menyentuh kaki Arie. Melihat kejadian itu Arie akhirnya menghentikan kuluman Yuni dan langsung mengangkat Yuni dan membawanya ke ranjang yang ada di samping kamar mandi. Sesampainya di pinggir ranjang, dengan hangat Yuni dipeluk oleh Arie dan Yuni pun membalas pelukan Arie. Bibir Yuni yang polos tanpa liptik dicium Arie dengan penuh kehangatan dan kelembutan. Dicium dengan penuh kehangatan itu Yuni untuk beberapa saat terdiam seperti patung tapi akhirnya naluri seksnya keluar juga, ia mengikuti apa yang dicium oleh Arie. Bila Arie menjulurkan lidahnya maka Yuni pun sama menjulurkan lidahnya ke dalam mulut Arie. Dengan permainan itu Yuni sangat menikmatinya apalagi Arie yang bisa dikatakan telah dilatih oleh kakaknya yang telah berpengalaman. <br />Kecupan Yuni kadang kala keluar suara yang keras karena kehabisan nafas. "Pek.. pek.." suara bibir Yuni mengeluarkan suara yang membuat Arie semakin terangsang. Mendengar suara itu Arie tersenyum sambil terus memagutnya. Tangan Arie dengan terampil telah membuka daster putih yang dipakai Yuni. Dengan gerakan yang sangat halus, Arie menuntun Yuni agar duduk di pinggir ranjang dan Yuni pun mengetahui keinginan Arie itu. Bibir Yuni yang telah berubah warna menjadi merah terus dipagut Arie dengan posisi Yuni tertindih oleh Arie. Tangan Yuni terus merangkul Arie sambil bukit kemaluannya menggesek-gesekkan sekenanya. <br />Lalu Arie membalikkan tubuh Yuni sehingga kini Yuni berada di atas tubuh Arie, dengan perlahan tangan Arie membuka BH putih yang masih melekat di tubuh Yuni. Setelah berhasil membuka BH yang dikenakan Yuni, Arie pun membuka CD putih yang membungkus bukit kemaluan Yuni dilanjutkan menggesek- gesekkan sekenanya. Erangan panjang keluar dari mulut Yuni. "Auu.." sambil mendekap Arie keras-keras. Melihat itu Arie semakin bersemangat. Setelah Arie berhasil membuka semua pakaian yang dikenakan Yuni, terlihat Yuni sedikit tenang iapun kembali membalikkan Yuni sehingga ia sekarang berada di atas tubuh Yuni. <br />Arie menghentikan pagutan bibirnya ia melanjutkan pagutannya ke bukit kemaluan Yuni yang telah terbuka dengan bebas. Dipandanginya bukit kemaluan Yuni yang kecil tapi penuh tantangan yang baru ditumbuhi oleh bulu-bulu hitam yang kecil-kecil. Kaki Yuni direnggangkan oleh Arie. Pagutan Arie beganti pada bibir kecil kepunyaan Yuni. Pantat Yuni terangkat dengan sendirinya ketika bibir Arie mengulum bukit kemaluan kecilnya yang telah basah oleh cairan. Harum bukit kemaluan perawan membuat batang kemaluan Arie semakin ingin langsung masuk ke sarangnya tapi Arie kasihan melihat Yuni karena kemaluannya belum juga merekah. Jilatan bibir Arie yang mengenai klitoris Yuni membuat Yuni menjepit wajah Arie. Semburan panas keluar dari bibir bukit kemaluan Yuni. Yuni hanya menggeliat dan menahan rasa nikmat yang baru pertama kali didapatkanya. <br />Lalu Arie merasa yakin bahwa ini sudah waktunya, ditambah lagi batang kemaluannya yang sudah telalu lama menengang. Arie menarik tubuh Yuni agar pantatnya pas tepat di pinggir ranjang. Kaki Yuni menyentuh lantai dan Arie berdiri diantara kedua paha Yuni. <br />Melihat kondisi tubuh Yuni yang sudah tidak menggunakan apa-apa lagi ditambah dengan pemandangan bukit kemaluan Yuni yang sempit tapi basah oleh cairan yang keluar dari bibir kecilnya membuat Arie menahan nafas. Arie berdiri, dan batang kemaluannya yang besar itu diarahkan ke bukit kemaluan Yuni. Melihat itu Yuni sedikit kaget dan merasa takut Yuni menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Melihat gejala itu Arie hanya tersenyum dan ia sedikit lebih melebarkan paha Yuni sehingga klitorisnya terlihat dengan jelas. Ia menggesek-gesekkan batang kemaluannya di bibir kemaluan Yuni. Sambil menggesek- gesek batang kemaluan, Arie kembali mendekap Yuni sambil membuka tangannya yang menutupi wajahnya. Melihat Arie yang membuka tangannya, Yuni langsung merangkulnya dan mencium bibir Arie. Pagutan pun kembali terjadi, bibir Yuni dengan lahapnya terus memagut bibir Arie. Suara erangan kembali keluar lagi dari mulut Yuni. "Aduhh.. Kaak.." erang Yuni sambil merangkul tubuh Arie dengan keras. Arie meraba-raba bukit kemaluan Yuni dengan batang kemaluannya setelah yakin akan lubang kemaluan Yuni, Arie mendorongnya perlahan dan ketika kepala kejantanan Arie masuk ke liang senggama Yuni. Yuni mengerang kesakitan, "Kak.. aduh sakit, Kak.." <br />Mendengar rintihan itu, Arie membiarkan kepala kemaluannya ada di dalam liang senggama Yuni dan Arie terus memberikan pagutannya. Kuluman bibir Yuni dan Arie pun berjalan lagi. Dada Arie yang besar terus digesek-gesekkan ke payudara Yuni yang sudah mengeras. Yuni yang menahan rasa sakit yang telah bercampur dengan rasa nikmat akhirnya mengangkat kakinya tinggi-tinggi untuk menghilangkan rasa sakit di liang senggamanya dan itu ternyata membantunya dan sekarang menjadi tambah nikmat. <br />Kepala kemaluan Arie yang besar baru masuk ke liang kewanitaan Yuni, tapi jepitan liang kemaluan Yuni begitu keras dirasakan oleh batang kemaluan Arie. Sambil mencium telinga kiri Yuni, Arie kembali berusaha memasukkan batang kemaluannya ke liang senggama Yuni. "Aduh.. aduh.. aduh.. Kak," Mendengar rintihan itu Arie berkata kepada Yuni. "Kamu sakit Yuni," bisik Arie di telinga Yuni. "Nggak tahu Kaak ini bukan seperti sakit biasa, sakit tapi nikmat.." <br />Mendengar penjelasan itu, Arie terus memasukkan batang kemaluannya sehingga sekarang kepala kemaluannya sudah masuk semua ke dalam liang senggama Yuni. Batang kemaluan Arie sudah masuk ke liang senggama Yuni hampir setengahnya. Batang kemaluannya sudah ditelan oleh liang kemaluan Yuni, kaki Yuni semakin diangkat dan tertumpang di punggung Arie. Tiba-tiba tubuh Yuni bergetar sambil merangkul Arie dengan kuat. "Aduhh.." dan cairan hangat keluar dari bibir kemaluan Yuni, Arie dapat merasakan hal itu melalui kepala kemaluannya yang tertancap di bukit kemaluan Yuni. Lipatan paha Yuni telah terguyur oleh keringat yang keluar dari tubuh mereka berdua. <br />Mendapat guyuran air di dalam bukit kemaluan itu, Arie lalu memasukkan semua batang kemaluannya ke dalam lubang senggama Yuni. Dengan satu kali hentakan. "Preet.." Yuni melotot menahan kesakitan yang bercampur dengan kenikmatan yang tidak mungkin didapatkan selain dengan Arie. "Auh.. auh.. auh.." suara itu keluar dari mulut kecil Yuni setelah seluruh batang kejantanan Arie berada di dalam lembah kenikmatan Yuni. "Kak, Badan Yuni sesak, sulit bernafas," kata Yuni sambil menahan rasa nikmat yang tiada taranya. Mendengar itu lalu Arie membalikkan tubuh Yuni agar ia berada di atas Ari. Mendapatkan posisi itu Yuni seperti pasrah dan tidak melakukan gerakan apapun selain mendekap tubuh Arie sambil meraung-raung kenikmatan yang tiada taranya yang baru kali ini dirasakannya. <br />Yuni dan Arie terdiam kurang lebih lima menit. "Yuni, sekarang bagaimana badanmu," kata Arie yang melihat Yuni sekarang sudah mulai menggoyang- goyangkan pantatnya dengan pelan-pelan. "Udah agak enakan Kak," balas Yuni sambil terus menggoyang- goyangkan pantatnya ke kiri dan ke kanan. Mendapatkan serangan itu Arie langsung mengikuti gerakan goyangan itu dan goyangan Arie dari atas ke bawah. <br />Lipantan-lipatan kehangatan tercipta di antara selangkangan Yuni dan Arie. Sambil menggoyangkan pantatnya, mulut Yuni tetap mengaduh, "Aduhh.." Merasakan nikmat yang telah menyebar ke seluruh badannya. Tanpa disadari sebelumnya oleh Arie. Yuni dengan ganasnya menggoyang- gonyangkan pantatnya ke samping dan ke kiri membuat Arie kewalahan ditambah lagi kuatnya jepitan bukit kemaluan Yuni yang semakin menjepit seperti tang yang sedangmencepit paku agar paku itu putus. Beberapa menit kemudian Arie memeluk badan Yuni dengan eratnya dan batang kemaluannya berusaha ditekan ke atas membuat pantat Yuni terangkat. Semburan panas pun masuk ke bukit kemaluan Yuni yang kecil itu. Mendapat semburan panas yang sangat kencang, Yuni mendesis kenikmatan sambil mengeram, "Aduhh.. aduh.. Kak.." <br />Selang beberapa menit Arie diam sambil memeluk Yuni yang masih dengan aktif menggerak-gerakkan pantatnya ke kiri dan ke kanan dengan tempo yang sangat lambat. Setelah badannya merasa sudah agak baik, Arie membalikkan tubuh Yuni sehingga sekarang tubuh Yuni berada di bawah Arie. Batang kemaluan Arie masih menancap keras di lembah kemaluan Yuni meskipun sudah mengeluarkan sperma yang banyak. Lalu kaki Yuni diangkat oleh Arie dan disilangkan di pinggul. Arie mengeluarkan batang kemaluannya yang ada di dalam liang senggama Yuni. Mendapat hal itu mata Yuni tertutup sambil membolak- balikkan kepala ke kiri dan ke kanan lalu dengan perlahan memasukkan lagi batang kemaluannya ke dalam liang senggama Yuni, turun naik batang kemaluan Arie di dalam liang perawan Yuni membuat Yuni beberapa kali mengerang dan menahan rasa sakit yang bercampur dengan nikmatnya dunia. Tarikan bukit kemaluan Yuni yang tadinya kencang pelan- pelan berkurang seiring dengan berkurangnya tenaga yang terkuras habis dan selanjutnya Arie mengerang-erang sambil memeluk tubuh Yuni dan Yuni pun sama mengeluarkan erangan yang begitu panjang, keduanya sedang mendapatkan kenikmatan yang tiada taranya. <br />Arie mendekap Yuni sambil menikmati semburan lahar panas dan keluarnya sperma dalam batang kemaluan Arie dan Yuni pun sama menikmati lahar panas yang ada dilembah kenikmatannya. Kurang lebih lima menit, Arie memeluk Yuni tanpa adanya gerakan begitu juga Yuni hanya memeluk Arie. Dirasakan oleh Arie bahwa batang kemaluannya mengecil di dalam liang kemaluan Yuni dan setelah merasa batang kemaluannya betul-betul mengecil Arie menjatuhkan tubuhnya di samping Yuni. Arie mencium kening Yuni. Yuni membalasnya dengan rintihan penyesalan, seharusnya Arie bertanggung jawab atas hilangnya perawan yang dimiliki Yuni. <br />Mendengar itu Arie hanya tersenyum karena memang selama ini Arie mendambakan istri seperti Yuni ditambah lagi ia mengetahui bila hidup dengan Yuni maka ia akan mendapatkan segalanya. Arie mengucapkan selamat bobo kepada Yuni yang langsung tertidur kecapaian dan Arie langsung keluar dari kamar Yuni setelah Arie menggunakan pakaiannya kembali. <br />Arie masuk ke dapur, didapatnya tantenya sedang dalam keadaan menungging mengambil sesuatu. Terlihat dengan jelas celana merah muda yang dipakai tantenya. Tante Rani dibuat kaget karena Arie langsung meraba liang kewanitaannya yang terbungkus CD merah muda sambil menegurnya. "Tante sudah pulang," tanya Arie. Sambil melepaskan rabaan tangannya di liang kewanitaan tantenya. Lalu Arie membuka kulkas untuk mencari air putih. "Iya, Tante hanya sebentar kok. Soalnya Tante kasihan dengan burung kamu yang tadi Tante tinggalkan dalam keadaan menantang," jawab Tante Rani sambil tersenyum. "Bagaimana sekarang Arie burungnya, sudah mendapatkan sarang yang baru ya.." Mendapat ejekan itu, Arie langsung kaget. "Ah Tante, mau cari sangkar di mana," jawab Arie mengelak. "Arie kamu jangan mengelak, Tante tau kok.. kamu sudah mendapatkan sarang yang baru jadi kamu harus bertanggung jawab. Kalau tidak kamu akan Tante laporkan sama Oom dan kedua orang tuanmu bahwa kamu telah bermain gila bersama Yuni dan Tante." <br />Mendengar itu, Arie langsung diam dan ia akan menikahi Yuni seperti yang dijanjikanya. Mendengar hal itu Tante Rani tersenyum dan memberikan kecupan yang mesra kepada Arie sambil meraba batang kemaluan Arie yang sudah tidak kuat untuk berdiri. Melihat batang kemaluan Arie yang sudah tidak kuat berdiri itu Tante Rani tersenyum. "Pasti adikku dibuatnya KO sama kamu yaa.. Buktinya burung kamu tidak mau berdiri," goda Tante Rani. "Ahh nggak Tante, biasa saja kok." <br />Tante Rani meninggalkan Arie, sambil mewanti-wanti agar menikahi adiknya. Akhirnya pernikahan Yuni dengan Arie dilakukan dengan pernikahan dibawah tangan atau pernikahan secara agama tetapi dengan tanpa melalui KUA karena Yuni masih dibawah umur. <br />TAMATsahronihttp://www.blogger.com/profile/04363341387314395578noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5426126127632947342.post-73928557489636469022010-02-27T22:32:00.001-08:002010-02-27T22:32:19.511-08:00gadi smu hotpasti hari ini , gua di pangil ke kantor kepsek lagi ? pikirnya . Dia terus berjalan memasuki ruang kelasnya . Wajahnya yang putih , tampak cantik dengan jilbab putihnya yang bersih . Bel tanda di mulainya pelajaran berbunyi . Tak lama seorang guru , memasuki kelas dimana gadis itu duduk . ? selamat pagi , pak ? sapa murid murid nya serempak . pagi ..? jawab guru itu . Guru itu melihat satu persatu anak didiknya . Fitri ..? suara guru itu menghentak gadis cantik berjilbab itu . ? ya ..pak ? Jawab Fitri. kamu di panggil ke ruang kepala sekolah ? Kata guru itu . Fitri sudah tahu sebelumnya , sudah telat satu minggu dia belum melunasi SPP nya.Apa lagi bulan lalu dia masih menunggak .Dengan gontai Fitri bangun dari kursinya dan berjalan ke luar ruang kelasnya . Beberapa pasang mata , teman temannya melihatnya . tok tok ?? suara ketukan pintu di ruang kepsek terdengar . ? masuk ? begitu jawaban dari dalam ruang itu . Fitri membuka pintu ruang kep sek itu . ? selamat pagi pak ? sapa Fitri kepada kepala sekolahnya . Kepala sekolah itu menatap Fitri , gadis cantik , kelas 1 SMU yang selalu berjilbaba . Di usianya yang baru enam belas tahun , tercermin kecantikan dan ke elokan di wajahnya. hemm , apa yang ada di balik rok abu abu panjang , yang eloe pakai fitri..? guman kep sek itu dalam hati . begini Fitri , soal pembayaran SPP ..? kata kep sek itu . ? maaf , pak .. orang tua saya belum punya uang..? jawab Fitri . ? yah , tapi peraturan , Fitri tidak bisa begitu , kamu sudah menunggak , dan sekarang juga belum bayar , kamu akan di keluarkan dari sekolah ini ..? kata kep sek itu . ? tolong pak , beri saya waktu ..? iba Fitri . ehm .. saya tahu , kamu murid yang pandai , sayang kalau sampai putus sekolah ..? jawab kep sek itu. ? tolonglah pak ?? iba Fitri lagi . Mata kepsek itu dengan jalang , menatap Fitri . Dia tersenyum dan berkata ? Fitri , kamu sudah punya pacar?? . Fitri agak tercengang dengan pertanyaan kepala sekolahnya yang tidak relevan ini . Fitri menjawab ? tidak saya tidak punya pacar pak ? jawab Fitri . ? bagus. .. bagus..? jawab kep sek itu . Kamu akan terus di sekolah ini , tidak usah bayar SPP , asal kamu mau bercinta dengan saya..? kata kep sek itu . Kuping Fitri terasa panas mendengar kata kata kep sek itu . ? pak , maksud bapak apa ? ? kata Fitri . ha ha ha , saya rasa kamu tahu , maksud saya , apa perlu saya perjelas ..? kata kep sek itu lagi . Fitri mengeleng ? pak saya tidak bisa?? jawab Fitri. ? kalau begitu , kamu di keluarkan dari sekolah ini sekarang juga..? bentak kep sek itu . tapi ?tapi ?pak ..tolong jangan keluarkan saya?? iba Fitri. Kep sek itu tersenyum ? Fitri saya tidak sejahat itu , saya cuma ingin bersenang senang dengan kamu , sayang??. Fitri diam menundukkan kepalanya , di hatinya berkecamuk segala macam pikiran . Fitri , kalau kamu mau saya malah bisa , memberi kamu uang jajan setiap harinya ..? kata kep sek itu lagi . Fitri hanya bisa diam , mulutnya tak mampu untuk berbicara . Dan Kep sek itu mulai mendekatinya , dan tiba tiba mencium bibir Fitri . Saat itu Fitri meronta ? jangan pak ?jangan ?saya tak mau ?? . Fitri lalu berlari ke arah pintu , tapi Kep sek itu lebih sigap , Pintu di ruangan itu berhasil di tahan oleh Kep sek itu . Dan Kep sek itu menraik tangan Fitri menjauh dari pintu itu , lalu mengunci pintu ruang itu . Fitri terus meronta , tapi kepsek itu menampar pipinya . ? aduh ? jerit Fitri , dengan sebagian wajah cantiknya tertutup jilbab putih yang di kenakannya. Lalu dengan kuat tubuh imut ABG itu di hempaskan ke sofa di ruang itu .? elo jangan macem macem , lebih baik turuti kemauan gua..atau gua akan memyiksa eloe ? ancam Kep sek itu . Fitri mulai panik . ? jangan saya tidak mau ..lepaskan?? jeritnya . ? plak ?? kep sex itu kembali menampar wajahnya , meninggalkan bekas memerah di pipinya . ampun pak ? jangan..sakit?? erang Fitri sambil memegang pipinya . ? diam jangan cerewet loe..? kata Kep sex itu yang sudah di kuasi nafsu birahinya . Tangan kep sek itu dengan cepat melepas kancing baju seragamnya , satu persatu . juga bra yang di kenakannya . Buah dadanya yang baru tumbuh itu menjadi santapan liar mata kep sex itu . Putting susunya yang kecil di sentuhnya , Fitri kembali merota ? jangan pak ..jangan ..saya malu ?? . diam , mau gua tabok lagi loe ..yah?? bentak kep sek itu . Fitri terdiam , air matanya mulai mengalir . Tiba tiba , putting susunya di cubit dan di tarik kepsek itu . ? aduh..sakit?jangan..sakit..ampun ?? erang Fitri . Kepsek itu menyeringai , ? yah terus menjerit , gua suka mendengarnya ?? Kepsek itu terus mencubit , dan memilin milin putting susu imut milik ABG itu , membuat Fitri merasa kesakitan . Lalau dia berhenti , dan mejilati putting susu Fitri .dan menyusui di buah dada ABG itu . ? ih ..eh..jangan pak ?ahh?? erang Fitri . Rok panjang yang di kenakannya , mulai di naikkan ke atas terus sebatas pinggulnya . Fitri kini tak bisa berbuat apa apa , hanya pasrah , memperlihatkan ke mulusan pahanya . Tangan kepsek itu pun mengelus elus , paha mulus dan licin itu , sambil matanya menatap selakanganan anak didiknya , yang masih terbungkus celana dalam pinknya itu . benar benar bikin nafsu ..? ujar kep sek itu . Kemudian kedua belah kaki Fitri di buka lebar oleh Kepsek itu . Hidung Kepsek mendekati selangkangan celana dalam itu , dan menghirup aromanya ? hmmm , benar benar aroma perawan ? puji Kepsek itu dengan menyeringai .Tangan Kepsek lalu melepas celana dalam pink itu . dan kembali melebarkan kedua belah kaki Fitri. Mata Kepsek terbelak , menyaksikan vagina Fitri yang masih muda itu . Belahanya masih terasa sempit . Dengan bulu bulu halus yang baru tumbuh di bukit vaginanya . Dengan dua jarinya Kepsek membelah bibir vagina itu , dan menemukan klitorisnya yang merah , serta liang vaginanya yang tampak rapat . Lidah Kepsek pun menjulur , menjilati vagina Fitri. ? ihhhh?.ihhh?jangan pak ..geli .. ?.? erang Fitri, dengan tubuh yang mengeliat . Lidah Kepsek terus saja , menyapu vaginanya . bergerak cepat di klitorisnya yang terlihat semakinn tegang. Fitri pun terus menerus mengeliat , dan mengerang . Tanpa terasa , birahi ABG itu pun terusik , dia merasakan nikmat yang baru pertama kali di rasakannya . Dari liang vaginanya yang perawan , terasa mulai di basahi oleh lendir birahinya . Lidah Kepsek semakin liar menyapu vagina Fitri, dan Birahi Fitrisudah birahi .? ahhh sudah pak ahhh?sudah?ahh??? erang Fitri. . Kepsek itu menghentikan jilatannya dan memandang wajah cantik ABG berjilbab itu . ? sudah ..yang benar .. jangan pura pura , gua tahu eloe suka di jilatin ..? kata Kepsek itu . Wajah Fitri memerah . Lidah kepsek itu tiba tiba menjilati lagi klitorisnya . ? ehhhh?.ahhhh?. ahhh?? Fitri kembali mengerang . Lidah itu terus menyapu dengan liar . tak lama kepsek itu kembali bertanya pada Fitri , sambil menatap wajah cantik ABG berjilbab iitu . ? enak engak Fitri sayang ..? . Fitri tak menjawab dia memejamkan matanya . ? eh kalau di tanya jawab dong , enak engak?? kepsek itu mengulangi pertanyaannya . Fitri menjawab singkat ? enak ..? , sambil menutup wajah cantiknya dengan jilbab putihnya .. ahhh?ahh.. pak? ? erang Fitri ketika kembali merasakan lidah kepsek itu menyapu vaginanya . Dan kepsek itu terus menstimulasi klitoris Fitri yang tampak sudah semakin membesar karena birahinya . Liang vaginanya terus mengeluarkan lendir birahinya . Tubuh Fitri terus mengeliat , merasakan kenikmatan . Kenikmatan yang baru pertama kali dirasakannya . Tanpa sadar birahinya semakin memuncak , orgasme semakin mendekati , ada suatu desakan dalam tubuh Fitri . Lidah kepsek itu bergerak terus , dan Tubuh Fitri tiba tiba kejang , lalu mengejet beberapa kali . ? ahhh?.enak sekali?.? erang Fitri , tak bisa lagi menyembunyikan perasaannya . Kepsek itu tahu jelas Fitri baru saja orgasme . Dia berhenti , dan membiarkan Fitri menikmati orgasmenya . Entah mimpa apa Kepsek semalam , tapi dia merasa sangat beruntung , bisa menikmati tubuh muda belia gadis ini . Dengan segera Kepsek melepas celananya sekaligus kolor hitamnya . Penisnya langsung mencuat , tegang sekali . Kepsek menyodorkan penis itu di mulut Fitri. Tapi Fitri membuang muka , merasa jijik dengan benda asing , yang baru pertama kali dilihatnya itu . ? Fitri , ayo gantian dong ?? bujuk kepsek itu . Kepsek itu memegang tangan Fitri , dan membawanya ke batang penisnya yang sudah tegang itu . Fitri meraba raba penis itu . Mata Kepsek merem melek , ketika batang penisnya di remas jari jari lembut Fitri. ? ahhh? ? ahh..enak?.? erang Kepsek . Tangan Fitri terus meremas batang penis kepsek itu . Fitri pun merasakan sensasi nya . Fitri sayang , jilat in dong ..ayo ..? pinta kepsek itu . Tapi Fitri terluhat ragu sekali . Tapi kepsek itu terus membujuknya . Akhirnya Fitri menjulurkan lidahnya , dan menjilati batang penis itu . Karena Fitri belum pengalaman , maka kepsek itu segera menarik penisnya .Kepsek itu yang sudah bernafsu segera mengarahkan penis itu ke vagina Fitri. Kepala penis itu , menempel di liang vagina Fitri. Perlahan , penis yang besar itu di tekan masuk ke dalam liang vagina Fitri . awww?. Sakit pak?ampun ?setop .. ? jerit Fitri, ketika penis Kepsek yang besar itu ,menerobos masuk liang vaginanya , merobek selaput daranya . Fitri mengigit bibirnya menahan rasa sakit di vaginanya , dan Kepsek itu terus menekan , hingga penisnya mentok di dalam liang vagina Fitri. Perlahan Kepsek , menarik keluar penisnya dari liang vagina Fitri, disertai erangan Fitri. gila , enak bener m*m*k eloe sayang ?? Kepsek melenguh , sambil terus mengerakkan penisnya dalam vagina Fitri.. Kepsek itu merasa nikmat sekali , tapi Fitri merasakan kesakitan sekali . Vaginanya yang perawan , di lukai oleh penis kepsek itu yang cukup besar . Tangan Fitri mengcengkram ujung sofa kulit di ruang itu . Dari mulutnya terdengar erangan kesakitan. Raut mukanya meringis ringis menahan sakit dan pedih di vaginanya. Sementara kepsek itu terus mengerakkan batang penisnya keluar masuk laing vagina ABG itu penuh nafsu . Nafasnya ngos ngosan , keringat membahasi dahinya . Penis itu terus menusuk nusuk liang vagina Fitri . ? aduh ..sakit ..sudah pak ?sakit sekali ?? erang Fitri . Tapi kepsek itu tidak peduli , hasratnya harus terpenuhi . Tubuh Fitri menjadi lemas , saat sata mendekati ejakulasinya , gerakan kepsek itu semakin liar , Penis itu di hentak hetakan dalamliang vagina Fitri . Fitri menjerit setiap kali batang penis itu menghentak dalam liang vaginaya. ? aduh..sakit?.? . Untunglah tak lama kemudian penis besar itu berhenti bergerak . Penis itu diam dalam liang vagina Fitri . Dan Fitri bisa merasakan sperma kepsek itu membajiri liang vaginanya . Perlahan penis kepsek itu terlepas dari liang vaginanya . Tampak sperma mengalir keluar dari liang vagina Fitri yang memar memerah . Ada bercak darah di vaginanya . Kepsek itu memberinya tisuue , ? ini di lap , tuh m*m*k ? kata kepsek itu . Sambil melap vaginanya , air mata Fitri mengalir . ? udeh gak usah nangis segala ..:? kata kepsek itu . Fitri pun segera memakai kembali pakaiannya , merapikan jilbabnya yang acak acakkan . Lalu dia berjalan ke arah pintu . Fitri , ini buat eloe jajan..? kata kepsek itu , sambil memberikan beberapa lembar , uang lima puluh ribuan . eloe jangan takut , eloe akan tetap sekolah disini ..? kata Kepsek itu l . Fitri menatap kepsek itu . ? oh iyah , dan jangan lupa besok eloe kemari lagi yah?? kata kepsek itu . Fitri hanya diam , lalu kepsek itu membuka pintu ruang itu , dan Fitri berjalan dengan kepala tertunduk kembali ke kelasnya .sahronihttp://www.blogger.com/profile/04363341387314395578noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5426126127632947342.post-7713416852419451792010-02-27T22:29:00.000-08:002010-02-27T22:30:39.594-08:00jadi pemuas majikanNamaku sebut saja ningsih (18) aku seorang pembantu rumah tangga di sebuah keluarga kaya raya di jakarta. Pekerjaan ini terpaksa aku lalukan karena aku hanya lulusan SMP dan aku butuh uang untuk membantu ekonomi keluargaku di kampung. Kata orang wajahku lumayan cantik dengan proporsi tubuh tinggi 164 cm dan berat 48 kg. Kulit ku juga bersih dan mulus. Terus terang aku senang bekerja sebagai pembantu di keluarga Nyonya Rini ini. Majikanku penyabar memberi gaji bulanan yang cukup dan memperlakukanku dengan baik. Suami majikanku seorang pengusaha sementara Nyonya Rini seorang dosen. Kisah yang akan aku ceritakan ini bermula saat putra tunggal majikanku, Mas Rafy 22th, pulang karena liburan dari kuliahnya di Australia. Saat aku baru menjadi pembantu mas Rafy sudah kuliah di Australia sehingga baru saat dia pulang liburan inilah aku bertemu dengannya. Putra majikanku itu ternyata juga ramah seperti ke dua orang tuanya, Dia juga tampan dan tubuhnya atletis. Hanya beberapa hari setelah bertemu aku sudah akrab denganya. Aku ngak menyangka kalau akau akan terlibat kisah asmara denganya. Ceritanya pagi itu aku di panggil oleh Putra majikanku itu. Sampai di kamarnya aku kaget banget karena waktu itu mas Rafy sedang nonton Film Dewasa. Aku kikuk banget tapi Mas Rafy santai sekali, sama sekali tidak malu meski ketahuan sedang nonton Film begituan. Aku jadi menundukkan kepala karena malu. "Mas rafy memanggil saya ada apa" tanyaku dengan gugup sambil berusaha untuk tidak melihat tontonan panas di TV 21 inci yang sedang di tonton oleh putra majikanku itu. "Iya tolong..rapikan tempat tidurku dan mejaku, aku mau mandi dulu." Katanya setelah bangkit dari tempat tidurnya. Ia lalu menepuk bahuku dan pergi dengan santainya ke kamar mandi tanpa mematikan pesawat TV nya yang masih menayangkan film panas dari VCD. Setelah Mas Rafy pergi ke kamar mandinya aku lalu merapikan tempat tidurnya yang berantakan. Adegan panas yang ada di TV bisa aku lihat dengan jelas menampilkan adegan sepasang pria dan wanita bule yang sedang berhubungan intim di atas ranjang. Saat itu tubuhku panas dingin menyaksikannya. Setelah ranjang mas Rafy selesai aku rapikan, tanpa sadar aku duduk di tepi ranjang dan justru menonton film dewasa yang baru pertama kalinya aku saksikan itu, sampai lupa untuk merapikan meja Mas Rafy yang berserakan dengan buku dan majalah. Adegan film panas itu membuat tubuhku panas dingin dan tanpa sadar aku lupa diri, tanpa sadar aku meremas-remas buah dadaku dengan tangan kiri sementara tangan kananku merabai selangkanganku sendiri. Kegiatan nonton dan merangsang diri sendiri itu tanpa sadar kulakukan beberapa menit hingga aku tidak tahu kalau mas rafy sudah selesai mandi. Tiba-tiba saja Ia sudah duduk di sampingku dengan tubuh setengah telanjang karena hanya handuk yang menutupi bagian bawah tubuhnya. "Bagus ya filmnya.." katanya tiba-tiba yang membuat kaget setengah mati. Aku jadi malu sendiri. Aku tundukan kepalaku, tubuhku panas dingin dan wajahku waktu itu pasti merah karena malu dan juga karena adegan film itu membuatku terangsang sekali. "Maaf mas, mejanya belum di rapikan.." kataku seraya bangkit dan hendak merapikan mejanya. "Ngak usah, nanti saja...Filmnya khan belum selesai. tanggung temani aku nonton ya" kata nya sambil memegangi tanganku. Bagai kerbau di congok hidungnya aku menurut saja dan kembali duduk di tepi ranjang, saat itu aku salah tingkah, kikut dan tubuhku serasa panas dingin. Saat itu adegan film menampilkan adegan oral seks yang dilakukan si wanita pada pasangan prianya. Adegan film panas di tambah dengan mas rafy yang duduk di sampingku tengah santai menonton dengan tubuh atletis yang hanya di tutupi handuk membuatku begitu terangsang. Lalu putra majikanku itu mendekatkan tubuhnya hingga mepet dengan tubuhku. Dia lalu meraih daguku dan mendekatkan bibirnya ke bibirku. "Ningsih kamu cantik sekali" katanya dengan lembut. saat itu aku tidak tahu harus bagaimana. Pikiranku kacau, seharusnya aku segera berlari keluar dari kamarnya untuk menghindari hal-hal buruk yang akan terjadi. tapi aku hanya bisa diam dan tubuhku terasa kaku. Akhirnya bibirku di kecup dan di kulum oleh Mas Rafy. Mungkin karena aku sudah terangsang gara-gara nonoton Blue film tadi, aku jadi pasrah dan diam saja waktu tubuhku direbahkannya dan ciumannya sudah pindah ke leherku. "Ohh..mas.." desahku tanpa sadar waktu tangan putra majikanku itu mengusap pangkal pahaku dengan rangsangan yang hebat. Tanpa aku sadari mas rafy telah melucuti pakaianku. Setelah Bh-ku di lepasnya dia lalu menciumi dan mengulum lembut puting susuku. Aku mendesah dan makin terangsang karena hal itu belum pernah aku rasakan sebelumnya. Aku mendesad dan mengeliat keenakan saat bibir dan lidah nya menyapu permukaan buah dadaku yang berukuran bra 36B itu. Apalagi saat puting susuku disedot dan di kenyotnya dengan penuh nafsu. Waktu itu aku sudah tidak bisa berpikir sehat yang ada dalam pikiranku adalah aku ingin mersakan kenikmatan. Aku jadi berani lalu menarik handuk yang melilit tubuh Mas Rafy hingga terlepas, aku terkejut melihat ukuran alat vital putra majikanku itu yang begitu besar dan telah berdiri tegak denga gagahnya. Dia lalu melolosi cenana dalamku dan mengarahkan alat vitalnya di ke arah kewanitaanku. saat ujung senjatanya yang digeser-geserkan di bibir kewaiitaanku aku jadi terangsang hebat. Tapi tiba-tiba aku merasakan sakit saat liang kewanitaanku di terobos oleh kejantanan mas Rafy. Aku merintih dan menjerit kecil saat mas Rafy menarik dan mendorong kepunyaanya itu. "Aduh Mas.., sakit" rintihku. "Ngak apa-apa..nanti sebentar juga hilang sakitnya." bisiknya di telingaku dengan maja melem-melek merasakan nikmat. Benar juga katanya, lama lama rasa sakit dan perih dikewanitaanku berangsur-angsur hilang dan kini hanya rasa nikmat yang kurasakan. "Aaaaahhh...ohhhh" desahku sambil mulai mengoyangkan pinggulku untuk mengimbangi gerakan Mas Rafy. Saat itu aku tak peduli dan tak memikirkan sama sekali bahwa aku telah kehilangan keperawananku. yang aku inginkan adalah kenikmatan yang semakin nikmat karena mau mencapai puncak. Mas rafy terus menyetubuhiku sambil bibirnya menngulum-ngulum bibirku. Akupun kini membalas lumatan bibirnya dan permainan lidahnya di dalam mulutku sambil sesekali terus mendesis dan merintih karena sodokan-sodokan kejantanannya di kewanitaanku. Beberapa menit kemudian seluruh persendian tubuhku serasa menegang. "Ohhh..Mas..Terus mas" desisku tanpa sadar. Putra majikanku itupun makin bernafsu dan menyetubuhiku dengan lebih beringas dan makin cepat gerakannya, sampai akhirnya "Aaaahhhhhh...." dengan lenguhan panjang aku mencapai puncak kenikmatan Tahu kalau aku telah mencapai puncak, lalu Dia mencabut senjatanya dari liang vaginaku. Kulihat ada percikan darah di batang kemaluannya. Dia lalu memintaku untuk melakukan oral seks seperti yang tadi aku tonton di blue film. Aneh, Aku sama sekali tidak menolakknya dan justru ingin melakukannya. Lalu mas Rafy merebahkan tubuhnya dengan punggung bersandar di tumpukan bantal. Sementara aku duduk bersimpuh di atara kedua kakinya. Ukuran alat vitalnya yang besar dan panjang itu rupanya membuatku jadi sangat bernafsu. Aku tidak menyangka kalau aku yang gadis dusun ini memiliki nafsu seks yang tinggio yang sebelumnya tidak aku sadari. Lalu aku mempraktekkan apa yang tadi aku tonton di Blue film. Ujung Rudal Mas Rafy mulai aku cium dan aku jilati lalu aku masukan ke dalam mulutku dan aku kocok. Majikan mudaku itu mengerang dan mengeliat merasakan nikmat. "Terus Ning..ohh..ohhh" desahnya. Aku juga di minta untuk menjilati bagian bawah kemaluannya dan buah zakarnya sedangkan tangganku mengocok batang kemaluannya. Setelah puas dengan permainan oral seks-ku, aku di minta duduk diatas senjatanya. Permainanpun dilanjutkan dimana aku berada di atas. Kemuadian aku bergoyang naik turun sementara putra majikanku itu mendekap pantatku dan sesekali mendorongkan pantatnya ke atas mengimbangi goyanganku. Rintihan dan desahanku bersahutan dengan lenguhan mas rafy yang tengah berpacu menuju puncak. Beberapa saat kemudian aku sepertinya akan kembali mencapai puncak dan sepertinya Mas rafy juga. Ia lebih agresif mendorongkan senjatanya ke atas. Tak berapa lama aku kembali menegang dan mencapai puncak lalu di susul dengan teriakan mas rafy yang juga mencapai puncak. "Ohhh..ohhh..Ningsih aku keluar sayang..ohhh..ahhh" teriaknya sambil menancapkan pelornya dalam dalam ke liang vaginaku yang masih mendudukinya. Air mani hangat menyembur membasahi bagian dalam kewanitaanku. Dengan tubuh kelelahan dan lunglai seolah tak bertulang, aku terkulai diatas dada putra majikanku yang berbulu dan berkeringat itu. aku memeluknya erat seolah tidak mau kehilangan saat-saat yang penuh kenikmatan itu. sama sekali tidak ada penyesalan meski aku baru saja kehilangan keperawananku. Setelah kejadian pagi itu kami masih sering melakukan hubungan intim yang terlarang itu selama mas rafy belum kembali ke Australia untuk melanjutkan kuliahnya. Beruntung aku tidak sampai hamil oleh kejadian ini, mungkin belum tapi semoga saja memang tidak. Sekarang liburan mas rafy sudah selesai sehingga dia kembali melajutkan kuliahnya di australia. aku benar-benar kesepian dan ketagihan dengan permainan seksnya. Harapanku mas rafy tidak melupakan aku meski aku tidak terlalu berharap Ia akan menikahiku. TAMATsahronihttp://www.blogger.com/profile/04363341387314395578noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5426126127632947342.post-49266947339689538162010-02-27T22:28:00.000-08:002010-02-27T22:29:14.274-08:00aku dan sepupukuSebelumnya kuperkenalkan diri namaku Rudy tinggi 170 cm berat badan 55 kg umurku sekarang 20 tahun asalku dari Sragen sekarang aku telah masuk jenjang perguruan tinggi negeri di kota Solo. Pengalaman seks yang pertama kualami terjadi sekitar 4 tahun lalu, tepatnya waktu aku masih duduk di bangku SMU kelas 1 berumur 16 tahun. Karena rumahku berasal dari desa maka aku kost dirumah kakakku. Saat itu aku tinggal bersama kakak sepupuku yang bernama Mbak Fitri berusia 30 tahun yang telah bersuami dan mempunyai 2 orang putri yang masih kecil-kecil, namun di tempat tinggal bukan hanya kami berempat tapi ada 2 orang lagi adik Mbak Fitri yang bernama Wina waktu itu berumur 19 tahun kelas 3 SMK dan adik dari suami kak Fitri bernama Asih berusia 14 tahun. Kejadian tersebut terjadi karena seringnya aku mengintip mereka betiga saat mandi lewat celah di dinding kamar mandi. Biarpun salah satu dianatara mereka suadah berumur kepala 3 tapi kondisi tubuhnya sangat seksi dan menggairahkan payudaranya montok, besar dan belahan vaginanya woow?erlihat sangat oh?ooght nggak ku-ku bo? Saat malam hari saat aku tidur dilantai beralaskan tikar, di ruang tamu yang gelap bersama Mbak Wina, awalnya sich aku biasa-biasa saja tapi setelah lama seringnya aku tidur bersama Mbak Wina maka aku akhirnya tak tahan juga. Malam-malam pertama saat dia tertidur pulas aku cuma berani mencium kening dan membelai rambutnya yang harum. Malam berikutnya aku sudah mulai berani mencium bibirnya yang seksi mungil, tanganku mulai meremas-remas buah dadanya yang padat berisi lalu memijat-mijat vaginanya yang, oh ternyata empuk bagai kue basah yang?oh?h.., aku melihat matanya masih terpejam pertanda ia masih tertidur tapi dari mulutnya mendesah dengan suara yang tak karuan. h?.ught?.hhhhhh?hmmmm?desahan Mbak Wina mulai terdengar. Tanganku terus bergerilya menjamah seluruh tubuhnya.saat aku menciumi vaginanya yang masih tertutup calana, ia mulai terbangun aku takut sekali jangan-jangan ia akan berteriak atau marah-marah tapi dugaan ku meleset. Ia malah berkata, ik teruskan?. aku sudah lama mendambakan saat-saat seperti ini ayo teruskan saja.? Bagai mendapat angin segar aku mulai membuka t-shirt yang ia gunakan kini terpampang buah dada yang seksi masih terbungkus BH. BH-nya lalu kubuka dan aku mulai mengulum putingnya yang sudah mengeras gantian aku emut yang kiri dan kanan bergantian. Mbak, maafkan aku tak sanggup menahan nafsu birahiku!? Nggak apa-apa kok dik aku suka kok adik mau melekukan ini pada mbak karena aku belum pernah merasakan yang seperti ini?jawab Mbak Wina. Setelah puas kupermainkan payudarnya lalu aku mulai membuka rok bawahannya.biarpun kedaan gelap gulita aku tahu tempat vagina yang menggiurkan, terus kubuka CD nya, lalu kuciumi dengan lembut. srettttttttttt? suara jilatan lidahku. terus dik enak?.!!!? Karena takut ketahuan penghuni rumah yang lain aku dengan segera mengangkan kedua kakinya lalu kumasukkan penisku yang mulai tegang kedalam vaginanya yang basah. hm hhhhh? mmmmhhh? rintih kakakku keenakan. Setelah kira-kira setengah jam aku mulai merasakan kenikmatan yang akan segera memuncak demikian juga dengan dia. Crot..cret rettttttt? crettttttttttt? akhirnya spermaku kukeluarkan di dalam vaginanya.? Rupanya ia masih perawan itu kuketahui karena mencium bau darah segar. Terima kasih dik kamu telah memuaskan Mbak, Mbak sayang padamu lain kali kita sambung lagi yach?? Ok deh mbak? sahutku. Setelah selesai memakai pakaian kembali aku dan dia tidur berpelukan sampai pagi. Sebenarnya kejadian malam itu kurang leluasa karena takut penghuni rumah yang lain pada tahu,sehingga suatu ketika kejadian itu aku ulang lagi. Masih ingat dalam ingatan hari itu minggu pagi,saat mbak Fitri dan adiknya Asih bersama keuarga yang lain pergi ke supermarket yang tidak terlalu jauh dari rumah kami.Karena keadaan rumah yang sepi yang ada hanya aku dan Mbak Wina, aku mulai menutup seluruh pintu dan jendela. Kulihat Mbak Wina sedang menyeterika dengan diam-diam aku memeluknya dengan erat dari balakang. Dik jangan sekarang aku lagi nyetrika tunggu sebentar lagi yach sayang?!?pinta Kak Wina. Tapi aku yang sudah bernafsu nggak memperdulikan ocehannya, segera kumatikan setrika, kuciumi bibirnya dengan ganas. m ght? hmmmmm eght?? Karena masih dalam posisi berdiri sehingga tak leluasa melakukan cumbuan, aku bopong ia menuju ranjang kamar. Kubaringkan ia di ranjang yang bersih itu lalu segera kulucuti semua pakaiannya dan pakaian ku hinggas kami berdua telanjang bulat tanpa sehelai benang pun yang menempel. Wow tubuh kakakku ini memang benar sempurna tinggi 165 cm berat sekitar 50 kg sungguh sangat ideal, payudaranya membusung putih bagaikan salju dengan puting merah jambu dan yang bikin dada ini bergetar dibawah pusarnya itu lho bukit kecil kembar ditengahnya mengalir sungai di hiasai semak-semak yang rimbun. Kami berdua tertawa kecil karena melihat tubuh lawan jenis masing-masing itu terjadi sebab saat kami melakukan yang pertama keadaan sangat gelap gulita tanpa cahaya. Sehingga tidak bias melihat tubuh masing-masing. Aku mulai menciumi muka tanpa ada yang terlewatkan, turun ke lehernya yang jenjang kukecupi sampai memerah lalu turun lagi ke payudaranya yang mulai mengeras, kujilati payudara gantian kanan kiri dan kugigit kecil bagian putingnya hingga ia menggelinjang tak karuan. Setelah puas bermain di bukit kembar tersebut aku mulai turun ke bawah pusar, ku lipat kakinya hingga terpampang jelas seonggok daging yang kenyal di tumbuhi bulu yang lebat. Lidahku mulai menyapu bagian luar lanjut ke bagian dinding dalam vagina itu, biji klitorisnya ku gigit pelan sampai ia keenakan menjambak rambutku. uht..ugh ah oh?oh?.Desahan nikmat keluar dari mulut Kak Wina. Setelah kira-kira 15 menit aku permainkan vaginanya rasanya ada yang membanjir di vaginanya rasanya manis asin campur aduk tak karuan kusedot semua cairan itu sampai bersih, rupanya ia mulai orgasme. Mungkin saking asyiknya kami bercumbu tanpa kami sadari rupanya dari tadi ada yang memperhatikan pergumulan kami berdua, Mbak Fitri dan adik suaminya, Asih sudah berdiri di pinggir pintu. Mungkin mereka pulang berdua tanpa suaminya dan kedua anaknya yang masih mampir ke rumah Pakdhenya mereka ketuk pintu tapi nggak ada sahutan lalu mereka menuju pintu daur yang lupa tak aku kunci. Aku dan Mbak Wina kaget setengah mati, malu takut bercampur menjadi satu jangan-jangan mereka marah dan menceritakan kejadian ini pada orang lain. Tapi yang terjadi sungguh diluar dugaan kami berdua, mereka bahkan ikut nimbrung sehingga kami menjadi berempat. Dik main gituan kok kakak nggak di ajak sich kan kakak juga mau, sudah seminggu ini suami kakak nggak ngajak gituan? ucap Mbak Fitri. Ini juga baru mulai kak!?sahutku. Mas aku boleh nyoba seks sama Mas??tanya Asih. Boleh? Aku dan Kak Wina selanjutnya menyuruh mereka berdua melepas seluruh pakaiannya. Ck.. ck ck? guman ku. Sekarang aku dikerubung 3 bidadari cantik sungguh beruntung aku ini. Mbak Fitri tubuhnya masih sangat kencang payudaranya putih agak besar kira-kira 36 B vaginanya indah sekali. Sedangkan Asih tubuhnya agak kecil tapi mulus, dadanya sudah sebesar buah apel ukuranya 34 A vaginanya kelihatan sempit baru ditumbuhi bulu yang belum begitu lebat. Pertama yang kuserang adalah Mbak Fitri karena sudah lama aku membayangkan bersetubuh dengannya aku menciumi dengan rakus pentilnya kuhisap dalam-dalam agar air susunya keluar, setelah keluar kuminum sepuasnya rupanya Mbak Wina dan Asih juga kepingin merasakan air susu itu sehingga kami bertiga berebut untuk mendapatkan air susu tersebut, sambil tangan kami berempat saling remas, pegang dan memasukam ke dalam vagina satu sama lain. Setelah puas dengan permainan itu, aku meminta agar mereka berbaring baris sehingga kini ada 6 gunung kembar yang montok berada di depanku. Aku mulai mengulum susu mereka satu per satu bergantian sampai 6, aku semakin beringas saat kusuruh mereka menungging semua, dari belakang aku menjilati vagina satu persatu rasanya bagai makan biscuit Oreo di jilat terus lidahku kumasukkan ke dalam vagina mereka. Giliran mereka mengulum penisku bergantian. oh? hoooooooooo hhhhhhhhhh ehmmmmmmmmm? desah mereka bertiga. Aku yang dari tadi belum orgasme semakin buas memepermainkan payudara dan vagina mereka, posisi kami sekarang sudah tak beraturan. Saling peluk cium jilat dan sebagainya pokok nya yang bikin puas, hingga mereka memberi isyarat bahwa akan sampai puncak. Dik aku mau keluar? Mas aku juga? Aku hampir sampai? kata mereka bergantian. Jangan di buang percuma, biar aku minum!? pintaku Boleh? kata Mbak Fitri. Aku mulai memasang posisi kutempelkan mulutku ke vagina mereka satu persatu lalu kuhisap dalam-dalam sampai tak tersisa, segarnya bukan main. Srep.., srep? Heran, itulah yang ada di benakku, aku belum pernah nge-sex sama mereka kok udah pada keluar, memang mungkin aku yang terlalu kuat. Karena sudah tidak sabar aku mulai memasukkan penisku de dalam vagina Mbak Wina kugenjot naik turun pinggulku agar nikmat, sekitar 5 menit kemudian aku gantian ke Kak Fitri, biarpun sudah beranak 2 tapi vaginanya masih sempit seperti perawan saja. Dik enak. Uh oh?.terussssssss!? desahnya. Emang kok Kak.. hhhhhhh ehmm?.? Mas giliranku kapan..?? rupanya Asih juga sudah tak tahan. Tunggu sebentar sayang.? Sekitar 10 menit aku main sama kak Fitri sekarang giliran Asih, dengan pelan aku masukkin penisku, tapi yang masuk hanya kepalanya. Mungkin ia masih perawan, baru pada tusukan yang ke 15 seluruh penisku bisa masuk ke liang vaginanya. Mas��. sakit�.. mas�� oght��.. hhohhhhhh��.? jerit kecil Asih. Nggak apa-apa nanti juga enak, Sih!? ucapku memberi semangat agar ia senang. Benar Mas sekarang nikmat sekali� oh.. ought..? Rupanya bila kutinggal ngeseks dengan Asih, kak Fitri dan Kak Wina tak ketinggalan mereka saling kulum, jilat dan saling memasukkan jari ke vaginanya masing-masing. Posisiku di bawah Asih, di atas ia memutar-mutar pinggulnya memompa naik turun sehingga buah dadanya yang masih kecil terlihat bergoyang lucu, tanganku juga tidak tinggal diam kuremas-remas putingnya dan kusedot, kugigit sampai merah. Karena sudah berlangsung sangat lama maka aku ingin segera mencapai puncak, dalam posisi masih seperti semula Asih berjongkok di atas penisku, kusuruh Mbak Fitri naik keatas perutku sambil membungkuk agar aku bisa menetek, eh�, bener juga lama-lama air susunya keluar lagi, kuminum manis sekali sampai terasa mual. Mbak Wina yang belum dapat posisi segera kusuruh jongkok di atas mulutku sehingga vaginanya tepat di depan mulutku, dan kumainkan klitorisnya. Ia mendesah seperti kepedasan. Eh��� huah��.. hm��.!? Tanganku yang satunya kumasukkan ke vagina Mbak Fitri, kontolku digarap Asih, mulutku disumpal kemaluan Mbak Wina, lengkap sudah. Kami bermain gaya itu sekitar 30 menit sampai akhirnya aku mencapai puncak kenikmatan. Ought��� hmmmmmm�� cret� crot�..? Enak Mas��.!?desah Asih. Spermaku ku semprotkan kedalam vagina Asih dan keluarlah cipratan spermaku bercampur darah menandakan bahwa ia masih perawan. Kami berempat sekarang telah mencapai puncak hampir bersamaan, lelah dan letih yang kami rasakan. Sebelum kami berpakaian kembali sisa-sisa sperma di penisku di jilati sampai habis oleh mereka bertiga. Setelah kejadian itu kami selalu mengulanginya lagi bila ada kesempatan baik berdua bertiga maupun berempat. Namun sekarang kami sudah saling berjauhan sehingga untuk memuaskan nafsu birahiku aku sering jajan di kafe-kafe di kota Solo ini ataupun dengan teman-teman wanita di tempat kuliah yang akrab denganku. Tapi tak satu pun dari mereka yang menjadi pacarku.sahronihttp://www.blogger.com/profile/04363341387314395578noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5426126127632947342.post-68718600438633572682010-02-27T22:27:00.002-08:002010-02-27T22:28:38.130-08:00abg yg menggairahkanAku seorang pegawai di salah satu perusahaan swasta di kota DKI, nama aku Iwan. Aku berumur 30 tahun dengan tinggi badan 170 cm serta berat badan 65 kg dan kata cewek-cewek sih, aku memiliki wajah dan tubuh yang sangat ideal untuk seorang laki-laki bujangan. Perusahaan tempat aku kerja memberlakukan lima hari kerja yaitu setiap hari senin sampai Jumat, sehingga setiap hari sabtu aku selalu berada di rumah yang merupakan salah satu kompleks elit di kota aku itu. Setiap hari sabtu aku selalu mengisi waktu dengan melihat situs porno, majalah porno, dan menonton film pornoh yang aku sewa di salah satu rental yang berada di kompleks tersebut, dan hal itu berlangsung selama berbulan-bulan. Suatu saat hal tersebut tidak aku lakukan lagi karena setelah aku melihat Riska anak tetangga aku yang masih duduk di kelas 1 SMP yang kira-kira berumur 13 tahun dan aku sangat terpesona dengan kemolekan tubuh anak tersebut. Riska memiliki tubuh yang indah untuk ukuran anak seumur dia dengan tinggi badan sekitar 155 cm dan berat badan sekitar 45kg serta memiliki dua bukit kembar yang berukuran sedang yang tercermin dari tonjolan padat dibalik seragam sekolah yang ketat dan tank top yang biasa dikenakannya dan yang tidak kalah menariknya lagi ia memiliki pantat yang sangat padat dan berisi yang terlihat dari rok sekolah setinggi lutut dan rok mini yang ia kenakan dan anehnya lagi aku tidak pernah melihat adanya garis CD yang ia kenakan, dan yang pasti memeknya belum ditumbuhi bulu-bulu halus. Aku sering melihat riska ke sekolah setiap hari dengan sengaja berdiri didepan rumah sebelum aku berangkat kerja atau pada sore hari sepulang kerja di saat ia sedang jalan-jalan sore di sekitar kompleks dan pada saat itu aku selalu memandangi riska dengan sangat tajam dan penuh nafsu namun ia tak menyadarinnya dan sampai suatu hari riska mulai menyadarinya dan mulai membalas tatapan aku dengan mata yang sangat menggoda. Sejak kejadian itu aku selalu terbayang-bayang dengan kemolekan riska setiap usai bekerja namun bukannya aku jatuh cinta padanya tapi aku suka akan kemolekan tubuhnya dan sangat bernafsu untuk mencicipinnya, tetapi nafsu birahi tersebut aku tahan dan aku lampiaskan dengan hanya memandangi tubuhnya dari balik pagar pada sore hari disaat ia sedang berjalan-jalan dikompleks. Riska selalu menggunakan tank top dan rok mini setiap akan berjalan-jalan disekitar kompleks bersama kakak dan sepupunya (Yani yang sedang kuliah smst 2 dan Neni yang duduk di sma kls 3) dan ini dia lakukan setiap sore. Seperti biasanya pada sore hari setiap pulang kerja aku selalu menunggu riska untuk memandangi tubuhnya, tetapi pada saat itu aku heran karena riska hanya sendiri saja berjalan dengan sangat santai dan seperti biasa pula ia hanya memakai tank top yang pada saat itu berwarna kuning dan rok mini berwarna putih tembus pandang dan yang tidak terlalu ketat. Dengan sangat nernafsu aku tatap dia dari balik pagar dan dia pun membalasnya dan tanpa aku sangka-sangka riska menuju ke pintu pagar rumah aku, dan dalam hati aku bertanya mungkin dia akan marah karena aku selalu menatapnya, tetapi hal tersebut tidak terjadi, dia malah tersenyum manis sambil duduk dideker didepan pagar rumah aku yang membuat nafsu aku semakin tinggi karena dengan leluasa aku dapat memandangi tubuh riska dan yang lebih mengasikan lagi ia duduk dengan menyilangkan pahannya yang membuat sebagian roknya tersingkap disaat angin meniup dengan lembutnya namun ia diam dan membiarkan saja. Dengan penuh nafsu dan penasaran ingin melihat tubuh riska dari dekat maka aku dekati dia dan bertannya "Duduk sendirian nih boleh aku temanin," dengan terkejut riska mambalikan wajahnya dan berkata "eh... boooboleh." Aku langsung duduk tepat di sampingnya dikarenakan deker tersebut hanya pas untuk dua orang. Dan untuk mengurangi kebisuan aku bertannya pada riska "Biasanya bertiga, temennya mana... ?", dengan terbata-bata riska berkata "Gi... gini om, mereka i... itu bukan temen aku tetapi kakak dan sepupu aku." aku langsung malu sekali dan kerkata "Sorry." kemudia riska menjelaskan bahwa kakak dan sepupunnya lagi ke salah satu mal namannya MM. Riska mulai terlihat santai tetapi aku semakin tegang jantungku semakin berdetak dengan kerasnya dikarenakan dengan dekatnya aku dapat memandangi paha mulus riska ditambah lagi dua bukit kembarnya tersembul dari balik tank topnya apabila dia salah posisi. Diam-diam aku mencuri pandang untuk melihatnya namun dia mulai menyadarinya tetapi malah kedua bukit kembarnya tersebut tambah diperlihatkannya keaku yang membuat aku semakin salah tingkah dan tampa sengaja aku menyentuh pahanya yang putih tanpa ditutupi oleh rok mininya karena tertiup angin yang membuat riska terkejut dan riskapun tidak marah sama sekali sehingga tangan aku semakin penasaran dan aku dekapkan tangan aku ke pahanya dan dia pun tidak marah pula dan kebetulan pada saat itu langitpun semakin gelap sehingga aku gunakan dengan baik dengan perlahan-lahan tangan kiri aku yang berada di atas pahanya aku pindahkan ke pinggannya dan meraba-raba perutnya sambil hidungku aku dekatkan ketelingannya yang membuat riska kegelian karena semburan nafasku yang sangat bernafsu dan mata ku tak berkedip melihat kedua bukit kembarnya yang berukuran sedang dibalik tank topnya. Tanpa aku sadari tangan kiri aku telah menyusup kedalam tank top yang ia gunakan menuju kepunggunya dan disana aku menemukan sebuah kain yang sangat ketat yang merupakan tali BH nya dan dengan sigapnya tangan aku membuka ikatan BH yang dikenakan riska yang membuat tangan aku semakin leluasa ber gerilya dipunggunya dan perlahan-lahan menyusup kebukit kembarnya serta tangan kanan aku membuka ikatan tali BH riska yang berada di lehernya dan dengan leluasa aku menarik BH riska tersebut keluar dari tank topnya karena pada saat itu riska mengggunakan BH yang biasa digunakan bule pada saat berjemur. Setelah aku membuka BHnya kini dengan leluasa tangan aku meraba, memijit dan memelintir bukit kembarnya yang membuat riska kegelian dan terlihat pentil bukit kembarnya telah membesar dan berwarna merah dan tanpa ia sadari ia berkata "Terusss... nikmattttt... Ommmm... ahh... ahhhh... " Dan itu membuat aku semakin bernafsu, kemudian tangan aku pindahkan ke pinggannya kembali dan mulai memasukannnya ke dalam rok mini yang ia kenakan dengan terlebih dahulu menurunkan res yang berada dibelakang roknya, kemudian tangan aku masukan kedalam rok dan CDnya dan meremas-remas bokongnya yang padat dan berisi dan ternyata riska memakai CD model G string sehingga membuat aku berpikir anak SMP kayak dia kok sudah menggunakan G string tetapi itu membuat pikiranku selama ini terjawab bahwa riska selama ini menggunakan G string sehingga tidak terlihat adanya garis CD. Lima menit berlalu terdengar suara riska "Ahh... terusss Om... terusss... nikmattttt... ahh... ahhhh... " hanya kalimat itu yang keluar dari mulut riska pada saat aku menyentuh dan memasukan jari tengan aku ke dalam memeknya yang belum ditumbuhi bulu-bulu tersebut dari belakang dan aku pun makin menggencagkan seranganku dengan mengocok memeknya dengan cepat. Tiba-tiba pecahlah rintihan nafsu keluar dari mulut Riska. "Ouuhhh... Ommmm... terus... ahhh... ahhhhhhhhh... ahhhhhhhhhhhhhh... " riska mengalami orgasme untuk yang pertama kali. Setelah riska mengalami orgasme aku langsung tersentak mendengar suara beduk magrib dan aku menghentikan seranganku dan membisikan kata-kata ketelinga riska "Udah dulu ya... " dengan sangat kecewa riska membuka matanya dan terlihat adanya kekecewaan akibat birahinya telah sampai dikepala dan aku menyuruhnya pulang sambil berkata "Kapan-kapan kita lanjutkan lagi," ia langsut menyahut "Ya om sekarang aja tanggung nih, lihat memek aku udah basah... " sambil ia memegang memeknya yang membuat aku berpikir anak ini tinggi juga nafsunya dan aku memberinya pengertian dan kemudian ia pulang dengan penuh kekecewan tanpa merapikan tank top dan roknya yang resnya masih belum dinaikan namun tidak membuat rok mininya turun karena ukuran pingganya yang besar, tetapi ada yang lebih parah ia lupa mengambil BH nya yang aku lepas tadi sehingga terlihat bukit kembarnya bergoyang-goyang dan secara samar-samar terlihat putting gunung kembarnya yang telah membesar dan berwarna merah dari balik tank topnya yang pastinya akan membuat setiap orang yang berpapasan dengannya akan menatapnya dengan tajam penuh tanda tanya. Setelah aku sampai di rumah aku langsug mencium BH riska yang ia lupa, yang membuat aku semakin teropsesi dengan bentuk gunung kembarnya dan dapat aku bayangkan dari bentuk BH tersebut. Sejak kejadian sore itu, lamunanku semakin berani dengan menghayalkan nikmatnya bersetubuh dengan riska namun kesempatan itu tak kunjung datang dan yang mengherankan lagi riska tidak pernah berjalan-jalan sore lagi dan hal tersebut telah berlangsung selama 1 minggu sejak kejadian itu, yang membuat aku bertanya apakah dia malu atau marah atas kejadian itu, sampai suatu hari tepatnya pada hari sabtu pagi dan pada saat itu aku libur, cuaca sangat gelap sekali dan akan turun hujan, aku semakin BT maka kebiasaan aku yang dulu mulai aku lakukan dengan menonton film porno, tapi aku sangat bosan dengan kaset tersebut. Hujanpun turun dengan derasnya dan untuk menghilangkan rasa malas dan bosan aku melangkah menuju keteras rumah aku untuk mengambil koran pagi, tapi setibanya didepan kaca jendela aku tersentak melihat seorang anak SMP sedang berteduh, ia sangat kedinginan dikarenakan bajunya basah semuannya yang membuat seluruh punggunya terlihat termasuk tali BH yang ia kenakan. Perlahan-lahan nafsuku mulai naik dan aku perhatikan anak tersebut yang kayaknya aku kenal dan ternyata benar anak tersebut adalah Riska, dan aku berpikir mungkin dia kehujanan saat berangkat sekolah sehingga bajunya basah semua. Kemudian aku mengatur siasat dengan kembali ke ruang tengah dan aku melihat film porno masih On, maka aku pun punya ide dengan megulang dari awal film tersebut dan akupun kembali ke ruang tamu dan membuka pintu yang membuat riska terkejut. Pada saat riska terkejut kemudia aku bertannya pada dia "Lo riska ngak kesekolah nih?" dengan malu-malu riska menjawab "Ujan om... " aku langsung bertannya lagi "Ngak apa-apa terlambat." "Ngak apa-apa om karena hari ini ngak ada ulangan umum lagi." riska menjawab dan aku langsung bertannya "Jadi ngak apa-apa ya ngak kesekolah?". "Ia om", riska menjawab dan dalam hati aku langsung berpikir bahwa selama ini riska tidak pernah kelihatan karena ia belajar untuk ulangan umum, dan inilah kesempatan yang aku tunggu-tunggu dan aku langsung menawarinya untuk masuk kedalam dan tanpa malu-malu karena udah kedingin dia langsung masuk kedalam ruang tamu dan langsung duduk dan pada saat itu aku memperhatikan gunung kembarnya yang samar-samat tertutupi BH yang terlihat dari balik seragam sekolahnya yang telah basah sehingga terlihat agak transparan. Melihat riska yang kedinginan, maka aku menawari dia untuk mengeringkan badannya di dalam dan dia pun setuju dan aku menunjukan sebuah kamar di ruang tengah dan aku memberi tahu dia bahwa di sana ada handuk dan baju seadannya. Dengan cepat riska menuju ke ruang tengah yang disana terdapat TV dan sedang aku putar film porno, hal tersebut membuat aku senang, karena riska telah masuk kedalam jebakanku dan berdasarkan perkiraan aku bahwa riska tidak akan mengganti baju tetapi akan berhenti untuk menonton film tersebut. Setelah beberapa lama aku menunggu ternyata riska tidak kembali juga dan akupun menuju keruang tengah dan seperti dugaanku riska menonton film tersebut dengan tangan kanan di dalam roknya sambil mengocok memeknya dan tangan kiri memegang bukit kembarnya. Aku memperhatikan dengan seksama seluruh tingkah lakunya dan perlahan-lahan aku mengambil handy cam dan merekam seluruh aktivits memegang dan mengocok memek dan bukit kembarnya yang ia lakukan sendiri dan rekaman ini akan aku gunakan untuk mengancamnya jika ia bertingkah. Setelah merasa puas aku merekamnya. Aku menyimpan alat tersebut kemudian aku dekati riska dari belakang. Aku berbisik ketelinga riska, enak ya, riska langsung kaget dan buru-buru melepaskan tangannya dari memek dan bukit kembarnya, aku langsung menangkap tangannya dan berbisik lagi "Teruskan saja, aku akan membantumu." kemudian aku duduk dibelakang riska dan menyuruh riska untuk duduk di pangkuanku yang saat itu penisku telah menegang dan aku rasa riska menyadari adanya benda tumpul dari balik celana yang aku kenakan. Dengan perlahan-lahan, tanganku aku lingkarkan keatas bukit kembarnya dan ciumanku yang menggelora mencium leher putih riska, tangan kananku membuka kancing baju riska satu demi satu sampai terlihat bukit kembarnya yang masih ditutupi BH yang bentuknya sama pada saat kejadian yang sore lalu. Riska sesekali menggelinjat pada saat aku menyentuh dan meremas bukit kembarnya namun hal tersebut belum cukup, maka aku buka sebagian kancing baju seragam yang basah yang digunakan riska kemudian tagan kiri aku masuk ke dalam rok riska dan memainkan bukit kecilnya yang telah basah dan pada saat itu rok yang ia gunakan aku naikan ke perutnya dengan paksa sehingga terlihat dengan jelas G string yang ia gunakan. Aku langsung merebahkan badannya diatas karpet sambil mencium bibir dan telinganya dengan penuh nafsu dan secara perlahan-lahan ciuman tersebut aku alihkan ke leher mulusnya dan menyusup ke kedua gunung kembarnya yang masih tertutup BH yang membuat riska makin terangsang dan tanpa dia sadari dari mulutnya mengeluarkan desahan yang sangat keras. "Ahhhhh terussssssss Omm... terusssssss... nikmattttttt... ahh... ahhhhhhhhhhh... isap terus Om... Ahhhh... mhhhhhhhh. Omm... " Setelah lama mengisap bukit kembarnya yang membuat pentil bukit kembarnya membesar dan berwarna merah muda, perlahan-lahan ciuman aku alihkan ke perutnya yang masih rata dan sangat mulus membuat riska tambah kenikmatan. "Ahh ugggh... uuhh... agh... uhh... aahh", Mendengar desahan riska aku makin tambah bernafsu untuk mencium memeknya, namun kegiatanku di perut riska belum selesai dan aku hanya menggunakan tangan kiri aku untuk memainkan memeknya terutama klitorisnya yang kemudian dengan menggunakan ketiga jari tangan kiri aku, aku berusaha untuk memasukan kedalam memek riska, namun ketiga jari aku tersebut tidak pas dengan ukuran memeknya sehingga aku mencoba menggunakan dua jari tetapi itupun sia-sia yang membuat aku berpikir sempit juga memek anak ini, tetapi setelah aku menggunakan satu jari barulah dapat masuk kedalam memeknya, itupun dengan susah payah karena sempitnya memek riska. Dengan perlahan-lahan kumaju mundurkan jari ku tersebut yang membuat riska mendesah. "Auuuuuggggkkkk... " jerit Riska. "Ah... tekan Omm... enaaaakkkkk... terusssss Ommm... " Sampai beberapa menit kemudia riska mendesah dengan panjang. "Ahh ugggh... , uuhh... , agh... , uhh... , aahh", yang membuat riska terkulai lemah dan aku rasa ada cairan kental yang menyempor ke jari aku dan aku menyadari bahwa riska baru saja merasakan Orgasme yang sangat nikmat. Aku tarik tangan aku dari memeknya dan aku meletakan tangan aku tersebut dihidungnya agar riska dapat mencium bau cairan cintannya. Setelah beberapa saat aku melihat riska mulai merasa segar kembali dan kemudian aku menyuruh dia untuk mengikuti gerakan seperti yang ada di film porno yang aku putar yaitu menari striptis, namun riska tampak malu tetapi dia kemudian bersedia dan mulai menari layaknya penari striptis sungguhan. Perlahan-lahan riska menanggalkan baju yang ia kenakan dan tersisa hanyalah BH seksinya, kemudian disusul rok sekolahnya yang melingkar diperutnya sehingga hanya terlihat G string yang ia kenakan dan aku menyuruhnya menuju ke sofa dan meminta dia untuk melakukan posisi doggy, riska pun menurutinya dan dia pun bertumpuh dengan kedua lutut dan telapak tangannya. Dengan melihat riska pada posisi demikian aku langsug menarik G string yang ia kenakan ke arah perutnya yang membuat belahan memeknya yang telah basah terbentuk dari balik G string nya, dan akupun mengisap memeknya dari balik G string nya dan perlahan-lahan aku turunkan G string nya dengan cepat sehingga G string yang riska kenakan berada di ke dua paha mulusnya, sehingga dengan leluasa dan penuh semangat aku menjilat, meniup, memelintir klitorisnya dengan mulut aku. "Aduh, Ommm... ! Pelan-pelan dong... !" katanya sambil mendesis kesakitan Riska menjatuhkan tubuhnya kesofa dan hanya bertumpuh dengan menggunakan kedua lututnya. Aku terus menjilati bibir memeknya, klitorisnya, bahkan jariku kugunakan untuk membuka lubang sanggamanya dan kujilati dinding memeknya dengan cepat yang membuat riska mendesah dengan panjang. "Uhh... , aahh... , ugghh... , ooohh". "Hmm... , aumm... , aah... , uhh... , ooohh... , ehh". "Oooom... , uuhh... " Riska menggeliat-geliat liar sambil memegangi pinggir sofa. "Ahhh... mhhh... Omm... " demikian desahannya. Aku terus beroperasi dimemeknya. Lidahku semakin intensif menjilati liang kemaluan Riska. Sekali-sekali kutusukkan jariku ke dalam memeknya, membuat Riska tersentak dan memekik kecil. Kugesek-gesekkan sekali lagi jariku dengan memeknya sambil memasukkan lidahku ke dalam lubangnya. Kugerakkan lidahku di dalam sana dengan liar, sehingga riska semakin tidak karuan menggeliat. Setelah cukup puas memainkan vaginanya dengan lidahku dan aku dapat merasakan vaginanya yang teramat basah oleh lendirnya aku pun membuka BH yang dikenakan riska begitupun dengan G string yang masih melingkar dipahanya dan aku menyuruh di untuk duduk disofa sambil menyuruh dia membuka celana yang aku gunakan, tetapi riska masih malu untuk melakukannya, sehingga aku mengambil keputusan yaitu dengan menuntun tanggannya masuk ke balik celana aku dan menyuruh dia memegang penis aku yang telah menegang dari tadi. Setelah memegang penis aku, dengan sigapnya seluruh celana aku (termasuk celana dalam aku) di turunkannya tanpa malu-malu lagi oleh riska yang membuat penis aku yang agak besar untuk ukuran indonesia yaitu berukuran 20 cm dengan diameter 9 cm tersembul keluar yang membuat mata riska melotot memandang sambil memegangnya, dan aku meminta riska mengisap penis aku dan dengan malu-malu pula ia mengisap dan mengulum penis aku, namun penisku hanya dapat masuk sedalam 8 cm dimulut riska dan akupun memaksakan untuk masik lebih dalam lagi sampai menyentuh tenggorokannya dan itu membuat riska hampir muntah, kemudian ia mulai menjilatinya dengan pelan-pelan lalu mengulum-ngulumnya sambil mengocok-ngocoknya, dihisap-hisapnya sembari matanya menatap ke wajahku, aku sampai merem melek merasakan kenikmatan yang tiada tara itu. Cepat-cepat tangan kananku meremas bukit kembarnya, kuremas-remas sambil ia terus mengisap-isap penisku yang telah menegang semakin menegang lagi. Kemudian aku menyuruh riska mengurut penisku dengan menggunakan bukit kembarnya yang masih berukuran sedang itu yang membuat bukit kembar riska semakin kencang dan membesar. Dan menunjukan warna yang semakin merah. Setelah puas, aku rebahkan tubuh riska disofa dan aku mengambil bantal sofa dan meletakan dibawan bokong riska (gaya konvensional) dan aku buka kedua selangkangan riska yang membuat memeknya yang telah membesar dan belum ditumbuhi bulu-bulu halus itu merekah sehingga terlihat klitorisnya yang telah membesar. Batang penisku yang telah tegang dan keras, siap menyodok lubang sanggamanya. Dalam hati aku membatin, "Ini dia saatnya... lo bakal habis,riska... !" mulai pelan-pelan aku memasukkan penisku ke liang surganya yang mulai basah, namun sangat sulit sekali, beberapa kali meleset, hingga dengan hati-hati aku angkat kedua kaki riska yang panjang itu kebahu aku, dan barulah aku bisa memasukan kepala penisn aku, dan hanya ujung penisku saja yang dapat masuk pada bagian permukaan memek riska. "Aduhhhhhh Omm... aughhhhghhhhh... ghhh... sakit Omm... " jerit Riska dan terlihat riska menggigit bibir bawahnya dan matanya terlihat berkaca-kaca karena kesakitan. Aku lalu menarik penisku kembali dan dengan hati2 aku dorong untuk mencoba memasukannya kembali namun itupun sia-sia karena masih rapatnya memek riska walaupun telah basah oleh lendirnya. Dan setelah beberapa kali aku coba akhirnya sekali hentak maka sebagian penis aku masuk juga. Sesaat kemudian aku benar-benar telah menembus "gawang" keperawanan riska sambil teriring suara jeritan kecil. "Oooooohhhhgfg... sa... kiiiit... Sekkkallliii... Ommmmm... ", dan aku maju mundurkan penis aku kedalam memek riska "Bless, jeb... !" jeb! jeb! "Uuh... , uh... , uh... , uuuh... ", ia mengerang. "Auuuuuggggkkkk... " jerit Riska. "Ommm Ahh... , matt... , maatt... , .ii... aku... " Mendengar erangan tersebut aku lalu berhenti dan membiarkan memek riska terbiasa dengan benda asing yang baru saja masuk dan aku merasa penis aku di urut dan di isap oleh memek riska,namun aku tetap diam saja sambil mengisap bibir mungilnya dan membisikan "Tenang sayang nanti juga hilang sakitnya, dan kamu akan terbiasa dan merasa enakan." Sebelum riska sadar dengan apa yang terjadi, aku menyodokkan kembali penisku ke dalam memek riska dengan cepat namun karena masih sempit dan dangkalnya nya memek riska maka penisku hanya dapat masuk sejauh 10 cm saja, sehingga dia berteriak kesakitan ketiga aku paksa lebih dalam lagi. "Uhh... , aahh... , ugghh... , ooohh". "Hmm... , aumm... , aah... , uhh... , ooohh... , ehh". "Ooommm... ,sakkkitt... uuhh... , Ommm... ,sakitttt... ahh". "Sakit sekali... Ommm... , auhh... , ohh... " "Riska tahan ya sayang". Untuk menambah daya nikmat aku meminta riska menurunkan kedua kakinya ke atas pinggulku sehingga jepitan memeknya terhadap penisku semakin kuat... Nyaman dan hangat sekali memeknya... ! Kukocok keluar masuk penisku tanpa ampun, sehingga setiap tarikan masuk dan tarikan keluar penisku membuat riska merasakan sakit pada memeknya. Rintihan kesakitannya semakin menambah nafsuku. Setiap kali penisku bergesek dengan kehangatan alat sanggamanya membuatku merasa nikmat tidak terkatakan. Kemudian aku meraih kedua gunung kembar yang berguncang-guncang di dadanya dan meremas-remas daging kenyal padat tersebut dengan kuat dan kencang, sehingga riska menjerit setinggi langit. Akupun langsung melumat bibir riska membut tubuh riska semakin menegang. "Oooom... , ooohh... , aahh... , ugghh... , aku... , au... , mau... , ah... , ahh... , ah... , ah... , uh... , uhh", tubuh riska menggelinjang hebat, seluruh anggota badannya bergetar dan mengencang, mulutnya mengerang, pinggulnya naik turun dengan cepat dan tangannya menjambak rambutku dan mencakar tanganku, namun tidak kuperdulikan. Untunglah dia tidak memiliki kuku yang panjang... ! Kemudian riska memeluk tubuhku dengan erat. Riska telah mengalami orgasme untuk yang kesekian kalinya. "Aaww... , ooww... , sshh... , aahh", desahnya lagi. "Aawwuuww... , aahh... , sshh... , terus Ommm, terruuss... , oohh" "Oohh... , ooww... , ooww... , uuhh... , aahh... ", rintihnya lemas menahan nikmat ketiga hampir 18 cm penisku masuk kedalam memeknya dan menyentuh rahimmnya. "Ahh... , ahh... , Oohh... " dan, "Crrtt... , crtr... , crt... , crtt", air maninya keluar. "Uuhh... uuh... aduh... aduh... aduhh... uhh... terus... terus... cepat... cepat aduhhh... !" Sementara nafas saya seolah memburunya, "Ehh... ehhh... ehh... " "Uhhh... uhhh... aduh... aduh... cepat... cepat Ommm... aduh... !" "Hehh... eh... eh... ehhh... " "Aachh... aku mau keluar... oohh... yes," dan... "Creeet... creeet... creeet... " "Aaaoooww... sakit... ooohhh... yeeaah... terus... aaahhh... masukkin yang dalam Ommm ooohhh... aku mau keluar... terus... aahhh... enak benar, aku... nggak tahaaan... aaakkhhh... " Setelah riska orgasme aku semakin bernafsu memompa penisku kedalam memeknya, aku tidak menyadari lagi bahwa cewek yang aku nikmati ini masih ABG berumur 12 tahun. Riska pun semakin lemas dan hanya pasrah memeknya aku sodok. Sementara itu ... aku dengarkan lirih ... suara riska menahan sakit karena tekanan penisku kedalam liang memeknya yang semakin dalam menembus rahimnya. Aku pun semakin cepat untuk mengayunkan pinggulku maju mundur demi tercapainya kepuasan. Kira-kira 10 menit aku melakukan gerakan itu. Tiba-tiba aku merasakan denyutan yang semakin keras untuk menarik penisku lebih dalam lagi, dan... "Terus... , Omm... , terus... kan... ! Ayo... , teruskan... sedikit lagi... , ayo... !" kudengar pintanya dengan suara yang kecil sambil mengikuti gerakan pinggulku yang semakin menjadi. Dan tidak lama kemudian badan kami berdua menegang sesaat, lalu... , "Seerr... !" terasa spermaku mencair dan keluar memenuhi memek riska, kami pun lemas dengan keringat yang semakin membasah di badan. Aku langsung memeluk riska dan membisikan "Kamu hebat sayang, apa kamu puas... ?" diapun tersenyum puas, kemudian aku menarik penis aku dari memeknya sehingga sebagian cairan sperma yang aku tumpahkan di dalam memeknya keluar bersama darah keperawanannya, yang membuat nafsuku naik kembali, dan akupun memompa memek riska kembali dan ini aku lakukan sampai sore hari dan memek riska mulai terbiasa dan telah dapat mengimbagi seluruh gerakanku dan akupun mengajarinya beberapa gaya dalam bercinta. Sambil menanyakan beberapa hal kepadanya "Kok anak SMP kaya kamu udah mengenakan G string dan BH seksi" riska pun menjelaskannya "bahwa ia diajar oleh kakak dan sepupunya" bahkan katanya ia memiliki daster tembus pandang (transparan). Mendengar cerita riska aku langsung berfikir adiknya saja udah hebat gimana kakak dan sepupunya, pasti hebat juga. Kapan-kapan aku akan menikmatinya juga. Setelah kejadian itu saya dan riska sering melakukan seks di rumah saya dan di rumahnya ketika ortu dan kakanya pergi, yang biasanya kami lakukan di ruang tamu, kamar tidur, kamar mandi, meja kerja, meja makan, dapur., halaman belakang rumah dengan berbagai macam gaya dan sampai sekarang, apabila saya udah horny tinggal telepon sama dia dan begitupun dengan dia. Riska sekarang telah berumur 14 tahun dan masih suka dateng mengunjungi rumah saya, bahkan riska tidak keberatan bila aku suruh melayani temen-temen aku dan pernah sekali ia melayani empat sekaligus temen-temen aku yang membuat riska tidak sadarkan diri selama 12 jam, namun setelah sadar ia meminta agar dapat melayani lebih banyak lagi katanya. Yang membuat aku berpikir bahwa anak ini maniak sex, dan itu membuat aku senang karena telah ada ABG yang memuaskan aku dan temen-temen aku, dan aku akan menggunakan dia untuk dapat mendekati kakak dan sepupunya.sahronihttp://www.blogger.com/profile/04363341387314395578noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5426126127632947342.post-34689444485462997542010-02-27T22:27:00.001-08:002010-02-27T22:27:44.629-08:00pemainan cinta di kamar mandiHalo kenalkan, aku Panji Anugerah (nama samaran). Seorang pria berusia 37 tahun, menikah, dengan seorang wanita yang sangat cantik dan molek. Aku dikaruniai Tuhan 2 orang anak yang lucu-lucu. Rumah tanggaku bahagia dan makmur, walapun kami tidak hidup berlimpah materi. Boleh dibilang sejak SMA aku adalah pria idaman wanita. Bukan karena fisikku yang atletis ini saja, tapi juga karena kemampuanku yang hebat (tanpa bermaksud sombong) dalam bidang olahraga (basket dan voli, serta bulu tangkis), seni (aku mahir piano dan seruling) dan juga pelajaran (aku menduduki peringkat ketiga sebagai pelajar terbaik di SMAku). Bedanya waktu di SMA dahulu, aku tidak terlalu tertarik dengan hal-hal seperti seks dan wanita, karena saat itu konsenterasiku lebih terfokus pada masalah akademisku. Bakat playboyku mulai muncul setelah aku menjadi seorang kepala rumah tangga. Aku mulai menyadari daya tarikku sebagai seorang pria normal dan seorang pejantan tangguh. Sejak diangkat sebagai kabag bagian pemasaran inilah, pikiran-pikiran kotor mulai singgah di otakku. Apalagi aku juga hobi menonton film-film biru. Wanita lain yang sempat hadir dihatiku adalah Maya. Dia adalah rekan kerjaku, sesama pegawai tapi dari jurusan berbeda, Accounting. Dia berasal dari Surakarta, tinggal di Bandung sudah lama. Kami sempat menjalin hubungan gelap setahun setelah aku menikah dengan Lilis, istriku. Hubungan kami tidak sampai melakukan hal-hal yang menjurus kepada aktivitas seksual. Hubungan kami hanya berlangsung selama 6 bulan, karena dia pindah ke lain kota dan dinikahkan dengan orang tuanya dengan pria pilihan mereka. Dasar nasib!!! Niatku berpoligami hancur sudah. Padahal aku sudah berniat menjadikannya istri keduaku, walau istri pertamaku suka atau tidak. Karena frustasi, untuk beberapa bulan hidupku terasa hampa. Untungnya sikapku ini tidak bertahan lama, karena di tahun yang sama aku berkenalan dengan seorang teman yang mengajariku gaya hidup sehat, bodybuilding. Saat itu, sekitar tahun 1998, yang namanya olahraga fitness, bukanlah suatu trend seperti sekarang. Peminatnya masih sedikit. Gym-gympun masih jarang. Sejujurnya aku malas berbodybuilding seperti yang dilakukan temanku itu. Apalagi saat itu sedang panas-panasnya isu politik dan kerusuhan sosial. Belum lagi adanya krismon yang benar-benar merusak perekonomian Indonesia. Untungnya perusahaan tempatku bekerja cukup kuat bertahan badai akibat krismon, hingga aku tidak turut diPHK. Namun temanku yang sangat baik itu terus memotivasiku, hingga tak sampai 3 bulan, aku yang tadinya hanya seorang pria berpostur biasa-biasa saja-walaupun aku bertubuh atletis, menjadi seorang atlet bodybuilding baru yang cukup berprestasi di kejuaraan-kejuaraan daerah maupun nasional. Hebatnya lagi kantorku dan seluruh keluargaku ikut mendukung semua aktivitasku itu. Kata mereka "kantor kita punya Ade Rai baru, hingga kita tidak perlu satpam atau bodyguard baru" suatu anekdot yang sudah menjadi santapanku berhari-hari. Semakin berlalunya waktu, aktivitas bodybuilderku kukurangi. Apalagi aku sudah diangkat menjadi kabag pemasaran sekarang, di mana keuntungan mulai berpihak pada perusahaan tempatku bekerja. Aku mulai bertambah sibuk sekarang. Namun untuk menjaga fisikku agar tetap bugar dan prima, aku tetap rutin basket, voli, dan bersepeda. Hanya 2 kali seminggu aku pergi ke tempat fitness. Hasilnya tubuhku tetap kelihatan atletis dan berotot, namun tidak sebagus ketika aku menjadi atlet bodybuilding dadakan. Sewaktu aku menjadi atlet bodybuilding, banyak wanita melirikku. Beberapa di antaranya mengajakku berkencan. Tapi karena saat itu aku sedang asyik menekuni olahraga ini, tanggapan dan godaan mereka tidak kutanggapi. Salah satu yang suka menggodaku adalah Mia. Dia adalah puteri tetangga mertuaku. Baru saja lulus SMA, dan dia akan melanjutkannya ke sebuah PTn terkenal di kota Bandung. Gadis itu suka menggoda di setiap mimpiku dan bayangannya selalu menghiasi pikiranku saat aku menyetubuhi istriku. Kisahku dengan Mia akan kuceritakan lain waktu. Seperti biasanya, aku bangun pagi. Pagi itu aku bangun pukul 04.30 pagi. Setelah cuci muka, aku mulai berganti pakaian. Aku akan melakukan olahraga pagi. Udara pagi yang sehat memang selalu memotivasiku untuk jogging keliling kompleks perumahanku. Dengan cuek aku memakai baju olahraga yang cukup ketat dan pas sekali ukurannya di tubuh machoku ini. Kemudian aku mengenakan celana boxer yang juga ikut mencetak pantatku yang seperti dipahat ini. Aku sengaja bersikap demikian demi mewujudkan impianku, menggoda Mia dengan keindahan tubuhku. Menurut kabar, dia juga suka jogging. Niatku bersenang-senang dengan Mia memang sudah lama kupendam. Namun selama ini gadis itu selalu membuatku gemas dan penasaran. Dia seperti layangan yang diterbangkan angin, didekati menjauh, dijauhi mendekat. Tak berapa lama jogging, tubuhku pun sudah mulai keringatan. Peluh yang membasahi kaus olahragaku, membuat tubuh kokoh ini tercetak dengan jelas. Aku membayangkan Mia akan terangsang melihatku. Tetapi sialnya, pagi itu tidak ada tanda-tanda Mia sedang berjogging. Tidak kelihatan pula tetanggaku lainnya yang biasa berjogging bersama. Padahal aku sudah berjogging sekitar 30 menit. Saat itu aku baru sadar, aku bangun terlalu pagi. Padahal biasanya aku jogging jam 06.00 ke atas. Dengan perasaan kecewa aku balik ke rumah mertuaku. Dari depan rumah itu tampak sepi. Aku maklum, penghuninya masih tertidur lelap. Tadi pun saat aku bangun, tidak terdengar komentar istriku karena dia sedang terlelap tidur setelah semalaman dia menemani anakku bermain playstation. Saat aku berjalan ke arah dapur untuk minum, aku melihat ibu mertuaku yang seksi itu sedang mandi. Tampaknya dia sudah bangun ketika aku berjogging tadi. Kamar mandi di rumah mertuaku memang bersebelah-sebelahan dengan dapurnya. Setiap kali anda ingin minum, anda harus melewati kamar mandi itu. Seperti disengaja, pintu kamar mandi itu dibiarkan sedikit terbuka, hingga aku bisa melihat bagian belakang tubuh molek mertuaku yang menggairahkan itu dengan jelas. Mertuaku walaupun usianya sudah kepala 4, tapi masih kelihatan seksi dan molek, karena dia sangat rajin merawat tubuhnya. Dia rajin senam, aerobik, body language, minum jamu, ikut diet sehat, sehingga tak heran tubuhnya tidak kalah dengan tubuh wanita muda usia 30-an. Melihat pemandangan syur itu, kontan batangku mengeras. Batang besar, panjang, dan keras itu ingin merasakan lubang hangat yang nikmat, basah, dan lembab. Batang itu juga ingin diremas-remas, dikulum, dan memuncratkan pelurunya di lubang yang lebih sempit lagi. Sambil meremas-remas batangku yang sudah mulai tegak sempurna ini, kuperhatikan terus aktivitas mandi mertuaku itu. Akhirnya timbul niatku untuk menggaulinya. Setelah menimbang-nimbang untung atau ruginya, aku pun memutuskan nekat untuk ikut bergabung bersama ibu mertuaku, mandi bersama. Kupeluk dia dari belakang, sembari tanganku menggerayang liar di tubuh mulusnya. Meraba mulai dari leher sampai kemaluannya. Awalnya ibu mertuaku kaget, tetapi setelah tahu aku yang masuk, wajah cantiknya langsung tersenyum nakal. "Panji, nakal kamu" katanya sambil balas memelukku. Dia berbalik, langsung mencium mulutku. Tak lama kami sudah berpagut, saling cium, raba, dan remas tubuh masing-masing. Dengan tergesa kubuka bajuku dibantu mertuaku hingga aku sudah bertelanjang bulat. Batangku pun mengacung tegang, besar, dan gagah. Kami pun melakukan pemanasan sekitar 10 menit dengan permainan oral yang nikmat di batangku, sebelum kemaluannya kutusuk dengan batangku. Permainan birahi itu berlangsung seru. Aku menyetubuhinya dalam posisi doggy style. Aku merabai payudaranya yang kencang itu, meremas-remasnya, mempermainkan putingnya yang sudah mengeras. 30 menit berlalu, ibu mertuaku sudah sampai pada puncaknya sebanyak 2 kali. 1 kali dalam posisi doggy, 1 kali lagi dalam posisi berhadap-hadapan di dinding kamar mandi. Namun sayangnya, batangku masih saja mengeras. Aku panik karenanya. Aku khawatir jika batangku ini masih saja bangun sementara hari sudah mulai pagi. Aku khawatir kami akan dipergoki istriku. Rupanya mertuaku mengerti kepanikanku itu. Dia kembali mengoral batangku yang masih bugar dan perkasa ini, lalu dia berbisik mesra, "Jangan khawatir panji sayang, waktunya masih lama" katanya nakal. Aku bingung mendengar ucapannya, tapi kubiarkan aktivitasnya itu sambil terus mendesah-desah nikmat. Tiba-tiba ibu mertuaku menghentikan perbuatannya itu. Dia langsung berdiri. Melihat itu, aku pun protes, "Lho, bu, aku khan belum keluar?" suaraku parau, penuh birahi. "Sabar sayang, kita lanjut di kamarku saja yuk" katanya mesra. Aku pun tambah bingung. "Tapi khan ada bapak?" suaraku masih saja parau, karena birahi. "Tenang saja, bapakmu itu sudah pergi tak lama setelah kamu jogging tadi, dia ada tugas ke Jawa" sahut ibu mertuaku sambil mengemasi pakaian olahragaku yang tercecer di kamar mandi dan kemudian menggandengku ke arah kamarnya. Begitu sampai di kamarnya, aku disuruhnya telentang di ranjang, sementara dia mengelap sisa-sisa air, keringat, dan sabun di tubuhnya dengan handuk kering yang sudah ada di kamarnya. Lalu dia melakukan hal yang sama padaku. Setelah itu dia langsung saja mengambil posisi 69, mulai mengoral batangku kembali. Tak lama nafsuku pun bangkit kembali. Kali ini aku bertekad akan membuat mertuaku keluar sampai tiga kali. Aku memang khawatir hubunganku di pagi ini akan ketahuan istriku, tapi persetanlah...que sera-sera. Apapun yang akan terjadi terjadilah. Aku pun balik menyerang ibu mertuaku. Mulut dan lidahku dengan ganas mempermainkan miliknya. Tanganku juga ikut aktif merabai, meremasi bibir kemaluan dan menusuki lubang anal ibu mertuaku. Kelentitnya yang sudah membengkak karena rangsangan seksual kujilati, dan keremasi dengan gemas. Kumainkan pula apa yang ada di sekitar daerah kemaluannya. Gabungan remasan jari, kobokan tangan di kemaluannya, dan serangan lidahku berhasil membuat mertuaku keluar lagi untuk yang ketiga kalinya. "Aaaaahhhh.... panji sayang ...." jerit nikmat ibu mertuaku. Cairan birahi ibu mertua keluar deras dari lubang vaginanya. Langsung saja kuhisap dan kutelan habis hingga tidak ada yang tersisa. Akupun tersenyum, lalu aku merubah posisiku. Tanpa memberikan kesempatan ibu mertuaku untuk beristirahat, kuarahkan batangku yang masih bugar dan perkasa ini ke arah vaginanya, lalu kusetubuhi dia dalam posisi misionaris. Kurasakan batangku menembus liang vagina seorang wanita kepala 4 yang sudah beranak tiga, tapi masih terasa kekenyalan dan kekesatannya. Tampaknya program jamu khusus organ tubuh wanita yang dia minum berhasil dengan baik. Miliknya masih terasa enak dan nikmat menggesek batangku saat keluar masuk. Sambil menyetubuhi ibu mertuaku, aku mempermainkan buah dadanya yang besar dan kenyal itu, dengan mulut dan tanganku. Kuraba-raba, kuremas-remas, kujilat, kugigit, sampai payudara itu kemerah-merahan. Puas bermain payudara tanganku mempermainkan kelentitnya, sementara mulutku bergerilya di ketiaknya yang halus tanpa bulu, sementara tangan satunya masih mempermainkan payudaranya. Tangan ibu mertuaku yang bebas, meremas-remas rambutku, dan mencakar-cakar punggungku. Posisi nikmat ini kami lakukan selama bermenit-menit, hingga 45 menit kemudian ibu mertuaku mencapai orgasmenya yang keempat. Setelah itu dia meminta istirahat. Aku sebenarnya malas mengabulkan permintaannya itu, karena aku sedang tanggung, hampir mencapai posisi puncak. Namun akhirnya aku mengalah. "Panji kamu hebat banget deh, kamu sanggup membuat ibu keluar sampai empat kali" puji ibu mertuaku. "Aah ibu bisa saja deh" kataku merendah. "Padahal kamu sudah jogging 45 menit, tapi kamu masih saja perkasa" lanjut pujiannya. "Itukan sudah jadi kebiasaanku, bu" aku berkata yang sebenarnya. "Kamu benar-benar lelaki perkasa, Lilis beruntung mendapatkanmu" puji mertuaku lagi. Lalu kami bercakap-cakap seperti biasanya. Sambil bercakap-cakap, tangan ibu mertuaku nakal bergerilya di sekujur tubuhku. Terakhir dia kembali mempermainkan batangku yang sudah mengerut ukurannya. Aku bangkit, lalu beranjak dari tempat tidur. Ibu mertuaku memandangku heran, dikiranya aku akan keluar dari kamarnya dan mengakhiri permainan cinta kami. Tapi kutenangkan dia sambil berkata, "Sebentar bu, aku akan mengecek keadaan dulu". Aku memang khawatir, aku takut istri dan anakku bangun. Dengan cepat kukenakan kembali pakaian olahragaku dan keluar kamar mertuaku. Ternyata dugaanku salah. Hari memang sudah beranjak pagi, sekitar jam 6.15 menit, tapi istri dan anakku belum juga bangun. Penasaran kuhampiri kamarku dan kamar tempat anakku tidur. Ternyata baik anak maupun istriku masih tertidur lelap. Aku lega melihatnya. Sepertinya permainan playstation semalam, berhasil membuat mereka kolaps. Aku mendatangi jam weker di kamar keduanya, lalu kustel ke angka 9 pagi. Aku menatap wajah istriku yang tertidur penuh kedamaian, sambil berkata dalam hati, "Tidurlah yang lama sayang, aku belum selesai menikmati tubuh ibumu" lalu mengecup pipinya. Setelah itu, aku kembali ke kamar mandi, mencuci tubuhku, lalu balik lagi ke kamar mertuaku. Kami terlibat kembali dalam persetubuhan nikmat lagi. Dalam persetubuhan terakhir ini, aku dan ibu mertuaku sama-sama meraih orgasme kami bersama dalam posisi doggy anal. Sesudahnya aku balik ke kamar istriku, setelah membersihkan diri di kamar mandi untuk yang terakhir kali, dan kemudian mengenakan baju tidurku kembali. Begitulah cerita seksku dengan Ibu mertuaku di suatu pagi hari yang indah. Tidak ada Mia, ada Arini, mertuaku yang molek dan menggairahkan.sahronihttp://www.blogger.com/profile/04363341387314395578noreply@blogger.com0