Saturday, February 27, 2010

gadi smu hot

pasti hari ini , gua di pangil ke kantor kepsek lagi ? pikirnya . Dia terus berjalan memasuki ruang kelasnya . Wajahnya yang putih , tampak cantik dengan jilbab putihnya yang bersih . Bel tanda di mulainya pelajaran berbunyi . Tak lama seorang guru , memasuki kelas dimana gadis itu duduk . ? selamat pagi , pak ? sapa murid murid nya serempak . pagi ..? jawab guru itu . Guru itu melihat satu persatu anak didiknya . Fitri ..? suara guru itu menghentak gadis cantik berjilbab itu . ? ya ..pak ? Jawab Fitri. kamu di panggil ke ruang kepala sekolah ? Kata guru itu . Fitri sudah tahu sebelumnya , sudah telat satu minggu dia belum melunasi SPP nya.Apa lagi bulan lalu dia masih menunggak .Dengan gontai Fitri bangun dari kursinya dan berjalan ke luar ruang kelasnya . Beberapa pasang mata , teman temannya melihatnya . tok tok ?? suara ketukan pintu di ruang kepsek terdengar . ? masuk ? begitu jawaban dari dalam ruang itu . Fitri membuka pintu ruang kep sek itu . ? selamat pagi pak ? sapa Fitri kepada kepala sekolahnya . Kepala sekolah itu menatap Fitri , gadis cantik , kelas 1 SMU yang selalu berjilbaba . Di usianya yang baru enam belas tahun , tercermin kecantikan dan ke elokan di wajahnya. hemm , apa yang ada di balik rok abu abu panjang , yang eloe pakai fitri..? guman kep sek itu dalam hati . begini Fitri , soal pembayaran SPP ..? kata kep sek itu . ? maaf , pak .. orang tua saya belum punya uang..? jawab Fitri . ? yah , tapi peraturan , Fitri tidak bisa begitu , kamu sudah menunggak , dan sekarang juga belum bayar , kamu akan di keluarkan dari sekolah ini ..? kata kep sek itu . ? tolong pak , beri saya waktu ..? iba Fitri . ehm .. saya tahu , kamu murid yang pandai , sayang kalau sampai putus sekolah ..? jawab kep sek itu. ? tolonglah pak ?? iba Fitri lagi . Mata kepsek itu dengan jalang , menatap Fitri . Dia tersenyum dan berkata ? Fitri , kamu sudah punya pacar?? . Fitri agak tercengang dengan pertanyaan kepala sekolahnya yang tidak relevan ini . Fitri menjawab ? tidak saya tidak punya pacar pak ? jawab Fitri . ? bagus. .. bagus..? jawab kep sek itu . Kamu akan terus di sekolah ini , tidak usah bayar SPP , asal kamu mau bercinta dengan saya..? kata kep sek itu . Kuping Fitri terasa panas mendengar kata kata kep sek itu . ? pak , maksud bapak apa ? ? kata Fitri . ha ha ha , saya rasa kamu tahu , maksud saya , apa perlu saya perjelas ..? kata kep sek itu lagi . Fitri mengeleng ? pak saya tidak bisa?? jawab Fitri. ? kalau begitu , kamu di keluarkan dari sekolah ini sekarang juga..? bentak kep sek itu . tapi ?tapi ?pak ..tolong jangan keluarkan saya?? iba Fitri. Kep sek itu tersenyum ? Fitri saya tidak sejahat itu , saya cuma ingin bersenang senang dengan kamu , sayang??. Fitri diam menundukkan kepalanya , di hatinya berkecamuk segala macam pikiran . Fitri , kalau kamu mau saya malah bisa , memberi kamu uang jajan setiap harinya ..? kata kep sek itu lagi . Fitri hanya bisa diam , mulutnya tak mampu untuk berbicara . Dan Kep sek itu mulai mendekatinya , dan tiba tiba mencium bibir Fitri . Saat itu Fitri meronta ? jangan pak ?jangan ?saya tak mau ?? . Fitri lalu berlari ke arah pintu , tapi Kep sek itu lebih sigap , Pintu di ruangan itu berhasil di tahan oleh Kep sek itu . Dan Kep sek itu menraik tangan Fitri menjauh dari pintu itu , lalu mengunci pintu ruang itu . Fitri terus meronta , tapi kepsek itu menampar pipinya . ? aduh ? jerit Fitri , dengan sebagian wajah cantiknya tertutup jilbab putih yang di kenakannya. Lalu dengan kuat tubuh imut ABG itu di hempaskan ke sofa di ruang itu .? elo jangan macem macem , lebih baik turuti kemauan gua..atau gua akan memyiksa eloe ? ancam Kep sek itu . Fitri mulai panik . ? jangan saya tidak mau ..lepaskan?? jeritnya . ? plak ?? kep sex itu kembali menampar wajahnya , meninggalkan bekas memerah di pipinya . ampun pak ? jangan..sakit?? erang Fitri sambil memegang pipinya . ? diam jangan cerewet loe..? kata Kep sex itu yang sudah di kuasi nafsu birahinya . Tangan kep sek itu dengan cepat melepas kancing baju seragamnya , satu persatu . juga bra yang di kenakannya . Buah dadanya yang baru tumbuh itu menjadi santapan liar mata kep sex itu . Putting susunya yang kecil di sentuhnya , Fitri kembali merota ? jangan pak ..jangan ..saya malu ?? . diam , mau gua tabok lagi loe ..yah?? bentak kep sek itu . Fitri terdiam , air matanya mulai mengalir . Tiba tiba , putting susunya di cubit dan di tarik kepsek itu . ? aduh..sakit?jangan..sakit..ampun ?? erang Fitri . Kepsek itu menyeringai , ? yah terus menjerit , gua suka mendengarnya ?? Kepsek itu terus mencubit , dan memilin milin putting susu imut milik ABG itu , membuat Fitri merasa kesakitan . Lalau dia berhenti , dan mejilati putting susu Fitri .dan menyusui di buah dada ABG itu . ? ih ..eh..jangan pak ?ahh?? erang Fitri . Rok panjang yang di kenakannya , mulai di naikkan ke atas terus sebatas pinggulnya . Fitri kini tak bisa berbuat apa apa , hanya pasrah , memperlihatkan ke mulusan pahanya . Tangan kepsek itu pun mengelus elus , paha mulus dan licin itu , sambil matanya menatap selakanganan anak didiknya , yang masih terbungkus celana dalam pinknya itu . benar benar bikin nafsu ..? ujar kep sek itu . Kemudian kedua belah kaki Fitri di buka lebar oleh Kepsek itu . Hidung Kepsek mendekati selangkangan celana dalam itu , dan menghirup aromanya ? hmmm , benar benar aroma perawan ? puji Kepsek itu dengan menyeringai .Tangan Kepsek lalu melepas celana dalam pink itu . dan kembali melebarkan kedua belah kaki Fitri. Mata Kepsek terbelak , menyaksikan vagina Fitri yang masih muda itu . Belahanya masih terasa sempit . Dengan bulu bulu halus yang baru tumbuh di bukit vaginanya . Dengan dua jarinya Kepsek membelah bibir vagina itu , dan menemukan klitorisnya yang merah , serta liang vaginanya yang tampak rapat . Lidah Kepsek pun menjulur , menjilati vagina Fitri. ? ihhhh?.ihhh?jangan pak ..geli .. ?.? erang Fitri, dengan tubuh yang mengeliat . Lidah Kepsek terus saja , menyapu vaginanya . bergerak cepat di klitorisnya yang terlihat semakinn tegang. Fitri pun terus menerus mengeliat , dan mengerang . Tanpa terasa , birahi ABG itu pun terusik , dia merasakan nikmat yang baru pertama kali di rasakannya . Dari liang vaginanya yang perawan , terasa mulai di basahi oleh lendir birahinya . Lidah Kepsek semakin liar menyapu vagina Fitri, dan Birahi Fitrisudah birahi .? ahhh sudah pak ahhh?sudah?ahh??? erang Fitri. . Kepsek itu menghentikan jilatannya dan memandang wajah cantik ABG berjilbab itu . ? sudah ..yang benar .. jangan pura pura , gua tahu eloe suka di jilatin ..? kata Kepsek itu . Wajah Fitri memerah . Lidah kepsek itu tiba tiba menjilati lagi klitorisnya . ? ehhhh?.ahhhh?. ahhh?? Fitri kembali mengerang . Lidah itu terus menyapu dengan liar . tak lama kepsek itu kembali bertanya pada Fitri , sambil menatap wajah cantik ABG berjilbab iitu . ? enak engak Fitri sayang ..? . Fitri tak menjawab dia memejamkan matanya . ? eh kalau di tanya jawab dong , enak engak?? kepsek itu mengulangi pertanyaannya . Fitri menjawab singkat ? enak ..? , sambil menutup wajah cantiknya dengan jilbab putihnya .. ahhh?ahh.. pak? ? erang Fitri ketika kembali merasakan lidah kepsek itu menyapu vaginanya . Dan kepsek itu terus menstimulasi klitoris Fitri yang tampak sudah semakin membesar karena birahinya . Liang vaginanya terus mengeluarkan lendir birahinya . Tubuh Fitri terus mengeliat , merasakan kenikmatan . Kenikmatan yang baru pertama kali dirasakannya . Tanpa sadar birahinya semakin memuncak , orgasme semakin mendekati , ada suatu desakan dalam tubuh Fitri . Lidah kepsek itu bergerak terus , dan Tubuh Fitri tiba tiba kejang , lalu mengejet beberapa kali . ? ahhh?.enak sekali?.? erang Fitri , tak bisa lagi menyembunyikan perasaannya . Kepsek itu tahu jelas Fitri baru saja orgasme . Dia berhenti , dan membiarkan Fitri menikmati orgasmenya . Entah mimpa apa Kepsek semalam , tapi dia merasa sangat beruntung , bisa menikmati tubuh muda belia gadis ini . Dengan segera Kepsek melepas celananya sekaligus kolor hitamnya . Penisnya langsung mencuat , tegang sekali . Kepsek menyodorkan penis itu di mulut Fitri. Tapi Fitri membuang muka , merasa jijik dengan benda asing , yang baru pertama kali dilihatnya itu . ? Fitri , ayo gantian dong ?? bujuk kepsek itu . Kepsek itu memegang tangan Fitri , dan membawanya ke batang penisnya yang sudah tegang itu . Fitri meraba raba penis itu . Mata Kepsek merem melek , ketika batang penisnya di remas jari jari lembut Fitri. ? ahhh? ? ahh..enak?.? erang Kepsek . Tangan Fitri terus meremas batang penis kepsek itu . Fitri pun merasakan sensasi nya . Fitri sayang , jilat in dong ..ayo ..? pinta kepsek itu . Tapi Fitri terluhat ragu sekali . Tapi kepsek itu terus membujuknya . Akhirnya Fitri menjulurkan lidahnya , dan menjilati batang penis itu . Karena Fitri belum pengalaman , maka kepsek itu segera menarik penisnya .Kepsek itu yang sudah bernafsu segera mengarahkan penis itu ke vagina Fitri. Kepala penis itu , menempel di liang vagina Fitri. Perlahan , penis yang besar itu di tekan masuk ke dalam liang vagina Fitri . awww?. Sakit pak?ampun ?setop .. ? jerit Fitri, ketika penis Kepsek yang besar itu ,menerobos masuk liang vaginanya , merobek selaput daranya . Fitri mengigit bibirnya menahan rasa sakit di vaginanya , dan Kepsek itu terus menekan , hingga penisnya mentok di dalam liang vagina Fitri. Perlahan Kepsek , menarik keluar penisnya dari liang vagina Fitri, disertai erangan Fitri. gila , enak bener m*m*k eloe sayang ?? Kepsek melenguh , sambil terus mengerakkan penisnya dalam vagina Fitri.. Kepsek itu merasa nikmat sekali , tapi Fitri merasakan kesakitan sekali . Vaginanya yang perawan , di lukai oleh penis kepsek itu yang cukup besar . Tangan Fitri mengcengkram ujung sofa kulit di ruang itu . Dari mulutnya terdengar erangan kesakitan. Raut mukanya meringis ringis menahan sakit dan pedih di vaginanya. Sementara kepsek itu terus mengerakkan batang penisnya keluar masuk laing vagina ABG itu penuh nafsu . Nafasnya ngos ngosan , keringat membahasi dahinya . Penis itu terus menusuk nusuk liang vagina Fitri . ? aduh ..sakit ..sudah pak ?sakit sekali ?? erang Fitri . Tapi kepsek itu tidak peduli , hasratnya harus terpenuhi . Tubuh Fitri menjadi lemas , saat sata mendekati ejakulasinya , gerakan kepsek itu semakin liar , Penis itu di hentak hetakan dalamliang vagina Fitri . Fitri menjerit setiap kali batang penis itu menghentak dalam liang vaginaya. ? aduh..sakit?.? . Untunglah tak lama kemudian penis besar itu berhenti bergerak . Penis itu diam dalam liang vagina Fitri . Dan Fitri bisa merasakan sperma kepsek itu membajiri liang vaginanya . Perlahan penis kepsek itu terlepas dari liang vaginanya . Tampak sperma mengalir keluar dari liang vagina Fitri yang memar memerah . Ada bercak darah di vaginanya . Kepsek itu memberinya tisuue , ? ini di lap , tuh m*m*k ? kata kepsek itu . Sambil melap vaginanya , air mata Fitri mengalir . ? udeh gak usah nangis segala ..:? kata kepsek itu . Fitri pun segera memakai kembali pakaiannya , merapikan jilbabnya yang acak acakkan . Lalu dia berjalan ke arah pintu . Fitri , ini buat eloe jajan..? kata kepsek itu , sambil memberikan beberapa lembar , uang lima puluh ribuan . eloe jangan takut , eloe akan tetap sekolah disini ..? kata Kepsek itu l . Fitri menatap kepsek itu . ? oh iyah , dan jangan lupa besok eloe kemari lagi yah?? kata kepsek itu . Fitri hanya diam , lalu kepsek itu membuka pintu ruang itu , dan Fitri berjalan dengan kepala tertunduk kembali ke kelasnya .

jadi pemuas majikan

Namaku sebut saja ningsih (18) aku seorang pembantu rumah tangga di sebuah keluarga kaya raya di jakarta. Pekerjaan ini terpaksa aku lalukan karena aku hanya lulusan SMP dan aku butuh uang untuk membantu ekonomi keluargaku di kampung. Kata orang wajahku lumayan cantik dengan proporsi tubuh tinggi 164 cm dan berat 48 kg. Kulit ku juga bersih dan mulus. Terus terang aku senang bekerja sebagai pembantu di keluarga Nyonya Rini ini. Majikanku penyabar memberi gaji bulanan yang cukup dan memperlakukanku dengan baik. Suami majikanku seorang pengusaha sementara Nyonya Rini seorang dosen. Kisah yang akan aku ceritakan ini bermula saat putra tunggal majikanku, Mas Rafy 22th, pulang karena liburan dari kuliahnya di Australia. Saat aku baru menjadi pembantu mas Rafy sudah kuliah di Australia sehingga baru saat dia pulang liburan inilah aku bertemu dengannya. Putra majikanku itu ternyata juga ramah seperti ke dua orang tuanya, Dia juga tampan dan tubuhnya atletis. Hanya beberapa hari setelah bertemu aku sudah akrab denganya. Aku ngak menyangka kalau akau akan terlibat kisah asmara denganya. Ceritanya pagi itu aku di panggil oleh Putra majikanku itu. Sampai di kamarnya aku kaget banget karena waktu itu mas Rafy sedang nonton Film Dewasa. Aku kikuk banget tapi Mas Rafy santai sekali, sama sekali tidak malu meski ketahuan sedang nonton Film begituan. Aku jadi menundukkan kepala karena malu. "Mas rafy memanggil saya ada apa" tanyaku dengan gugup sambil berusaha untuk tidak melihat tontonan panas di TV 21 inci yang sedang di tonton oleh putra majikanku itu. "Iya tolong..rapikan tempat tidurku dan mejaku, aku mau mandi dulu." Katanya setelah bangkit dari tempat tidurnya. Ia lalu menepuk bahuku dan pergi dengan santainya ke kamar mandi tanpa mematikan pesawat TV nya yang masih menayangkan film panas dari VCD. Setelah Mas Rafy pergi ke kamar mandinya aku lalu merapikan tempat tidurnya yang berantakan. Adegan panas yang ada di TV bisa aku lihat dengan jelas menampilkan adegan sepasang pria dan wanita bule yang sedang berhubungan intim di atas ranjang. Saat itu tubuhku panas dingin menyaksikannya. Setelah ranjang mas Rafy selesai aku rapikan, tanpa sadar aku duduk di tepi ranjang dan justru menonton film dewasa yang baru pertama kalinya aku saksikan itu, sampai lupa untuk merapikan meja Mas Rafy yang berserakan dengan buku dan majalah. Adegan film panas itu membuat tubuhku panas dingin dan tanpa sadar aku lupa diri, tanpa sadar aku meremas-remas buah dadaku dengan tangan kiri sementara tangan kananku merabai selangkanganku sendiri. Kegiatan nonton dan merangsang diri sendiri itu tanpa sadar kulakukan beberapa menit hingga aku tidak tahu kalau mas rafy sudah selesai mandi. Tiba-tiba saja Ia sudah duduk di sampingku dengan tubuh setengah telanjang karena hanya handuk yang menutupi bagian bawah tubuhnya. "Bagus ya filmnya.." katanya tiba-tiba yang membuat kaget setengah mati. Aku jadi malu sendiri. Aku tundukan kepalaku, tubuhku panas dingin dan wajahku waktu itu pasti merah karena malu dan juga karena adegan film itu membuatku terangsang sekali. "Maaf mas, mejanya belum di rapikan.." kataku seraya bangkit dan hendak merapikan mejanya. "Ngak usah, nanti saja...Filmnya khan belum selesai. tanggung temani aku nonton ya" kata nya sambil memegangi tanganku. Bagai kerbau di congok hidungnya aku menurut saja dan kembali duduk di tepi ranjang, saat itu aku salah tingkah, kikut dan tubuhku serasa panas dingin. Saat itu adegan film menampilkan adegan oral seks yang dilakukan si wanita pada pasangan prianya. Adegan film panas di tambah dengan mas rafy yang duduk di sampingku tengah santai menonton dengan tubuh atletis yang hanya di tutupi handuk membuatku begitu terangsang. Lalu putra majikanku itu mendekatkan tubuhnya hingga mepet dengan tubuhku. Dia lalu meraih daguku dan mendekatkan bibirnya ke bibirku. "Ningsih kamu cantik sekali" katanya dengan lembut. saat itu aku tidak tahu harus bagaimana. Pikiranku kacau, seharusnya aku segera berlari keluar dari kamarnya untuk menghindari hal-hal buruk yang akan terjadi. tapi aku hanya bisa diam dan tubuhku terasa kaku. Akhirnya bibirku di kecup dan di kulum oleh Mas Rafy. Mungkin karena aku sudah terangsang gara-gara nonoton Blue film tadi, aku jadi pasrah dan diam saja waktu tubuhku direbahkannya dan ciumannya sudah pindah ke leherku. "Ohh..mas.." desahku tanpa sadar waktu tangan putra majikanku itu mengusap pangkal pahaku dengan rangsangan yang hebat. Tanpa aku sadari mas rafy telah melucuti pakaianku. Setelah Bh-ku di lepasnya dia lalu menciumi dan mengulum lembut puting susuku. Aku mendesah dan makin terangsang karena hal itu belum pernah aku rasakan sebelumnya. Aku mendesad dan mengeliat keenakan saat bibir dan lidah nya menyapu permukaan buah dadaku yang berukuran bra 36B itu. Apalagi saat puting susuku disedot dan di kenyotnya dengan penuh nafsu. Waktu itu aku sudah tidak bisa berpikir sehat yang ada dalam pikiranku adalah aku ingin mersakan kenikmatan. Aku jadi berani lalu menarik handuk yang melilit tubuh Mas Rafy hingga terlepas, aku terkejut melihat ukuran alat vital putra majikanku itu yang begitu besar dan telah berdiri tegak denga gagahnya. Dia lalu melolosi cenana dalamku dan mengarahkan alat vitalnya di ke arah kewanitaanku. saat ujung senjatanya yang digeser-geserkan di bibir kewaiitaanku aku jadi terangsang hebat. Tapi tiba-tiba aku merasakan sakit saat liang kewanitaanku di terobos oleh kejantanan mas Rafy. Aku merintih dan menjerit kecil saat mas Rafy menarik dan mendorong kepunyaanya itu. "Aduh Mas.., sakit" rintihku. "Ngak apa-apa..nanti sebentar juga hilang sakitnya." bisiknya di telingaku dengan maja melem-melek merasakan nikmat. Benar juga katanya, lama lama rasa sakit dan perih dikewanitaanku berangsur-angsur hilang dan kini hanya rasa nikmat yang kurasakan. "Aaaaahhh...ohhhh" desahku sambil mulai mengoyangkan pinggulku untuk mengimbangi gerakan Mas Rafy. Saat itu aku tak peduli dan tak memikirkan sama sekali bahwa aku telah kehilangan keperawananku. yang aku inginkan adalah kenikmatan yang semakin nikmat karena mau mencapai puncak. Mas rafy terus menyetubuhiku sambil bibirnya menngulum-ngulum bibirku. Akupun kini membalas lumatan bibirnya dan permainan lidahnya di dalam mulutku sambil sesekali terus mendesis dan merintih karena sodokan-sodokan kejantanannya di kewanitaanku. Beberapa menit kemudian seluruh persendian tubuhku serasa menegang. "Ohhh..Mas..Terus mas" desisku tanpa sadar. Putra majikanku itupun makin bernafsu dan menyetubuhiku dengan lebih beringas dan makin cepat gerakannya, sampai akhirnya "Aaaahhhhhh...." dengan lenguhan panjang aku mencapai puncak kenikmatan Tahu kalau aku telah mencapai puncak, lalu Dia mencabut senjatanya dari liang vaginaku. Kulihat ada percikan darah di batang kemaluannya. Dia lalu memintaku untuk melakukan oral seks seperti yang tadi aku tonton di blue film. Aneh, Aku sama sekali tidak menolakknya dan justru ingin melakukannya. Lalu mas Rafy merebahkan tubuhnya dengan punggung bersandar di tumpukan bantal. Sementara aku duduk bersimpuh di atara kedua kakinya. Ukuran alat vitalnya yang besar dan panjang itu rupanya membuatku jadi sangat bernafsu. Aku tidak menyangka kalau aku yang gadis dusun ini memiliki nafsu seks yang tinggio yang sebelumnya tidak aku sadari. Lalu aku mempraktekkan apa yang tadi aku tonton di Blue film. Ujung Rudal Mas Rafy mulai aku cium dan aku jilati lalu aku masukan ke dalam mulutku dan aku kocok. Majikan mudaku itu mengerang dan mengeliat merasakan nikmat. "Terus Ning..ohh..ohhh" desahnya. Aku juga di minta untuk menjilati bagian bawah kemaluannya dan buah zakarnya sedangkan tangganku mengocok batang kemaluannya. Setelah puas dengan permainan oral seks-ku, aku di minta duduk diatas senjatanya. Permainanpun dilanjutkan dimana aku berada di atas. Kemuadian aku bergoyang naik turun sementara putra majikanku itu mendekap pantatku dan sesekali mendorongkan pantatnya ke atas mengimbangi goyanganku. Rintihan dan desahanku bersahutan dengan lenguhan mas rafy yang tengah berpacu menuju puncak. Beberapa saat kemudian aku sepertinya akan kembali mencapai puncak dan sepertinya Mas rafy juga. Ia lebih agresif mendorongkan senjatanya ke atas. Tak berapa lama aku kembali menegang dan mencapai puncak lalu di susul dengan teriakan mas rafy yang juga mencapai puncak. "Ohhh..ohhh..Ningsih aku keluar sayang..ohhh..ahhh" teriaknya sambil menancapkan pelornya dalam dalam ke liang vaginaku yang masih mendudukinya. Air mani hangat menyembur membasahi bagian dalam kewanitaanku. Dengan tubuh kelelahan dan lunglai seolah tak bertulang, aku terkulai diatas dada putra majikanku yang berbulu dan berkeringat itu. aku memeluknya erat seolah tidak mau kehilangan saat-saat yang penuh kenikmatan itu. sama sekali tidak ada penyesalan meski aku baru saja kehilangan keperawananku. Setelah kejadian pagi itu kami masih sering melakukan hubungan intim yang terlarang itu selama mas rafy belum kembali ke Australia untuk melanjutkan kuliahnya. Beruntung aku tidak sampai hamil oleh kejadian ini, mungkin belum tapi semoga saja memang tidak. Sekarang liburan mas rafy sudah selesai sehingga dia kembali melajutkan kuliahnya di australia. aku benar-benar kesepian dan ketagihan dengan permainan seksnya. Harapanku mas rafy tidak melupakan aku meski aku tidak terlalu berharap Ia akan menikahiku. TAMAT

aku dan sepupuku

Sebelumnya kuperkenalkan diri namaku Rudy tinggi 170 cm berat badan 55 kg umurku sekarang 20 tahun asalku dari Sragen sekarang aku telah masuk jenjang perguruan tinggi negeri di kota Solo. Pengalaman seks yang pertama kualami terjadi sekitar 4 tahun lalu, tepatnya waktu aku masih duduk di bangku SMU kelas 1 berumur 16 tahun. Karena rumahku berasal dari desa maka aku kost dirumah kakakku. Saat itu aku tinggal bersama kakak sepupuku yang bernama Mbak Fitri berusia 30 tahun yang telah bersuami dan mempunyai 2 orang putri yang masih kecil-kecil, namun di tempat tinggal bukan hanya kami berempat tapi ada 2 orang lagi adik Mbak Fitri yang bernama Wina waktu itu berumur 19 tahun kelas 3 SMK dan adik dari suami kak Fitri bernama Asih berusia 14 tahun. Kejadian tersebut terjadi karena seringnya aku mengintip mereka betiga saat mandi lewat celah di dinding kamar mandi. Biarpun salah satu dianatara mereka suadah berumur kepala 3 tapi kondisi tubuhnya sangat seksi dan menggairahkan payudaranya montok, besar dan belahan vaginanya woow?erlihat sangat oh?ooght nggak ku-ku bo? Saat malam hari saat aku tidur dilantai beralaskan tikar, di ruang tamu yang gelap bersama Mbak Wina, awalnya sich aku biasa-biasa saja tapi setelah lama seringnya aku tidur bersama Mbak Wina maka aku akhirnya tak tahan juga. Malam-malam pertama saat dia tertidur pulas aku cuma berani mencium kening dan membelai rambutnya yang harum. Malam berikutnya aku sudah mulai berani mencium bibirnya yang seksi mungil, tanganku mulai meremas-remas buah dadanya yang padat berisi lalu memijat-mijat vaginanya yang, oh ternyata empuk bagai kue basah yang?oh?h.., aku melihat matanya masih terpejam pertanda ia masih tertidur tapi dari mulutnya mendesah dengan suara yang tak karuan. h?.ught?.hhhhhh?hmmmm?desahan Mbak Wina mulai terdengar. Tanganku terus bergerilya menjamah seluruh tubuhnya.saat aku menciumi vaginanya yang masih tertutup calana, ia mulai terbangun aku takut sekali jangan-jangan ia akan berteriak atau marah-marah tapi dugaan ku meleset. Ia malah berkata, ik teruskan?. aku sudah lama mendambakan saat-saat seperti ini ayo teruskan saja.? Bagai mendapat angin segar aku mulai membuka t-shirt yang ia gunakan kini terpampang buah dada yang seksi masih terbungkus BH. BH-nya lalu kubuka dan aku mulai mengulum putingnya yang sudah mengeras gantian aku emut yang kiri dan kanan bergantian. Mbak, maafkan aku tak sanggup menahan nafsu birahiku!? Nggak apa-apa kok dik aku suka kok adik mau melekukan ini pada mbak karena aku belum pernah merasakan yang seperti ini?jawab Mbak Wina. Setelah puas kupermainkan payudarnya lalu aku mulai membuka rok bawahannya.biarpun kedaan gelap gulita aku tahu tempat vagina yang menggiurkan, terus kubuka CD nya, lalu kuciumi dengan lembut. srettttttttttt? suara jilatan lidahku. terus dik enak?.!!!? Karena takut ketahuan penghuni rumah yang lain aku dengan segera mengangkan kedua kakinya lalu kumasukkan penisku yang mulai tegang kedalam vaginanya yang basah. hm hhhhh? mmmmhhh? rintih kakakku keenakan. Setelah kira-kira setengah jam aku mulai merasakan kenikmatan yang akan segera memuncak demikian juga dengan dia. Crot..cret rettttttt? crettttttttttt? akhirnya spermaku kukeluarkan di dalam vaginanya.? Rupanya ia masih perawan itu kuketahui karena mencium bau darah segar. Terima kasih dik kamu telah memuaskan Mbak, Mbak sayang padamu lain kali kita sambung lagi yach?? Ok deh mbak? sahutku. Setelah selesai memakai pakaian kembali aku dan dia tidur berpelukan sampai pagi. Sebenarnya kejadian malam itu kurang leluasa karena takut penghuni rumah yang lain pada tahu,sehingga suatu ketika kejadian itu aku ulang lagi. Masih ingat dalam ingatan hari itu minggu pagi,saat mbak Fitri dan adiknya Asih bersama keuarga yang lain pergi ke supermarket yang tidak terlalu jauh dari rumah kami.Karena keadaan rumah yang sepi yang ada hanya aku dan Mbak Wina, aku mulai menutup seluruh pintu dan jendela. Kulihat Mbak Wina sedang menyeterika dengan diam-diam aku memeluknya dengan erat dari balakang. Dik jangan sekarang aku lagi nyetrika tunggu sebentar lagi yach sayang?!?pinta Kak Wina. Tapi aku yang sudah bernafsu nggak memperdulikan ocehannya, segera kumatikan setrika, kuciumi bibirnya dengan ganas. m ght? hmmmmm eght?? Karena masih dalam posisi berdiri sehingga tak leluasa melakukan cumbuan, aku bopong ia menuju ranjang kamar. Kubaringkan ia di ranjang yang bersih itu lalu segera kulucuti semua pakaiannya dan pakaian ku hinggas kami berdua telanjang bulat tanpa sehelai benang pun yang menempel. Wow tubuh kakakku ini memang benar sempurna tinggi 165 cm berat sekitar 50 kg sungguh sangat ideal, payudaranya membusung putih bagaikan salju dengan puting merah jambu dan yang bikin dada ini bergetar dibawah pusarnya itu lho bukit kecil kembar ditengahnya mengalir sungai di hiasai semak-semak yang rimbun. Kami berdua tertawa kecil karena melihat tubuh lawan jenis masing-masing itu terjadi sebab saat kami melakukan yang pertama keadaan sangat gelap gulita tanpa cahaya. Sehingga tidak bias melihat tubuh masing-masing. Aku mulai menciumi muka tanpa ada yang terlewatkan, turun ke lehernya yang jenjang kukecupi sampai memerah lalu turun lagi ke payudaranya yang mulai mengeras, kujilati payudara gantian kanan kiri dan kugigit kecil bagian putingnya hingga ia menggelinjang tak karuan. Setelah puas bermain di bukit kembar tersebut aku mulai turun ke bawah pusar, ku lipat kakinya hingga terpampang jelas seonggok daging yang kenyal di tumbuhi bulu yang lebat. Lidahku mulai menyapu bagian luar lanjut ke bagian dinding dalam vagina itu, biji klitorisnya ku gigit pelan sampai ia keenakan menjambak rambutku. uht..ugh ah oh?oh?.Desahan nikmat keluar dari mulut Kak Wina. Setelah kira-kira 15 menit aku permainkan vaginanya rasanya ada yang membanjir di vaginanya rasanya manis asin campur aduk tak karuan kusedot semua cairan itu sampai bersih, rupanya ia mulai orgasme. Mungkin saking asyiknya kami bercumbu tanpa kami sadari rupanya dari tadi ada yang memperhatikan pergumulan kami berdua, Mbak Fitri dan adik suaminya, Asih sudah berdiri di pinggir pintu. Mungkin mereka pulang berdua tanpa suaminya dan kedua anaknya yang masih mampir ke rumah Pakdhenya mereka ketuk pintu tapi nggak ada sahutan lalu mereka menuju pintu daur yang lupa tak aku kunci. Aku dan Mbak Wina kaget setengah mati, malu takut bercampur menjadi satu jangan-jangan mereka marah dan menceritakan kejadian ini pada orang lain. Tapi yang terjadi sungguh diluar dugaan kami berdua, mereka bahkan ikut nimbrung sehingga kami menjadi berempat. Dik main gituan kok kakak nggak di ajak sich kan kakak juga mau, sudah seminggu ini suami kakak nggak ngajak gituan? ucap Mbak Fitri. Ini juga baru mulai kak!?sahutku. Mas aku boleh nyoba seks sama Mas??tanya Asih. Boleh? Aku dan Kak Wina selanjutnya menyuruh mereka berdua melepas seluruh pakaiannya. Ck.. ck ck? guman ku. Sekarang aku dikerubung 3 bidadari cantik sungguh beruntung aku ini. Mbak Fitri tubuhnya masih sangat kencang payudaranya putih agak besar kira-kira 36 B vaginanya indah sekali. Sedangkan Asih tubuhnya agak kecil tapi mulus, dadanya sudah sebesar buah apel ukuranya 34 A vaginanya kelihatan sempit baru ditumbuhi bulu yang belum begitu lebat. Pertama yang kuserang adalah Mbak Fitri karena sudah lama aku membayangkan bersetubuh dengannya aku menciumi dengan rakus pentilnya kuhisap dalam-dalam agar air susunya keluar, setelah keluar kuminum sepuasnya rupanya Mbak Wina dan Asih juga kepingin merasakan air susu itu sehingga kami bertiga berebut untuk mendapatkan air susu tersebut, sambil tangan kami berempat saling remas, pegang dan memasukam ke dalam vagina satu sama lain. Setelah puas dengan permainan itu, aku meminta agar mereka berbaring baris sehingga kini ada 6 gunung kembar yang montok berada di depanku. Aku mulai mengulum susu mereka satu per satu bergantian sampai 6, aku semakin beringas saat kusuruh mereka menungging semua, dari belakang aku menjilati vagina satu persatu rasanya bagai makan biscuit Oreo di jilat terus lidahku kumasukkan ke dalam vagina mereka. Giliran mereka mengulum penisku bergantian. oh? hoooooooooo hhhhhhhhhh ehmmmmmmmmm? desah mereka bertiga. Aku yang dari tadi belum orgasme semakin buas memepermainkan payudara dan vagina mereka, posisi kami sekarang sudah tak beraturan. Saling peluk cium jilat dan sebagainya pokok nya yang bikin puas, hingga mereka memberi isyarat bahwa akan sampai puncak. Dik aku mau keluar? Mas aku juga? Aku hampir sampai? kata mereka bergantian. Jangan di buang percuma, biar aku minum!? pintaku Boleh? kata Mbak Fitri. Aku mulai memasang posisi kutempelkan mulutku ke vagina mereka satu persatu lalu kuhisap dalam-dalam sampai tak tersisa, segarnya bukan main. Srep.., srep? Heran, itulah yang ada di benakku, aku belum pernah nge-sex sama mereka kok udah pada keluar, memang mungkin aku yang terlalu kuat. Karena sudah tidak sabar aku mulai memasukkan penisku de dalam vagina Mbak Wina kugenjot naik turun pinggulku agar nikmat, sekitar 5 menit kemudian aku gantian ke Kak Fitri, biarpun sudah beranak 2 tapi vaginanya masih sempit seperti perawan saja. Dik enak. Uh oh?.terussssssss!? desahnya. Emang kok Kak.. hhhhhhh ehmm?.? Mas giliranku kapan..?? rupanya Asih juga sudah tak tahan. Tunggu sebentar sayang.? Sekitar 10 menit aku main sama kak Fitri sekarang giliran Asih, dengan pelan aku masukkin penisku, tapi yang masuk hanya kepalanya. Mungkin ia masih perawan, baru pada tusukan yang ke 15 seluruh penisku bisa masuk ke liang vaginanya. Mas��. sakit�.. mas�� oght��.. hhohhhhhh��.? jerit kecil Asih. Nggak apa-apa nanti juga enak, Sih!? ucapku memberi semangat agar ia senang. Benar Mas sekarang nikmat sekali� oh.. ought..? Rupanya bila kutinggal ngeseks dengan Asih, kak Fitri dan Kak Wina tak ketinggalan mereka saling kulum, jilat dan saling memasukkan jari ke vaginanya masing-masing. Posisiku di bawah Asih, di atas ia memutar-mutar pinggulnya memompa naik turun sehingga buah dadanya yang masih kecil terlihat bergoyang lucu, tanganku juga tidak tinggal diam kuremas-remas putingnya dan kusedot, kugigit sampai merah. Karena sudah berlangsung sangat lama maka aku ingin segera mencapai puncak, dalam posisi masih seperti semula Asih berjongkok di atas penisku, kusuruh Mbak Fitri naik keatas perutku sambil membungkuk agar aku bisa menetek, eh�, bener juga lama-lama air susunya keluar lagi, kuminum manis sekali sampai terasa mual. Mbak Wina yang belum dapat posisi segera kusuruh jongkok di atas mulutku sehingga vaginanya tepat di depan mulutku, dan kumainkan klitorisnya. Ia mendesah seperti kepedasan. Eh��� huah��.. hm��.!? Tanganku yang satunya kumasukkan ke vagina Mbak Fitri, kontolku digarap Asih, mulutku disumpal kemaluan Mbak Wina, lengkap sudah. Kami bermain gaya itu sekitar 30 menit sampai akhirnya aku mencapai puncak kenikmatan. Ought��� hmmmmmm�� cret� crot�..? Enak Mas��.!?desah Asih. Spermaku ku semprotkan kedalam vagina Asih dan keluarlah cipratan spermaku bercampur darah menandakan bahwa ia masih perawan. Kami berempat sekarang telah mencapai puncak hampir bersamaan, lelah dan letih yang kami rasakan. Sebelum kami berpakaian kembali sisa-sisa sperma di penisku di jilati sampai habis oleh mereka bertiga. Setelah kejadian itu kami selalu mengulanginya lagi bila ada kesempatan baik berdua bertiga maupun berempat. Namun sekarang kami sudah saling berjauhan sehingga untuk memuaskan nafsu birahiku aku sering jajan di kafe-kafe di kota Solo ini ataupun dengan teman-teman wanita di tempat kuliah yang akrab denganku. Tapi tak satu pun dari mereka yang menjadi pacarku.

abg yg menggairahkan

Aku seorang pegawai di salah satu perusahaan swasta di kota DKI, nama aku Iwan. Aku berumur 30 tahun dengan tinggi badan 170 cm serta berat badan 65 kg dan kata cewek-cewek sih, aku memiliki wajah dan tubuh yang sangat ideal untuk seorang laki-laki bujangan. Perusahaan tempat aku kerja memberlakukan lima hari kerja yaitu setiap hari senin sampai Jumat, sehingga setiap hari sabtu aku selalu berada di rumah yang merupakan salah satu kompleks elit di kota aku itu. Setiap hari sabtu aku selalu mengisi waktu dengan melihat situs porno, majalah porno, dan menonton film pornoh yang aku sewa di salah satu rental yang berada di kompleks tersebut, dan hal itu berlangsung selama berbulan-bulan. Suatu saat hal tersebut tidak aku lakukan lagi karena setelah aku melihat Riska anak tetangga aku yang masih duduk di kelas 1 SMP yang kira-kira berumur 13 tahun dan aku sangat terpesona dengan kemolekan tubuh anak tersebut. Riska memiliki tubuh yang indah untuk ukuran anak seumur dia dengan tinggi badan sekitar 155 cm dan berat badan sekitar 45kg serta memiliki dua bukit kembar yang berukuran sedang yang tercermin dari tonjolan padat dibalik seragam sekolah yang ketat dan tank top yang biasa dikenakannya dan yang tidak kalah menariknya lagi ia memiliki pantat yang sangat padat dan berisi yang terlihat dari rok sekolah setinggi lutut dan rok mini yang ia kenakan dan anehnya lagi aku tidak pernah melihat adanya garis CD yang ia kenakan, dan yang pasti memeknya belum ditumbuhi bulu-bulu halus. Aku sering melihat riska ke sekolah setiap hari dengan sengaja berdiri didepan rumah sebelum aku berangkat kerja atau pada sore hari sepulang kerja di saat ia sedang jalan-jalan sore di sekitar kompleks dan pada saat itu aku selalu memandangi riska dengan sangat tajam dan penuh nafsu namun ia tak menyadarinnya dan sampai suatu hari riska mulai menyadarinya dan mulai membalas tatapan aku dengan mata yang sangat menggoda. Sejak kejadian itu aku selalu terbayang-bayang dengan kemolekan riska setiap usai bekerja namun bukannya aku jatuh cinta padanya tapi aku suka akan kemolekan tubuhnya dan sangat bernafsu untuk mencicipinnya, tetapi nafsu birahi tersebut aku tahan dan aku lampiaskan dengan hanya memandangi tubuhnya dari balik pagar pada sore hari disaat ia sedang berjalan-jalan dikompleks. Riska selalu menggunakan tank top dan rok mini setiap akan berjalan-jalan disekitar kompleks bersama kakak dan sepupunya (Yani yang sedang kuliah smst 2 dan Neni yang duduk di sma kls 3) dan ini dia lakukan setiap sore. Seperti biasanya pada sore hari setiap pulang kerja aku selalu menunggu riska untuk memandangi tubuhnya, tetapi pada saat itu aku heran karena riska hanya sendiri saja berjalan dengan sangat santai dan seperti biasa pula ia hanya memakai tank top yang pada saat itu berwarna kuning dan rok mini berwarna putih tembus pandang dan yang tidak terlalu ketat. Dengan sangat nernafsu aku tatap dia dari balik pagar dan dia pun membalasnya dan tanpa aku sangka-sangka riska menuju ke pintu pagar rumah aku, dan dalam hati aku bertanya mungkin dia akan marah karena aku selalu menatapnya, tetapi hal tersebut tidak terjadi, dia malah tersenyum manis sambil duduk dideker didepan pagar rumah aku yang membuat nafsu aku semakin tinggi karena dengan leluasa aku dapat memandangi tubuh riska dan yang lebih mengasikan lagi ia duduk dengan menyilangkan pahannya yang membuat sebagian roknya tersingkap disaat angin meniup dengan lembutnya namun ia diam dan membiarkan saja. Dengan penuh nafsu dan penasaran ingin melihat tubuh riska dari dekat maka aku dekati dia dan bertannya "Duduk sendirian nih boleh aku temanin," dengan terkejut riska mambalikan wajahnya dan berkata "eh... boooboleh." Aku langsung duduk tepat di sampingnya dikarenakan deker tersebut hanya pas untuk dua orang. Dan untuk mengurangi kebisuan aku bertannya pada riska "Biasanya bertiga, temennya mana... ?", dengan terbata-bata riska berkata "Gi... gini om, mereka i... itu bukan temen aku tetapi kakak dan sepupu aku." aku langsung malu sekali dan kerkata "Sorry." kemudia riska menjelaskan bahwa kakak dan sepupunnya lagi ke salah satu mal namannya MM. Riska mulai terlihat santai tetapi aku semakin tegang jantungku semakin berdetak dengan kerasnya dikarenakan dengan dekatnya aku dapat memandangi paha mulus riska ditambah lagi dua bukit kembarnya tersembul dari balik tank topnya apabila dia salah posisi. Diam-diam aku mencuri pandang untuk melihatnya namun dia mulai menyadarinya tetapi malah kedua bukit kembarnya tersebut tambah diperlihatkannya keaku yang membuat aku semakin salah tingkah dan tampa sengaja aku menyentuh pahanya yang putih tanpa ditutupi oleh rok mininya karena tertiup angin yang membuat riska terkejut dan riskapun tidak marah sama sekali sehingga tangan aku semakin penasaran dan aku dekapkan tangan aku ke pahanya dan dia pun tidak marah pula dan kebetulan pada saat itu langitpun semakin gelap sehingga aku gunakan dengan baik dengan perlahan-lahan tangan kiri aku yang berada di atas pahanya aku pindahkan ke pinggannya dan meraba-raba perutnya sambil hidungku aku dekatkan ketelingannya yang membuat riska kegelian karena semburan nafasku yang sangat bernafsu dan mata ku tak berkedip melihat kedua bukit kembarnya yang berukuran sedang dibalik tank topnya. Tanpa aku sadari tangan kiri aku telah menyusup kedalam tank top yang ia gunakan menuju kepunggunya dan disana aku menemukan sebuah kain yang sangat ketat yang merupakan tali BH nya dan dengan sigapnya tangan aku membuka ikatan BH yang dikenakan riska yang membuat tangan aku semakin leluasa ber gerilya dipunggunya dan perlahan-lahan menyusup kebukit kembarnya serta tangan kanan aku membuka ikatan tali BH riska yang berada di lehernya dan dengan leluasa aku menarik BH riska tersebut keluar dari tank topnya karena pada saat itu riska mengggunakan BH yang biasa digunakan bule pada saat berjemur. Setelah aku membuka BHnya kini dengan leluasa tangan aku meraba, memijit dan memelintir bukit kembarnya yang membuat riska kegelian dan terlihat pentil bukit kembarnya telah membesar dan berwarna merah dan tanpa ia sadari ia berkata "Terusss... nikmattttt... Ommmm... ahh... ahhhh... " Dan itu membuat aku semakin bernafsu, kemudian tangan aku pindahkan ke pinggannya kembali dan mulai memasukannnya ke dalam rok mini yang ia kenakan dengan terlebih dahulu menurunkan res yang berada dibelakang roknya, kemudian tangan aku masukan kedalam rok dan CDnya dan meremas-remas bokongnya yang padat dan berisi dan ternyata riska memakai CD model G string sehingga membuat aku berpikir anak SMP kayak dia kok sudah menggunakan G string tetapi itu membuat pikiranku selama ini terjawab bahwa riska selama ini menggunakan G string sehingga tidak terlihat adanya garis CD. Lima menit berlalu terdengar suara riska "Ahh... terusss Om... terusss... nikmattttt... ahh... ahhhh... " hanya kalimat itu yang keluar dari mulut riska pada saat aku menyentuh dan memasukan jari tengan aku ke dalam memeknya yang belum ditumbuhi bulu-bulu tersebut dari belakang dan aku pun makin menggencagkan seranganku dengan mengocok memeknya dengan cepat. Tiba-tiba pecahlah rintihan nafsu keluar dari mulut Riska. "Ouuhhh... Ommmm... terus... ahhh... ahhhhhhhhh... ahhhhhhhhhhhhhh... " riska mengalami orgasme untuk yang pertama kali. Setelah riska mengalami orgasme aku langsung tersentak mendengar suara beduk magrib dan aku menghentikan seranganku dan membisikan kata-kata ketelinga riska "Udah dulu ya... " dengan sangat kecewa riska membuka matanya dan terlihat adanya kekecewaan akibat birahinya telah sampai dikepala dan aku menyuruhnya pulang sambil berkata "Kapan-kapan kita lanjutkan lagi," ia langsut menyahut "Ya om sekarang aja tanggung nih, lihat memek aku udah basah... " sambil ia memegang memeknya yang membuat aku berpikir anak ini tinggi juga nafsunya dan aku memberinya pengertian dan kemudian ia pulang dengan penuh kekecewan tanpa merapikan tank top dan roknya yang resnya masih belum dinaikan namun tidak membuat rok mininya turun karena ukuran pingganya yang besar, tetapi ada yang lebih parah ia lupa mengambil BH nya yang aku lepas tadi sehingga terlihat bukit kembarnya bergoyang-goyang dan secara samar-samar terlihat putting gunung kembarnya yang telah membesar dan berwarna merah dari balik tank topnya yang pastinya akan membuat setiap orang yang berpapasan dengannya akan menatapnya dengan tajam penuh tanda tanya. Setelah aku sampai di rumah aku langsug mencium BH riska yang ia lupa, yang membuat aku semakin teropsesi dengan bentuk gunung kembarnya dan dapat aku bayangkan dari bentuk BH tersebut. Sejak kejadian sore itu, lamunanku semakin berani dengan menghayalkan nikmatnya bersetubuh dengan riska namun kesempatan itu tak kunjung datang dan yang mengherankan lagi riska tidak pernah berjalan-jalan sore lagi dan hal tersebut telah berlangsung selama 1 minggu sejak kejadian itu, yang membuat aku bertanya apakah dia malu atau marah atas kejadian itu, sampai suatu hari tepatnya pada hari sabtu pagi dan pada saat itu aku libur, cuaca sangat gelap sekali dan akan turun hujan, aku semakin BT maka kebiasaan aku yang dulu mulai aku lakukan dengan menonton film porno, tapi aku sangat bosan dengan kaset tersebut. Hujanpun turun dengan derasnya dan untuk menghilangkan rasa malas dan bosan aku melangkah menuju keteras rumah aku untuk mengambil koran pagi, tapi setibanya didepan kaca jendela aku tersentak melihat seorang anak SMP sedang berteduh, ia sangat kedinginan dikarenakan bajunya basah semuannya yang membuat seluruh punggunya terlihat termasuk tali BH yang ia kenakan. Perlahan-lahan nafsuku mulai naik dan aku perhatikan anak tersebut yang kayaknya aku kenal dan ternyata benar anak tersebut adalah Riska, dan aku berpikir mungkin dia kehujanan saat berangkat sekolah sehingga bajunya basah semua. Kemudian aku mengatur siasat dengan kembali ke ruang tengah dan aku melihat film porno masih On, maka aku pun punya ide dengan megulang dari awal film tersebut dan akupun kembali ke ruang tamu dan membuka pintu yang membuat riska terkejut. Pada saat riska terkejut kemudia aku bertannya pada dia "Lo riska ngak kesekolah nih?" dengan malu-malu riska menjawab "Ujan om... " aku langsung bertannya lagi "Ngak apa-apa terlambat." "Ngak apa-apa om karena hari ini ngak ada ulangan umum lagi." riska menjawab dan aku langsung bertannya "Jadi ngak apa-apa ya ngak kesekolah?". "Ia om", riska menjawab dan dalam hati aku langsung berpikir bahwa selama ini riska tidak pernah kelihatan karena ia belajar untuk ulangan umum, dan inilah kesempatan yang aku tunggu-tunggu dan aku langsung menawarinya untuk masuk kedalam dan tanpa malu-malu karena udah kedingin dia langsung masuk kedalam ruang tamu dan langsung duduk dan pada saat itu aku memperhatikan gunung kembarnya yang samar-samat tertutupi BH yang terlihat dari balik seragam sekolahnya yang telah basah sehingga terlihat agak transparan. Melihat riska yang kedinginan, maka aku menawari dia untuk mengeringkan badannya di dalam dan dia pun setuju dan aku menunjukan sebuah kamar di ruang tengah dan aku memberi tahu dia bahwa di sana ada handuk dan baju seadannya. Dengan cepat riska menuju ke ruang tengah yang disana terdapat TV dan sedang aku putar film porno, hal tersebut membuat aku senang, karena riska telah masuk kedalam jebakanku dan berdasarkan perkiraan aku bahwa riska tidak akan mengganti baju tetapi akan berhenti untuk menonton film tersebut. Setelah beberapa lama aku menunggu ternyata riska tidak kembali juga dan akupun menuju keruang tengah dan seperti dugaanku riska menonton film tersebut dengan tangan kanan di dalam roknya sambil mengocok memeknya dan tangan kiri memegang bukit kembarnya. Aku memperhatikan dengan seksama seluruh tingkah lakunya dan perlahan-lahan aku mengambil handy cam dan merekam seluruh aktivits memegang dan mengocok memek dan bukit kembarnya yang ia lakukan sendiri dan rekaman ini akan aku gunakan untuk mengancamnya jika ia bertingkah. Setelah merasa puas aku merekamnya. Aku menyimpan alat tersebut kemudian aku dekati riska dari belakang. Aku berbisik ketelinga riska, enak ya, riska langsung kaget dan buru-buru melepaskan tangannya dari memek dan bukit kembarnya, aku langsung menangkap tangannya dan berbisik lagi "Teruskan saja, aku akan membantumu." kemudian aku duduk dibelakang riska dan menyuruh riska untuk duduk di pangkuanku yang saat itu penisku telah menegang dan aku rasa riska menyadari adanya benda tumpul dari balik celana yang aku kenakan. Dengan perlahan-lahan, tanganku aku lingkarkan keatas bukit kembarnya dan ciumanku yang menggelora mencium leher putih riska, tangan kananku membuka kancing baju riska satu demi satu sampai terlihat bukit kembarnya yang masih ditutupi BH yang bentuknya sama pada saat kejadian yang sore lalu. Riska sesekali menggelinjat pada saat aku menyentuh dan meremas bukit kembarnya namun hal tersebut belum cukup, maka aku buka sebagian kancing baju seragam yang basah yang digunakan riska kemudian tagan kiri aku masuk ke dalam rok riska dan memainkan bukit kecilnya yang telah basah dan pada saat itu rok yang ia gunakan aku naikan ke perutnya dengan paksa sehingga terlihat dengan jelas G string yang ia gunakan. Aku langsung merebahkan badannya diatas karpet sambil mencium bibir dan telinganya dengan penuh nafsu dan secara perlahan-lahan ciuman tersebut aku alihkan ke leher mulusnya dan menyusup ke kedua gunung kembarnya yang masih tertutup BH yang membuat riska makin terangsang dan tanpa dia sadari dari mulutnya mengeluarkan desahan yang sangat keras. "Ahhhhh terussssssss Omm... terusssssss... nikmattttttt... ahh... ahhhhhhhhhhh... isap terus Om... Ahhhh... mhhhhhhhh. Omm... " Setelah lama mengisap bukit kembarnya yang membuat pentil bukit kembarnya membesar dan berwarna merah muda, perlahan-lahan ciuman aku alihkan ke perutnya yang masih rata dan sangat mulus membuat riska tambah kenikmatan. "Ahh ugggh... uuhh... agh... uhh... aahh", Mendengar desahan riska aku makin tambah bernafsu untuk mencium memeknya, namun kegiatanku di perut riska belum selesai dan aku hanya menggunakan tangan kiri aku untuk memainkan memeknya terutama klitorisnya yang kemudian dengan menggunakan ketiga jari tangan kiri aku, aku berusaha untuk memasukan kedalam memek riska, namun ketiga jari aku tersebut tidak pas dengan ukuran memeknya sehingga aku mencoba menggunakan dua jari tetapi itupun sia-sia yang membuat aku berpikir sempit juga memek anak ini, tetapi setelah aku menggunakan satu jari barulah dapat masuk kedalam memeknya, itupun dengan susah payah karena sempitnya memek riska. Dengan perlahan-lahan kumaju mundurkan jari ku tersebut yang membuat riska mendesah. "Auuuuuggggkkkk... " jerit Riska. "Ah... tekan Omm... enaaaakkkkk... terusssss Ommm... " Sampai beberapa menit kemudia riska mendesah dengan panjang. "Ahh ugggh... , uuhh... , agh... , uhh... , aahh", yang membuat riska terkulai lemah dan aku rasa ada cairan kental yang menyempor ke jari aku dan aku menyadari bahwa riska baru saja merasakan Orgasme yang sangat nikmat. Aku tarik tangan aku dari memeknya dan aku meletakan tangan aku tersebut dihidungnya agar riska dapat mencium bau cairan cintannya. Setelah beberapa saat aku melihat riska mulai merasa segar kembali dan kemudian aku menyuruh dia untuk mengikuti gerakan seperti yang ada di film porno yang aku putar yaitu menari striptis, namun riska tampak malu tetapi dia kemudian bersedia dan mulai menari layaknya penari striptis sungguhan. Perlahan-lahan riska menanggalkan baju yang ia kenakan dan tersisa hanyalah BH seksinya, kemudian disusul rok sekolahnya yang melingkar diperutnya sehingga hanya terlihat G string yang ia kenakan dan aku menyuruhnya menuju ke sofa dan meminta dia untuk melakukan posisi doggy, riska pun menurutinya dan dia pun bertumpuh dengan kedua lutut dan telapak tangannya. Dengan melihat riska pada posisi demikian aku langsug menarik G string yang ia kenakan ke arah perutnya yang membuat belahan memeknya yang telah basah terbentuk dari balik G string nya, dan akupun mengisap memeknya dari balik G string nya dan perlahan-lahan aku turunkan G string nya dengan cepat sehingga G string yang riska kenakan berada di ke dua paha mulusnya, sehingga dengan leluasa dan penuh semangat aku menjilat, meniup, memelintir klitorisnya dengan mulut aku. "Aduh, Ommm... ! Pelan-pelan dong... !" katanya sambil mendesis kesakitan Riska menjatuhkan tubuhnya kesofa dan hanya bertumpuh dengan menggunakan kedua lututnya. Aku terus menjilati bibir memeknya, klitorisnya, bahkan jariku kugunakan untuk membuka lubang sanggamanya dan kujilati dinding memeknya dengan cepat yang membuat riska mendesah dengan panjang. "Uhh... , aahh... , ugghh... , ooohh". "Hmm... , aumm... , aah... , uhh... , ooohh... , ehh". "Oooom... , uuhh... " Riska menggeliat-geliat liar sambil memegangi pinggir sofa. "Ahhh... mhhh... Omm... " demikian desahannya. Aku terus beroperasi dimemeknya. Lidahku semakin intensif menjilati liang kemaluan Riska. Sekali-sekali kutusukkan jariku ke dalam memeknya, membuat Riska tersentak dan memekik kecil. Kugesek-gesekkan sekali lagi jariku dengan memeknya sambil memasukkan lidahku ke dalam lubangnya. Kugerakkan lidahku di dalam sana dengan liar, sehingga riska semakin tidak karuan menggeliat. Setelah cukup puas memainkan vaginanya dengan lidahku dan aku dapat merasakan vaginanya yang teramat basah oleh lendirnya aku pun membuka BH yang dikenakan riska begitupun dengan G string yang masih melingkar dipahanya dan aku menyuruh di untuk duduk disofa sambil menyuruh dia membuka celana yang aku gunakan, tetapi riska masih malu untuk melakukannya, sehingga aku mengambil keputusan yaitu dengan menuntun tanggannya masuk ke balik celana aku dan menyuruh dia memegang penis aku yang telah menegang dari tadi. Setelah memegang penis aku, dengan sigapnya seluruh celana aku (termasuk celana dalam aku) di turunkannya tanpa malu-malu lagi oleh riska yang membuat penis aku yang agak besar untuk ukuran indonesia yaitu berukuran 20 cm dengan diameter 9 cm tersembul keluar yang membuat mata riska melotot memandang sambil memegangnya, dan aku meminta riska mengisap penis aku dan dengan malu-malu pula ia mengisap dan mengulum penis aku, namun penisku hanya dapat masuk sedalam 8 cm dimulut riska dan akupun memaksakan untuk masik lebih dalam lagi sampai menyentuh tenggorokannya dan itu membuat riska hampir muntah, kemudian ia mulai menjilatinya dengan pelan-pelan lalu mengulum-ngulumnya sambil mengocok-ngocoknya, dihisap-hisapnya sembari matanya menatap ke wajahku, aku sampai merem melek merasakan kenikmatan yang tiada tara itu. Cepat-cepat tangan kananku meremas bukit kembarnya, kuremas-remas sambil ia terus mengisap-isap penisku yang telah menegang semakin menegang lagi. Kemudian aku menyuruh riska mengurut penisku dengan menggunakan bukit kembarnya yang masih berukuran sedang itu yang membuat bukit kembar riska semakin kencang dan membesar. Dan menunjukan warna yang semakin merah. Setelah puas, aku rebahkan tubuh riska disofa dan aku mengambil bantal sofa dan meletakan dibawan bokong riska (gaya konvensional) dan aku buka kedua selangkangan riska yang membuat memeknya yang telah membesar dan belum ditumbuhi bulu-bulu halus itu merekah sehingga terlihat klitorisnya yang telah membesar. Batang penisku yang telah tegang dan keras, siap menyodok lubang sanggamanya. Dalam hati aku membatin, "Ini dia saatnya... lo bakal habis,riska... !" mulai pelan-pelan aku memasukkan penisku ke liang surganya yang mulai basah, namun sangat sulit sekali, beberapa kali meleset, hingga dengan hati-hati aku angkat kedua kaki riska yang panjang itu kebahu aku, dan barulah aku bisa memasukan kepala penisn aku, dan hanya ujung penisku saja yang dapat masuk pada bagian permukaan memek riska. "Aduhhhhhh Omm... aughhhhghhhhh... ghhh... sakit Omm... " jerit Riska dan terlihat riska menggigit bibir bawahnya dan matanya terlihat berkaca-kaca karena kesakitan. Aku lalu menarik penisku kembali dan dengan hati2 aku dorong untuk mencoba memasukannya kembali namun itupun sia-sia karena masih rapatnya memek riska walaupun telah basah oleh lendirnya. Dan setelah beberapa kali aku coba akhirnya sekali hentak maka sebagian penis aku masuk juga. Sesaat kemudian aku benar-benar telah menembus "gawang" keperawanan riska sambil teriring suara jeritan kecil. "Oooooohhhhgfg... sa... kiiiit... Sekkkallliii... Ommmmm... ", dan aku maju mundurkan penis aku kedalam memek riska "Bless, jeb... !" jeb! jeb! "Uuh... , uh... , uh... , uuuh... ", ia mengerang. "Auuuuuggggkkkk... " jerit Riska. "Ommm Ahh... , matt... , maatt... , .ii... aku... " Mendengar erangan tersebut aku lalu berhenti dan membiarkan memek riska terbiasa dengan benda asing yang baru saja masuk dan aku merasa penis aku di urut dan di isap oleh memek riska,namun aku tetap diam saja sambil mengisap bibir mungilnya dan membisikan "Tenang sayang nanti juga hilang sakitnya, dan kamu akan terbiasa dan merasa enakan." Sebelum riska sadar dengan apa yang terjadi, aku menyodokkan kembali penisku ke dalam memek riska dengan cepat namun karena masih sempit dan dangkalnya nya memek riska maka penisku hanya dapat masuk sejauh 10 cm saja, sehingga dia berteriak kesakitan ketiga aku paksa lebih dalam lagi. "Uhh... , aahh... , ugghh... , ooohh". "Hmm... , aumm... , aah... , uhh... , ooohh... , ehh". "Ooommm... ,sakkkitt... uuhh... , Ommm... ,sakitttt... ahh". "Sakit sekali... Ommm... , auhh... , ohh... " "Riska tahan ya sayang". Untuk menambah daya nikmat aku meminta riska menurunkan kedua kakinya ke atas pinggulku sehingga jepitan memeknya terhadap penisku semakin kuat... Nyaman dan hangat sekali memeknya... ! Kukocok keluar masuk penisku tanpa ampun, sehingga setiap tarikan masuk dan tarikan keluar penisku membuat riska merasakan sakit pada memeknya. Rintihan kesakitannya semakin menambah nafsuku. Setiap kali penisku bergesek dengan kehangatan alat sanggamanya membuatku merasa nikmat tidak terkatakan. Kemudian aku meraih kedua gunung kembar yang berguncang-guncang di dadanya dan meremas-remas daging kenyal padat tersebut dengan kuat dan kencang, sehingga riska menjerit setinggi langit. Akupun langsung melumat bibir riska membut tubuh riska semakin menegang. "Oooom... , ooohh... , aahh... , ugghh... , aku... , au... , mau... , ah... , ahh... , ah... , ah... , uh... , uhh", tubuh riska menggelinjang hebat, seluruh anggota badannya bergetar dan mengencang, mulutnya mengerang, pinggulnya naik turun dengan cepat dan tangannya menjambak rambutku dan mencakar tanganku, namun tidak kuperdulikan. Untunglah dia tidak memiliki kuku yang panjang... ! Kemudian riska memeluk tubuhku dengan erat. Riska telah mengalami orgasme untuk yang kesekian kalinya. "Aaww... , ooww... , sshh... , aahh", desahnya lagi. "Aawwuuww... , aahh... , sshh... , terus Ommm, terruuss... , oohh" "Oohh... , ooww... , ooww... , uuhh... , aahh... ", rintihnya lemas menahan nikmat ketiga hampir 18 cm penisku masuk kedalam memeknya dan menyentuh rahimmnya. "Ahh... , ahh... , Oohh... " dan, "Crrtt... , crtr... , crt... , crtt", air maninya keluar. "Uuhh... uuh... aduh... aduh... aduhh... uhh... terus... terus... cepat... cepat aduhhh... !" Sementara nafas saya seolah memburunya, "Ehh... ehhh... ehh... " "Uhhh... uhhh... aduh... aduh... cepat... cepat Ommm... aduh... !" "Hehh... eh... eh... ehhh... " "Aachh... aku mau keluar... oohh... yes," dan... "Creeet... creeet... creeet... " "Aaaoooww... sakit... ooohhh... yeeaah... terus... aaahhh... masukkin yang dalam Ommm ooohhh... aku mau keluar... terus... aahhh... enak benar, aku... nggak tahaaan... aaakkhhh... " Setelah riska orgasme aku semakin bernafsu memompa penisku kedalam memeknya, aku tidak menyadari lagi bahwa cewek yang aku nikmati ini masih ABG berumur 12 tahun. Riska pun semakin lemas dan hanya pasrah memeknya aku sodok. Sementara itu ... aku dengarkan lirih ... suara riska menahan sakit karena tekanan penisku kedalam liang memeknya yang semakin dalam menembus rahimnya. Aku pun semakin cepat untuk mengayunkan pinggulku maju mundur demi tercapainya kepuasan. Kira-kira 10 menit aku melakukan gerakan itu. Tiba-tiba aku merasakan denyutan yang semakin keras untuk menarik penisku lebih dalam lagi, dan... "Terus... , Omm... , terus... kan... ! Ayo... , teruskan... sedikit lagi... , ayo... !" kudengar pintanya dengan suara yang kecil sambil mengikuti gerakan pinggulku yang semakin menjadi. Dan tidak lama kemudian badan kami berdua menegang sesaat, lalu... , "Seerr... !" terasa spermaku mencair dan keluar memenuhi memek riska, kami pun lemas dengan keringat yang semakin membasah di badan. Aku langsung memeluk riska dan membisikan "Kamu hebat sayang, apa kamu puas... ?" diapun tersenyum puas, kemudian aku menarik penis aku dari memeknya sehingga sebagian cairan sperma yang aku tumpahkan di dalam memeknya keluar bersama darah keperawanannya, yang membuat nafsuku naik kembali, dan akupun memompa memek riska kembali dan ini aku lakukan sampai sore hari dan memek riska mulai terbiasa dan telah dapat mengimbagi seluruh gerakanku dan akupun mengajarinya beberapa gaya dalam bercinta. Sambil menanyakan beberapa hal kepadanya "Kok anak SMP kaya kamu udah mengenakan G string dan BH seksi" riska pun menjelaskannya "bahwa ia diajar oleh kakak dan sepupunya" bahkan katanya ia memiliki daster tembus pandang (transparan). Mendengar cerita riska aku langsung berfikir adiknya saja udah hebat gimana kakak dan sepupunya, pasti hebat juga. Kapan-kapan aku akan menikmatinya juga. Setelah kejadian itu saya dan riska sering melakukan seks di rumah saya dan di rumahnya ketika ortu dan kakanya pergi, yang biasanya kami lakukan di ruang tamu, kamar tidur, kamar mandi, meja kerja, meja makan, dapur., halaman belakang rumah dengan berbagai macam gaya dan sampai sekarang, apabila saya udah horny tinggal telepon sama dia dan begitupun dengan dia. Riska sekarang telah berumur 14 tahun dan masih suka dateng mengunjungi rumah saya, bahkan riska tidak keberatan bila aku suruh melayani temen-temen aku dan pernah sekali ia melayani empat sekaligus temen-temen aku yang membuat riska tidak sadarkan diri selama 12 jam, namun setelah sadar ia meminta agar dapat melayani lebih banyak lagi katanya. Yang membuat aku berpikir bahwa anak ini maniak sex, dan itu membuat aku senang karena telah ada ABG yang memuaskan aku dan temen-temen aku, dan aku akan menggunakan dia untuk dapat mendekati kakak dan sepupunya.

pemainan cinta di kamar mandi

Halo kenalkan, aku Panji Anugerah (nama samaran). Seorang pria berusia 37 tahun, menikah, dengan seorang wanita yang sangat cantik dan molek. Aku dikaruniai Tuhan 2 orang anak yang lucu-lucu. Rumah tanggaku bahagia dan makmur, walapun kami tidak hidup berlimpah materi. Boleh dibilang sejak SMA aku adalah pria idaman wanita. Bukan karena fisikku yang atletis ini saja, tapi juga karena kemampuanku yang hebat (tanpa bermaksud sombong) dalam bidang olahraga (basket dan voli, serta bulu tangkis), seni (aku mahir piano dan seruling) dan juga pelajaran (aku menduduki peringkat ketiga sebagai pelajar terbaik di SMAku). Bedanya waktu di SMA dahulu, aku tidak terlalu tertarik dengan hal-hal seperti seks dan wanita, karena saat itu konsenterasiku lebih terfokus pada masalah akademisku. Bakat playboyku mulai muncul setelah aku menjadi seorang kepala rumah tangga. Aku mulai menyadari daya tarikku sebagai seorang pria normal dan seorang pejantan tangguh. Sejak diangkat sebagai kabag bagian pemasaran inilah, pikiran-pikiran kotor mulai singgah di otakku. Apalagi aku juga hobi menonton film-film biru. Wanita lain yang sempat hadir dihatiku adalah Maya. Dia adalah rekan kerjaku, sesama pegawai tapi dari jurusan berbeda, Accounting. Dia berasal dari Surakarta, tinggal di Bandung sudah lama. Kami sempat menjalin hubungan gelap setahun setelah aku menikah dengan Lilis, istriku. Hubungan kami tidak sampai melakukan hal-hal yang menjurus kepada aktivitas seksual. Hubungan kami hanya berlangsung selama 6 bulan, karena dia pindah ke lain kota dan dinikahkan dengan orang tuanya dengan pria pilihan mereka. Dasar nasib!!! Niatku berpoligami hancur sudah. Padahal aku sudah berniat menjadikannya istri keduaku, walau istri pertamaku suka atau tidak. Karena frustasi, untuk beberapa bulan hidupku terasa hampa. Untungnya sikapku ini tidak bertahan lama, karena di tahun yang sama aku berkenalan dengan seorang teman yang mengajariku gaya hidup sehat, bodybuilding. Saat itu, sekitar tahun 1998, yang namanya olahraga fitness, bukanlah suatu trend seperti sekarang. Peminatnya masih sedikit. Gym-gympun masih jarang. Sejujurnya aku malas berbodybuilding seperti yang dilakukan temanku itu. Apalagi saat itu sedang panas-panasnya isu politik dan kerusuhan sosial. Belum lagi adanya krismon yang benar-benar merusak perekonomian Indonesia. Untungnya perusahaan tempatku bekerja cukup kuat bertahan badai akibat krismon, hingga aku tidak turut diPHK. Namun temanku yang sangat baik itu terus memotivasiku, hingga tak sampai 3 bulan, aku yang tadinya hanya seorang pria berpostur biasa-biasa saja-walaupun aku bertubuh atletis, menjadi seorang atlet bodybuilding baru yang cukup berprestasi di kejuaraan-kejuaraan daerah maupun nasional. Hebatnya lagi kantorku dan seluruh keluargaku ikut mendukung semua aktivitasku itu. Kata mereka "kantor kita punya Ade Rai baru, hingga kita tidak perlu satpam atau bodyguard baru" suatu anekdot yang sudah menjadi santapanku berhari-hari. Semakin berlalunya waktu, aktivitas bodybuilderku kukurangi. Apalagi aku sudah diangkat menjadi kabag pemasaran sekarang, di mana keuntungan mulai berpihak pada perusahaan tempatku bekerja. Aku mulai bertambah sibuk sekarang. Namun untuk menjaga fisikku agar tetap bugar dan prima, aku tetap rutin basket, voli, dan bersepeda. Hanya 2 kali seminggu aku pergi ke tempat fitness. Hasilnya tubuhku tetap kelihatan atletis dan berotot, namun tidak sebagus ketika aku menjadi atlet bodybuilding dadakan. Sewaktu aku menjadi atlet bodybuilding, banyak wanita melirikku. Beberapa di antaranya mengajakku berkencan. Tapi karena saat itu aku sedang asyik menekuni olahraga ini, tanggapan dan godaan mereka tidak kutanggapi. Salah satu yang suka menggodaku adalah Mia. Dia adalah puteri tetangga mertuaku. Baru saja lulus SMA, dan dia akan melanjutkannya ke sebuah PTn terkenal di kota Bandung. Gadis itu suka menggoda di setiap mimpiku dan bayangannya selalu menghiasi pikiranku saat aku menyetubuhi istriku. Kisahku dengan Mia akan kuceritakan lain waktu. Seperti biasanya, aku bangun pagi. Pagi itu aku bangun pukul 04.30 pagi. Setelah cuci muka, aku mulai berganti pakaian. Aku akan melakukan olahraga pagi. Udara pagi yang sehat memang selalu memotivasiku untuk jogging keliling kompleks perumahanku. Dengan cuek aku memakai baju olahraga yang cukup ketat dan pas sekali ukurannya di tubuh machoku ini. Kemudian aku mengenakan celana boxer yang juga ikut mencetak pantatku yang seperti dipahat ini. Aku sengaja bersikap demikian demi mewujudkan impianku, menggoda Mia dengan keindahan tubuhku. Menurut kabar, dia juga suka jogging. Niatku bersenang-senang dengan Mia memang sudah lama kupendam. Namun selama ini gadis itu selalu membuatku gemas dan penasaran. Dia seperti layangan yang diterbangkan angin, didekati menjauh, dijauhi mendekat. Tak berapa lama jogging, tubuhku pun sudah mulai keringatan. Peluh yang membasahi kaus olahragaku, membuat tubuh kokoh ini tercetak dengan jelas. Aku membayangkan Mia akan terangsang melihatku. Tetapi sialnya, pagi itu tidak ada tanda-tanda Mia sedang berjogging. Tidak kelihatan pula tetanggaku lainnya yang biasa berjogging bersama. Padahal aku sudah berjogging sekitar 30 menit. Saat itu aku baru sadar, aku bangun terlalu pagi. Padahal biasanya aku jogging jam 06.00 ke atas. Dengan perasaan kecewa aku balik ke rumah mertuaku. Dari depan rumah itu tampak sepi. Aku maklum, penghuninya masih tertidur lelap. Tadi pun saat aku bangun, tidak terdengar komentar istriku karena dia sedang terlelap tidur setelah semalaman dia menemani anakku bermain playstation. Saat aku berjalan ke arah dapur untuk minum, aku melihat ibu mertuaku yang seksi itu sedang mandi. Tampaknya dia sudah bangun ketika aku berjogging tadi. Kamar mandi di rumah mertuaku memang bersebelah-sebelahan dengan dapurnya. Setiap kali anda ingin minum, anda harus melewati kamar mandi itu. Seperti disengaja, pintu kamar mandi itu dibiarkan sedikit terbuka, hingga aku bisa melihat bagian belakang tubuh molek mertuaku yang menggairahkan itu dengan jelas. Mertuaku walaupun usianya sudah kepala 4, tapi masih kelihatan seksi dan molek, karena dia sangat rajin merawat tubuhnya. Dia rajin senam, aerobik, body language, minum jamu, ikut diet sehat, sehingga tak heran tubuhnya tidak kalah dengan tubuh wanita muda usia 30-an. Melihat pemandangan syur itu, kontan batangku mengeras. Batang besar, panjang, dan keras itu ingin merasakan lubang hangat yang nikmat, basah, dan lembab. Batang itu juga ingin diremas-remas, dikulum, dan memuncratkan pelurunya di lubang yang lebih sempit lagi. Sambil meremas-remas batangku yang sudah mulai tegak sempurna ini, kuperhatikan terus aktivitas mandi mertuaku itu. Akhirnya timbul niatku untuk menggaulinya. Setelah menimbang-nimbang untung atau ruginya, aku pun memutuskan nekat untuk ikut bergabung bersama ibu mertuaku, mandi bersama. Kupeluk dia dari belakang, sembari tanganku menggerayang liar di tubuh mulusnya. Meraba mulai dari leher sampai kemaluannya. Awalnya ibu mertuaku kaget, tetapi setelah tahu aku yang masuk, wajah cantiknya langsung tersenyum nakal. "Panji, nakal kamu" katanya sambil balas memelukku. Dia berbalik, langsung mencium mulutku. Tak lama kami sudah berpagut, saling cium, raba, dan remas tubuh masing-masing. Dengan tergesa kubuka bajuku dibantu mertuaku hingga aku sudah bertelanjang bulat. Batangku pun mengacung tegang, besar, dan gagah. Kami pun melakukan pemanasan sekitar 10 menit dengan permainan oral yang nikmat di batangku, sebelum kemaluannya kutusuk dengan batangku. Permainan birahi itu berlangsung seru. Aku menyetubuhinya dalam posisi doggy style. Aku merabai payudaranya yang kencang itu, meremas-remasnya, mempermainkan putingnya yang sudah mengeras. 30 menit berlalu, ibu mertuaku sudah sampai pada puncaknya sebanyak 2 kali. 1 kali dalam posisi doggy, 1 kali lagi dalam posisi berhadap-hadapan di dinding kamar mandi. Namun sayangnya, batangku masih saja mengeras. Aku panik karenanya. Aku khawatir jika batangku ini masih saja bangun sementara hari sudah mulai pagi. Aku khawatir kami akan dipergoki istriku. Rupanya mertuaku mengerti kepanikanku itu. Dia kembali mengoral batangku yang masih bugar dan perkasa ini, lalu dia berbisik mesra, "Jangan khawatir panji sayang, waktunya masih lama" katanya nakal. Aku bingung mendengar ucapannya, tapi kubiarkan aktivitasnya itu sambil terus mendesah-desah nikmat. Tiba-tiba ibu mertuaku menghentikan perbuatannya itu. Dia langsung berdiri. Melihat itu, aku pun protes, "Lho, bu, aku khan belum keluar?" suaraku parau, penuh birahi. "Sabar sayang, kita lanjut di kamarku saja yuk" katanya mesra. Aku pun tambah bingung. "Tapi khan ada bapak?" suaraku masih saja parau, karena birahi. "Tenang saja, bapakmu itu sudah pergi tak lama setelah kamu jogging tadi, dia ada tugas ke Jawa" sahut ibu mertuaku sambil mengemasi pakaian olahragaku yang tercecer di kamar mandi dan kemudian menggandengku ke arah kamarnya. Begitu sampai di kamarnya, aku disuruhnya telentang di ranjang, sementara dia mengelap sisa-sisa air, keringat, dan sabun di tubuhnya dengan handuk kering yang sudah ada di kamarnya. Lalu dia melakukan hal yang sama padaku. Setelah itu dia langsung saja mengambil posisi 69, mulai mengoral batangku kembali. Tak lama nafsuku pun bangkit kembali. Kali ini aku bertekad akan membuat mertuaku keluar sampai tiga kali. Aku memang khawatir hubunganku di pagi ini akan ketahuan istriku, tapi persetanlah...que sera-sera. Apapun yang akan terjadi terjadilah. Aku pun balik menyerang ibu mertuaku. Mulut dan lidahku dengan ganas mempermainkan miliknya. Tanganku juga ikut aktif merabai, meremasi bibir kemaluan dan menusuki lubang anal ibu mertuaku. Kelentitnya yang sudah membengkak karena rangsangan seksual kujilati, dan keremasi dengan gemas. Kumainkan pula apa yang ada di sekitar daerah kemaluannya. Gabungan remasan jari, kobokan tangan di kemaluannya, dan serangan lidahku berhasil membuat mertuaku keluar lagi untuk yang ketiga kalinya. "Aaaaahhhh.... panji sayang ...." jerit nikmat ibu mertuaku. Cairan birahi ibu mertua keluar deras dari lubang vaginanya. Langsung saja kuhisap dan kutelan habis hingga tidak ada yang tersisa. Akupun tersenyum, lalu aku merubah posisiku. Tanpa memberikan kesempatan ibu mertuaku untuk beristirahat, kuarahkan batangku yang masih bugar dan perkasa ini ke arah vaginanya, lalu kusetubuhi dia dalam posisi misionaris. Kurasakan batangku menembus liang vagina seorang wanita kepala 4 yang sudah beranak tiga, tapi masih terasa kekenyalan dan kekesatannya. Tampaknya program jamu khusus organ tubuh wanita yang dia minum berhasil dengan baik. Miliknya masih terasa enak dan nikmat menggesek batangku saat keluar masuk. Sambil menyetubuhi ibu mertuaku, aku mempermainkan buah dadanya yang besar dan kenyal itu, dengan mulut dan tanganku. Kuraba-raba, kuremas-remas, kujilat, kugigit, sampai payudara itu kemerah-merahan. Puas bermain payudara tanganku mempermainkan kelentitnya, sementara mulutku bergerilya di ketiaknya yang halus tanpa bulu, sementara tangan satunya masih mempermainkan payudaranya. Tangan ibu mertuaku yang bebas, meremas-remas rambutku, dan mencakar-cakar punggungku. Posisi nikmat ini kami lakukan selama bermenit-menit, hingga 45 menit kemudian ibu mertuaku mencapai orgasmenya yang keempat. Setelah itu dia meminta istirahat. Aku sebenarnya malas mengabulkan permintaannya itu, karena aku sedang tanggung, hampir mencapai posisi puncak. Namun akhirnya aku mengalah. "Panji kamu hebat banget deh, kamu sanggup membuat ibu keluar sampai empat kali" puji ibu mertuaku. "Aah ibu bisa saja deh" kataku merendah. "Padahal kamu sudah jogging 45 menit, tapi kamu masih saja perkasa" lanjut pujiannya. "Itukan sudah jadi kebiasaanku, bu" aku berkata yang sebenarnya. "Kamu benar-benar lelaki perkasa, Lilis beruntung mendapatkanmu" puji mertuaku lagi. Lalu kami bercakap-cakap seperti biasanya. Sambil bercakap-cakap, tangan ibu mertuaku nakal bergerilya di sekujur tubuhku. Terakhir dia kembali mempermainkan batangku yang sudah mengerut ukurannya. Aku bangkit, lalu beranjak dari tempat tidur. Ibu mertuaku memandangku heran, dikiranya aku akan keluar dari kamarnya dan mengakhiri permainan cinta kami. Tapi kutenangkan dia sambil berkata, "Sebentar bu, aku akan mengecek keadaan dulu". Aku memang khawatir, aku takut istri dan anakku bangun. Dengan cepat kukenakan kembali pakaian olahragaku dan keluar kamar mertuaku. Ternyata dugaanku salah. Hari memang sudah beranjak pagi, sekitar jam 6.15 menit, tapi istri dan anakku belum juga bangun. Penasaran kuhampiri kamarku dan kamar tempat anakku tidur. Ternyata baik anak maupun istriku masih tertidur lelap. Aku lega melihatnya. Sepertinya permainan playstation semalam, berhasil membuat mereka kolaps. Aku mendatangi jam weker di kamar keduanya, lalu kustel ke angka 9 pagi. Aku menatap wajah istriku yang tertidur penuh kedamaian, sambil berkata dalam hati, "Tidurlah yang lama sayang, aku belum selesai menikmati tubuh ibumu" lalu mengecup pipinya. Setelah itu, aku kembali ke kamar mandi, mencuci tubuhku, lalu balik lagi ke kamar mertuaku. Kami terlibat kembali dalam persetubuhan nikmat lagi. Dalam persetubuhan terakhir ini, aku dan ibu mertuaku sama-sama meraih orgasme kami bersama dalam posisi doggy anal. Sesudahnya aku balik ke kamar istriku, setelah membersihkan diri di kamar mandi untuk yang terakhir kali, dan kemudian mengenakan baju tidurku kembali. Begitulah cerita seksku dengan Ibu mertuaku di suatu pagi hari yang indah. Tidak ada Mia, ada Arini, mertuaku yang molek dan menggairahkan.

pacarku dan adik2nya

Cerita ini berawal ketika aku pacaran dengan Dian. Dian adalah seorang gadis mungil dengan tubuh yang seksi dan dibalut oleh kulit yang putih mulus. Walaupun payudaranya tidak terlalu besar, ya... kira-kira berukuran 34 lah. Selama pacaran, kami belum pernah berhubungan badan. Hanya saja kalau nafsu sudah tidak bisa ditahan, biasanya kami melakukan oral seks. Dian memiliki dua orang adik perempuan yang cantik. Adiknya yang pertama, namanya Elsa, juga mempunyai kulit yang putih mulus. Namun payudaranya jauh lebih besar daripada kakaknya. Menurut kakaknya, ukurannya 36B. Inilah yang selalu menjadi perhatianku kalau aku sedang ngapel ke rumah Dian. Payudaranya yang berayun-ayun kalau sedang berjalan, membuat penisku berdiri tegak karena membayangkan betapa enaknya memegang payudaranya. Sedangkan adiknya yang kedua masih kelas 2 SMP. Namanya Agnes. Tidak seperti kedua kakaknya, kulitnya berwarna sawo matang. Tubuhnya semampai seperti seorang model cat walk. Payudaranya baru tumbuh. Sehingga kalau memakai baju yang ketat, hanya terlihat tonjolan kecil dengan puting yang mencuat. Walaupun begitu, gerak-geriknya sangat sensual. Pada suatu hari, saat di rumah Dian sedang tidak ada orang, aku datang ke rumahnya. Wah, pikiranku langsung terbang ke mana-mana. Apalagi Dian mengenakan daster dengan potongan dada yang rendah berwarna hijau muda sehingga terlihat kontras dengan kulitnya. Kebetulan saat itu aku membawa VCD yang baru saja kubeli. Maksudku ingin kutonton berdua dengan Dian. Baru saja hendak kupencet tombol play, tiba-tiba Dian menyodorkan sebuah VCD porno. "Hei, dapat darimana sayang?" tanyaku sedikit terkejut. "Dari teman. Tadi dia titip ke Dian karena takut ketahuan ibunya", katanya sambil duduk di pangkuanku. "Nonton ini aja ya sayang. Dian kan belum pernah nonton yang kayak gini, ya?" pintanya sedikit memaksa. "Oke, terserah kamu", jawabku sambil menyalakan TV. Beberapa menit kemudian, kami terpaku pada adegan panas demi adegan panas yang ditampilkan. Tanpa terasa penisku mengeras. Menusuk-nusuk pantat Dian yang duduk di pangkuanku. Dian pun memandang ke arahku sambil tersenyum. Rupanya dia juga merasakan. "Ehm, kamu udah terangsang ya sayang?" tanyanya sambil mendesah dan kemudian mengulum telingaku. Aku hanya bisa tersenyum kegelian. Lalu tanpa basa-basi kuraih bibirnya yang merah dan langsung kucium, kujilat dengan penuh nafsu. Jari-jemari Dian yang mungil mengelus-elus penisku yang semakin mengeras. Lalu beberapa saat kemudian, tanpa kami sadari ternyata kami sudah telanjang bulat. Segera saja Dian kugendong menuju kamarnya. Di kamarnya yang nyaman kami mulai melakukan foreplay. Kuremas payudaranya yang kiri. Sedangkan yang kanan kukulum putingnya yang mengeras. Kurasakan payudaranya semakin mengeras dan kenyal. Kuganti posisi. Sekarang lidahku liar menjilati vaginanya yang basah. Kuraih klitorisnya, dan kugigit dengan lembut. "Aahh... ahh... sa.. sayang, Dian udah nggak kuat... emh... ahh... Dian udah mau keluar... aackh... ahh... ahh!" Kurasakan ada cairan hangat yang membasahi mukaku. Setelah itu, kudekatkan penisku ke arah mulutnya. Tangan Dian meremas batangku sambil mengocoknya dengan perlahan, sedangkan lidahnya memainkan buah pelirku sambil sesekali mengulumnya. Setelah puas bermain dengan buah pelirku, Dian mulai memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Mulutnya yang mungil tidak muat saat penisku masuk seluruhnya. Tapi kuakui sedotannya memang nikmat sekali. Sambil terus mengulum dan mengocok batang penisku, Dian memainkan puting susuku. Sehingga membuatku hampir ejakulasi di mulutnya. Untung masih dapat kutahan. Aku tidak mau keluar dulu sebelum merasakan penisku masuk ke dalam vaginanya yang masih perawan itu. Saat sedang hot-hotnya, tiba-tiba pintu kamar terbuka. Aku dan Dian terkejut bukan main. Ternyata yang datang adalah kedua adiknya. Keduanya spontan berteriak kaget. "Kak Dian, apa-apan sih? Gimana kalau ketahuan Mama?" teriak Agnes. Sedangkan Elsa hanya menunduk malu. Aku dan Dian saling berpandangan. Kemudian aku bergerak mendekati Agnes. Melihatku yang telanjang bulat dengan penis yang berdiri tegak, membuat Agnes berteriak tertahan sambil menutup matanya. "Iih... Kakak!" jeritnya. "Itunya berdiri!" katanya lagi sambil menunjuk penisku. Aku hanya tersenyum melihat tingkah lakunya. Setelah dekat, kurangkul dia sambil berkata, "Agnes, Kakak sama Kak Dian kan nggak ngapa-ngapain. Kita kan lagi pacaran. Yang namanya orang pacaran ya... kayak begini ini. Nanti kalo Agnes dapet pacar, pasti ngelakuin yang kayak begini juga. Agnes udah bisa apa belum?" tanyaku sambil mengelus pipinya yang halus. Agnes menggeleng perlahan. "Mau nggak Kakak ajarin?" tanyaku lagi. Kali ini sambil meremas pantatnya yang padat. "Mmh, Agnes malu ah Kak", desahnya. "Kenapa musti malu? Agnes suka nggak sama Kakak?" kataku sambil menciumi belakang lehernya yang ditumbuhi rambut halus. "Ahh, i.. iya. Agnes udah lama suka ama Kakak. Tapinya nggak enak sama Kak Dian", jawabnya sambil memejamkan mata. Tampaknya Agnes menikmati ciumanku di lehernya. Setelah puas menciumi leher Agnes, aku beralih ke Elsa. "Kalo Elsa gimana? Suka nggak ama Kakak?" Elsa mengangguk sambil kepalanya masih tertunduk. "Ya udah. Kalo gitu tunggu apa lagi", kataku sambil menggandeng keduanya ke arah tempat tidur. Elsa duduk di pinggiran tempat tidur sambil kusuruh untuk mengulum penisku. Pertamanya sih dia nggak mau, tapi setelah kurayu sambil kuraba payudaranya yang besar itu, Elsa mau juga. Bahkan setelah beberapa kali memasukkan penisku ke dalam mulutnya, Elsa tampaknya sangat menikmati tugasnya itu. Sementara Elsa sedang memainkan penisku, aku mulai merayu Agnes. "Agnes, bajunya Kakak buka ya?" pintaku sedikit memaksa sambil mulai membuka kancing baju sekolahnya. Lalu kulanjutkan dengan membuka roknya. Ketika roknya jatuh ke lantai, terlihat CD-nya sudah mulai basah. Segera saja kulumat bibirnya dengan bibirku. Lidahku bergerak-gerak menjilati lidahnya. Agnes pun kemudian melakukan hal yang sama. Sambil tetap menciumi bibirnya, tanganku bermaksud membuka BH-nya. Tapi segera ditepiskannya tanganku. "Jangan Kak, malu. Dada Agnes kan kecil", katanya sambil menutupi dadanya dengan tangannya. Dengan tersenyum kuajak dia menuju ke kaca yang ada di meja rias. Kusuruh dia berkaca. Sementara aku ada di belakangnya. "Dibuka dulu ya!" kataku membuka kancing BH-nya sambil menciumi lehernya. Setelah BH-nya kujatuhkan ke lantai, payudaranya kuremas perlahan sambil memainkan putingnya yang berwarna coklat muda dan sudah mengeras itu. "Nah, kamu lihat sendiri kan. Biar dada kamu kecil, tapi kan bentuknya bagus. Lagian kamu kan emang masih kecil, wajar aja kalo dada kamu kecil. Nanti kalo udah gede, dada kamu pasti ikutan gede juga", kataku sambil mengusapkan penisku ke belahan pantatnya. Agnes mendesah keenakan. Kepalanya bersandar ke dadaku. Tangannya terkulai lemas. Hanya nafasnya saja yang kudengar makin memburu. Segera kugendong dia menuju ke tempat tidur. Kutidurkan dan kupelorotkan CD-nya. Bulu kemaluannya masih sangat jarang. Menyerupai bulu halus yang tumbuh di tangannya. Kulebarkan kakinya agar mudah menuju ke vaginanya. Kucium dengan lembut sambil sesekali kujilat klitorisnya. Sementara Elsa kusuruh untuk meremas-remas payudaranya adiknya itu. "Aahh... ach... ge... geli Kak. Tapi nikmat sekali, aahh terus Kak. Jangan berhenti. Mmh... aahh... ahh." Setelah puas dengan vagina Agnes. Aku menarik Elsa menjauh sedikit dari tempat tidur. Dian kusuruh meneruskan. Lalu dengan gaya 69, Dian menyuruh Agnes menjilati vaginanya. Sementara itu, aku mulai mencumbu Elsa. Kubuka kaos ketatnya dengan terburu-buru. Lalu segera kubuka BH-nya. Sehingga payudaranya yang besar bergoyang-goyang di depan mukaku. "Wow, tete kamu bagus banget. Apalagi putingnya, merah banget kayak permen", godaku sambil meremas-remas payudaranya dan mengulum putingnya yang besar. Sedangkan Elsa hanya tersenyum malu. "Ahh, ah Kakak, bisa aja", katanya sambil tangan kirinya mengelus kepalaku dan tangan kanannya berusaha manjangkau penisku. Melihat dia kesulitan, segera kudekatkan penisku dan kutekan-tekankan ke vaginanya. Sambil mendesah keenakan, tangannya mengocok penisku. Karena kurasakan air maniku hampir saja muncrat, segera kuhentikan kocokannya yang benar-benar nikmat itu. Harus kuakui, kocokannya lebih nikmat daripada Dian. Setelah menenangkan diri agar air maniku tidak keluar dulu, aku mulai melorotkan CD-nya yang sudah basah kuyup. Begitu terbuka, terlihat bulu kemaluannya lebat sekali, walaupun tidak selebat Dian, sehingga membuatku sedikit kesulitan melihat vaginanya. Setelah kusibakkan, baru terlihat vaginanya yang berair. Kusuruh Elsa mengangkang lebih lebar lagi agar memudahkanku menjilat vaginanya. Kujilat dan kuciumi vaginanya. Kepalaku dijepit oleh kedua pahanya yang putih mulus dan padat. Nyaman sekali pikirku. "aahh, Kak... Elsa mau pipiss..." erangnya sambil meremas pundakku. "Keluarin aja. Jangan ditahan", kataku. Baru selesai ngomong, dari vaginanya terpancar air yang lumayan banyak. Bahkan penisku sempat terguyur oleh pipisnya. Wah nikmat sekali jeritku dalam hati. Hangat. Setelah selesai, kuajak Elsa kembali ke tempat tidur. Kulihat Dian dan Agnes sedang asyik berciuman sambil tangan keduanya memainkan vaginanya masing-masing. Sementara di sprei terlihat ada banyak cairan. Rupanya keduanya sudah sempat ejakulasi. Karena Dian adalah pacarku, maka ia yang dapat kesempatan pertama untuk merasakan penisku. Kusuruh Dian nungging. "Sayang, Dian udah lama nunggu saat-saat ini", katanya sambil mengambil posisi nungging. Setelah sebelumnya sempat mencium bibirku dan kemudian mengecup penisku dengan mesra. Tanpa berlama-lama lagi, kuarahkan penisku ke vaginanya yang sedikit membuka. Lalu mulai kumasukkan sedikit demi sedikit. Vaginanya masih sangat sempit. Tapi tetap kupaksakan. Dengan hentakan, kutekan penisku agar lebih masuk ke dalam. "Aachk! Sayang, sa... sakit! aahhck... ahhck..." Dian mengerang tetapi aku tak peduli. Penisku terus kuhunjamkan. Sehingga akhirnya penisku seluruhnya masuk ke dalam vaginanya. Kuistirahatkan penisku sebentar. Kurasakan vaginanya berdenyut-denyut. Membuatku ingin beraksi lagi. Kumulai lagi kocokan penisku di dalam vaginanya yang basah sehingga memudahkan penisku untuk bergerak. Kutarik penisku dengan perlahan-lahan membuatnya menggeliat dalam kenikmatan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Makin kupercepat kocokanku. Tiba-tiba tubuh Dian menggeliat dengan liar dan mengerang dengan keras. Kemudian tubuhnya kembali melemas dengan nafas yang memburu. Kurasakan penisku bagai disemprot oleh air hangat. Rupanya Dian sudah ejakulasi. Kucabut penisku dari vaginanya. Terlihat ada cairan yang menetes dari vaginanya. "Kok ada darahnya sayang?" tanya Dian terkejut ketika melihat ke vaginanya. "Kan baru pertama kali", balas Dian mesra. "Udah, nggak apa-apa. Yang penting nikmat kan sayang?" kataku menenangkannya sambil mengeluskan penisku ke mulut Elsa. Dian cuma tersenyum dan setelah kucium bibirnya, aku pindah ke Elsa. Sambil mengambil posisi mengangkang di atasnya, kudekatkan penisku ke mulutnya. Kusuruh mengulum sebentar. Lalu kuletakkan penisku di antara belahan payudaranya. Kemudian kudekatkan kedua payudaranya sehingga menjepit penisku. Begitu penisku terjepit oleh payudaranya, kurasakan kehangatan. "Ooh... Elsa, hangat sekali. Seperti vagina", kataku sambil memaju-mundurkan pinggulku. Elsa tertawa kegelian. Tapi sebentar kemudian yang terdengar dari mulutnya hanyalah desahan kenikmatan. Setelah beberapa saat mengocok penisku dengan payudaranya, kutarik penisku dan kuarahkan ke mulut bawahnya. "Dimasukin sekarang ya?" kataku sambil mengusapkan penisku ke bibir kewanitaannya. Kusuruh Elsa lebih mengangkang. Kupegang penisku dan kemudian kumasukkan ke dalam kewanitaannya. Dibanding Dian, vagina Elsa lebih mudah dimasuki karena lebih lebar. Kedua jarinya membuka kewanitaannya agar lebih gampang dimasuki. Sama seperti kakaknya, Elsa sempat mengerang kesakitan. Tapi tampaknya tidak begitu dipedulikannnya. Kenikmatan hubungan seks yang belum pernah dia rasakan mengalahkan perasaan apapun yang dia rasakan saat itu. Kupercepat kocokanku. "Aahh... aahh... aacchk... Kak terus Kak... ahh... ahh... mmh... aahh... Elsa udah mau ke... keluar." Mendengar itu, semakin dalam kutanamkan penisku dan semakin kupercepat kocokanku. "Aahh... Kak... Elsa keluar! mmh... aahh... ahh..." Segera kucabut penisku. Dan kemudian dari bibir kemaluannya mengalir cairan yang sangat banyak. "Elsa, nikmat khan?" tanyaku sambil menyuruh Agnes mendekat. "Enak sekali Kak. Elsa belum pernah ngerasain yang kayak gitu. Boleh kan Elsa ngerasain lagi?" tanyanya dengan mata yang sayu dan senyum yang tersungging di bibirnya. Aku mengangguk. Dengan gerakan lamban, Elsa pindah mendekati Dian. Yang kemudian disambut dengan ciuman mesra oleh Dian. "Nah, sekarang giliran kamu", kataku sambil merangkul pundak Agnes. Kemudian, untuk merangsangnya kembali, kurendahkan tubuhku dan kumainkan payudaranya. Bisa kudengar jantungnya berdegup dengan keras. "Agnes jangan tegang ya. Rileks aja", bujukku sambil membelai-belai vaginanya yang mulai basah. Agnes cuma mengangguk lemah. Kubaringkan tubuhku. Kubimbing Agnes agar duduk di atasku. Setelah itu kuminta mendekatkan vaginanya ke mulutku. Setelah dekat, segera kucium dan kujilati dengan penuh nafsu. Kusuruh tangannya mengocok penisku. Beberapa saat kemudian, "Kak... aahh... ada yang... mau... keluar dari memek Agnes... aahh... ahh", erangnya sambil menggeliat-geliat. "Jangan ditahan Agnes. Keluarin aja", kataku sambil meringis kesakitan. Soalnya tangannya meremas penisku keras sekali. Baru saja aku selesai ngomong, vaginanya mengalir cairan hangat. "Aahh... aachk... nikmat sekali Kak... nikmat..." jerit Agnes dengan tangan meremas-remas payudaranya sendiri. Setelah kujilati vaginanya, kusuruh dia jongkok di atas penisku. Begitu jongkok, kuangkat pinggulku sehingga kepala penisku menempel dengan bibir vaginanya. Kubuka vaginanya dengan jari-jariku, dan kusuruh dia turun sedikit-sedikit. Vaginanya sempit sekali. Maklum, masih anak-anak. Penisku mulai masuk sedikit-sedikit. Agnes mengerang menahan sakit. Kulihat darah mengalir sedikit dari vaginanya. Rupanya selaput daranya sudah berhasil kutembus. Setelah setengah dari penisku masuk, kutekan pinggulnya dengan keras sehingga akhirnya penisku masuk semua ke vaginanya. Hentakan yang cukup keras tadi membuat Agnes menjerit kesakitan. Untuk mengurangi rasa sakitnya, kuraba payudaranya dan kuremas-remas dengan lembut. Setelah Agnes merasa nikmat, baru kuteruskan mengocok vaginanya. Lama-kelamaan Agnes mulai menikmati kocokanku. Kunaik-turunkan tubuhnya sehingga penisku makin dalam menghunjam ke dalam vaginanya yang semakin basah. Kubimbing tubuhnya agar naik turun. "Aahh... aahh... aachk... Kak... Agnes... mau keluar... lagi", katanya sambil terengah-engah. Selesai berbicara, penisku kembali disiram dengan cairan hangat. Bahkan lebih hangat dari kedua kakaknya. Begitu selesai ejakulasi, Agnes terkulai lemas dan memelukku. Kuangkat wajahnya, kubelai rambutnya dan kulumat bibirnya dengan mesra. Setelah kududukkan Agnes di sebelahku, kupanggil kedua kakaknya agar mendekat. Kemudian aku berdiri dan mendekatkan penisku ke muka mereka bertiga. Kukocok penisku dengan tanganku. Aku sudah tidak tahan lagi. Mereka secara bergantian mengulum penisku. Membantuku mengeluarkan air mani yang sejak tadi kutahan. Makin lama semakin cepat. Dan akhirnya, crooottt... croott... creet... creet! Air maniku memancar banyak sekali. Membasahi wajah kakak beradik itu. Kukocok penisku lebih cepat lagi agar keluar lebih banyak. Setelah air maniku tidak keluar lagi, ketiganya tanpa disuruh menjilati air mani yang masih menetes. Lalu kemudian menjilati wajah mereka sendiri bergantian. Setelah selesai, kubaringkan diriku, dan ketiganya kemudian merangkulku. Agnes di kananku, Elsa di samping kiriku, sedangkan Dian tiduran di tubuhku sambil mencium bibirku. Kami berempat akhirnya tertidur kecapaian. Apalagi aku, sepanjang pengalamanku berhubungan seks, belum pernah aku merasakan yang senikmat ini. Dengan tiga orang gadis, adik kakak, masih perawan pula semuanya. That was the best day of my live.

rekan kerjaku

Pada hari biasa kondisi Kebun Binatang Surabaya (KBS) biasanya sepi dari kunjungan, paling-paling jadi agak ramai kalau ada kunjungan dari sekolah-sekolah yang mengadakan kegiatan luar untuk mengunjungi KBS. Apa lagi pada hari Jumat seperti ini, selain sepi dari kunjungan pengunjung, para karyawan pada pukul 11 siang sudah pada pulang kecuali yang memang mendapat tugas piket seperti aku. Seperti biasa para karyawan pada saat hari Jumat siang langsung meninggalkan KBS setelah sholat Jumat atau bahkan ada yang sudah ngeloyor pulang tanpa ikut sholat Jumat lagi hingga suasana KBS sepi sekali siang ini, hanya suara satwa saja yang tetap terdengar di sekeliling KBS. Tidak ada yang harus kukerjakan siang ini. Semua satwa baik-baik saja, namun karena namanya juga piket maka aku harus tetap tinggal di klinik hewan hingga pukul 5 petang nanti. Klinik hewan di KBS letaknya di bagian paling belakang dekat kandang gajah, dan satu area dengan tempat karantina maupun area bayi satwa yang memang disediakan tempat khusus bagi bayi-bayi satwa yang lahir namun induknya enggan untuk mengasuh. Untuk mengingatkan pembaca yang belum pernah membaca tulisanku sebelumnya, namaku Natalia, berusia 28 tahun. Aku seorang dokter hewan lulusan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Tinggiku 170 cm, cukup tinggi untuk ukuran seorang wanita. Aku sengaja menyebutnya wanita, bukan menyebut gadis, karena aku memang sudah bukan gadis lagi. Tetapi juga bukan berarti aku sudah berumah tangga. Aku masih berstatus bujang walau sudah bukan gadis lagi. Sebaiknya pembaca ikuti saja aktivitas seksku pada ceritaku terdahulu, karena kalau harus kuceritakan lagi pada bagian ini, nantinya akan jadi panjang dan bertele-tele. Kembali pada ceritaku kali ini, siang itu tidak ada sesuatu yang harus kukerjakan hingga aku duduk seorang diri di kantor klinik hewan. Karena ruangannya yang sepi, kuangkat kedua kakiku dan kuletakkan di atas meja. Sebagian pembaca tentu masih ingat, aku selalu mengenakan rok mini yang lebar di bagian bawahannya hingga tentu saja posisiku duduk sekarang membuat pantat dan paha bagian belakangku terbuka lebar. Kusilangkan kakiku di atas meja, pantatku kuletakkan di ujung kursi putar sambil bersandar. Aku membaca buku- buku tentang satwa dari luar negeri. Suhu udara di Surabaya akhir-akhir ini sangat panas, sudah waktunya hujan namun sampai dengan saat ini kota Surabaya belum juga terguyur hujan sama sekali. Posisi dudukku saat itu terus terang sangat menyejukkan daerah sekitar selangkanganku karena hembusan hawa dingin dari AC bisa langsung menerpa daerah sekitar pangkal pahaku. Karena lelah membaca, kusandarkan kepalaku ke kursi sambil kupejamkan mata untuk tidur-tiduran, sementara HT tetap kunyalakan dan kuletakkan di atas meja dekatku agar sewaktu- waktu ada panggilan darurat aku bisa langsung memonitornya. Kulepas satu lagi kancing bagian atas hem longgar yang kukenakan, harapanku hembusan hawa dingin AC di ruangan klinik ini dapat menyusup masuk dadaku agar tidak kegerahan. Rupa- rupanya semilir hembusan hawa dingin AC yang menyejukkan ruang klinik ini telah benar-benar membuatku tertidur cukup pulas sehingga aku tidak mengetahui saat ada orang masuk ke klinik. Bernard salah seorang kolegaku rupanya siang itu juga mendapat giliran piket. Untuk mengusir rasa jenuhnya, rupa- rupanya Bernard berjalan-jalan mengelilingi KBS hingga sampai di klinik dan kemudian mampir sejenak. Dapat pembaca bayangkan apa yang Bernard lihat saat memasuki ruangan klinik? Mata Bernard langsung tertuju pada bagian belakang pahaku yang terbuka lebar hingga bagian pantatku. Langsung saja Bernard menelan ludahnya saat ia melihat pahaku yang mulus dan sedikit ditumbuhi bulu halus itu terpampang jelas di hadapannya. Bernard yang sebenarnya sudah sejak lama berusaha mencoba merayuku, siang ini tanpa disangka dia bagaikan mendapat rejeki nomplok saja. Bernard sebenarnya sudah beristrikan seorang dokter umum dan juga sudah memiliki anak. Usia Bernard sekitar 36 tahun, orangnya tidak terlalu tinggi, sekitar 165 cm dan wajahnya cukup lumayan. Orangnya cukup konyol dan suka bercanda. Begitu melihat pemandangan seperti itu, dengan serta merta Bernard langsung maju dan berjongkok tepat di depan belahan pangkal pahaku. Mulutnya meniup-niup selangkanganku. Pada awalnya aku memang tidak merasakannya karena aku sedang benar-benar tertidur pulas, namun lama kelamaan aku dapat juga merasakan adanya hembusan angin yang datangnya bukan dari hembusan AC. Kubuka mataku dan sungguh sangat terkejut karena kulihat ada orang yang sedang berjongkok menghadap selangkanganku sedang meniup pangkal pahaku. Secara spontan kuturunkan kedua belah kakiku dari atas meja. Karena kejadiannya begitu cepat, kepala Bernard tertindih oleh pahaku. Akibatnya posisi kepala Bernard akhirnya terkangkangi oleh pahaku dan wajah Bernard jatuh tepat di pangkal selangkanganku. Gila! Bernard bukannya segera berdiri dan menyingkir, tapi dengan serta merta wajahnya malah diusapkan ke pangkal selangkanganku yang terkangkang tadi. Usapannya membuatku geli. Lalu hidung Bernard menyingkap ujung G String-ku yang sexy. Aku saat itu memakai CD model G String yang mini, bahannya hanya berupa seutas tali nylon yang melingkari pinggangku, selebihnya adalah seutas nylon lainnya menyambung dari pinggang bagian belakang, turun ke bawah mengikuti bagian belahan pantatku, melilit ke depan tepat di bagian liang vaginaku tersambung dengan secarik kain sutera tipis yang berbentuk segi tiga. Di bagian sutera tipis benbentuk segi tiga ini, ujung hidung Bernard menyangkut di lipatan penutup liang vaginaku. Akibat gesekan wajahnya di selangkanganku maka tersingkap pula bibir vaginaku hingga Bernard dapat menyaksikannya dengan jelas sekali, karena bola matanya hanya beberapa centi saja di hadapan bibir vaginaku yang dalamnya berwarna merah muda menggairahkan itu. Melihat pemandangan seperti itu membuat Bernard yang tadinya mungkin hanya iseng ingin menggodaku jadi semakin bernafsu saja. Mulutnya langsung menghunjam vaginaku, bibir Bernard serta merta dengan lahapnya menciumi bibir vaginaku. Kejadiannya sejak awal terasa begitu cepat. Tangan Bernard sudah langsung menarik ikatan G String-ku yang terletak di samping kiri kanan pinggangku. Kondisi bagian bawah rok miniku yang lebar ini membuat Bernard tidak menemui kesulitan sama sekali. Dalam hitungan detik saja bagian bawahku sudah tanpa dilapisi sehelai benang pun. Kepala Bernard tertutup oleh rok miniku, wajahnya tepat di selangkanganku dan bibirnya melumat bibir vaginaku dengan penuh nafsu. Lidahnya dijulurkan dan dikorek- korekkannya ke klitorisku. Apa yang ia lakukan membuatku yang tadinya pada saat awal-awal kejadian ingin memarahinya, tidak jadi. Aku malah jadi terangsang oleh permainan lidah Bernard yang menjilat habis bibir dan liang vaginaku. Lidah Bernard menjulur mengorek-ngorek liang vaginaku hingga terasa menyentuh bagian dalam dinding-dinding vaginaku yang segera menjadi basah oleh cairan bening yang mengalir dari dalam vaginaku. Aku tidak bisa menahan lagi gejolak nafsuku hingga tanganku menyusup ke balik hem yang kukenakan dan jari-jari tanganku meremas payudaraku sendiri. Kupilin-pilin puting susuku dengan jari. Rasanya nikmat sekali hingga payudaraku terasa semakin keras karena aku sudah benar-benar diselimuti oleh nafsu. Bernard mengangkat kedua belah kakiku sambil membukanya lebar-lebar. Kedua pahaku dikangkangkannya untuk memberi tempat yang lebih leluasa bagi mulut dan lidahnya untuk menjilati seputaran vaginaku. Bernard sangat piawai memainkan ujung lidahnya sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama baginya membuatku orgasme. Semburan hangat langsung muncrat dari dalam rahimku, keluar membasahi liang dan dinding vaginaku dan serta merta Bernard langsung menjilat dan menelan habis cairan pelumasku yang mengalir keluar. "Huu.. Uucch! Oo.. Oocch! Aa.. Aacch!", aku melenguh bagaikan anak sapi saja. Bernard tetap saj a meneruskan jilatannya sampai vaginaku benar-benar bersih dan kering kembali. Aku akhirnya menarik napas panjang mengiringi semburan terakhir pelumasku yang merembes keluar melalui liang vaginaku. Selesai melakukan jilatannya, Bernard langsung berdiri sambil membuka kancing celananya. Celana berikut CD-nya diperosotkan sampat batas lututnya hingga tampak batang kemaluannya langsung menjulang keluar bagaikan torpedo yang siap diluncurkan menuju sasaran. Bernard mengangkat kedua kakiku sehingga badanku terlipat. Lututku didorong hingga berada dekat dengan wajahku, batang kemaluannya langsung diarahkan ke belahan bibir vaginaku dan tanpa harus mendapat bimbingan lagi, batang kemaluannya telah berada tepat menempel di mulut liang vaginaku. Didorong-dorongkannya sedikit sehingga kepala kemaluannya menemui sasaran yang tepat, kemudian didorongkan sedikit lebih dalam lagi dan, slee.. eep! Masuklah sebagian batang kemaluannya. Ditarik keluar sedikit dan didorongkannya lagi masuk lebih dalam. "Oo.. Oocch! Slee.. Eep! Slee.. Eepp! Uu.. Uucch! Slee.. Eepp! Slee.. Eepp! Aa.. Aacch!", demikian suara rintihanku bersahut-sahutan dengan bunyi suara saat batang kemaluan Bernard memompa liang vaginaku. Kondisi liang vaginaku sudah sangat basah sehingga memudahkan batang kemaluan Bernard terbenam habis ke dalam vaginaku. Ujung kepala kemaluannya terasa menyodok-nyodok dinding rahimku. Ujungnya menyentuh dan menekan-tekan tonjolan daging seukuran ibu jari yang tumbuh di dalam liang vaginaku, rasanya luar biasa nikmat. Karena memang sudah cukup lama aku tidak melakukan ML ditambah dengan permainan Bernard yang cukup piawai hingga membuatku segera akan mencapai puncak kenikmatan kembali. "Ayoo..! Terus..! Aku sudah hampir orgasme!", seruku. "Sebentar Nat! Kita keluarin sama-sama..", jawab Bernard. "Dikeluarin di dalam atau di luar nich?", tanya Bernard padaku sambil terus memompakan batang kemaluannya di dalam liang vaginaku. "Uu.. Uucch! Terserah..!", teriakku dan.. "Ooo.. Oocch! Aa.. Aacch!" Badanku tiba-tiba gemetar dan sedikit kejang. Bernard pun ikut melenguh sambil tetap menggenjot pompaannya lebih cepat lagi. Kami dalam waktu yang hampir bersamaan sama-sama mengalami orgasme. Terasa sekali semburan sperma Bernard yang hangat membanjiri liang vaginaku. Tumpahan cairan cinta kami tercampur jadi satu dalam liang vaginaku, saking banyaknya bahkan tidak tertampung sehingga merembes keluar mengalir mengikuti celah belahan pantatku dan membasahi anusku. ***** Demikianlah salah satu kisah petualangan seksku dengan seorang rekan kerjaku. END

Friday, February 12, 2010

tante yok

Aku adalah seorang bujangan dan sekarang bekerja di sebuah perusahaan kecil di daerah Jakarta Barat. Pendidikanku hanya sampai SMA ditambah beberapa kursus ketrampilan. Aku adalah orang awam di komputer dan internet, jadi maafkan aku kalau aku kurang lincah dalam bertutur kata. Umurku sekarang 30 tahun dan belum ada keinginan untuk menikah. Belum adanya keinginan itu berkaitan erat dengan serangkaian pengalaman yang akan kuceritakan kepada teman-teman pembaca semua dalam tulisanku.

Baiklah, aku akan mulai bercerita Pengalaman Pertama-ku bersenggama dengan seorang wanita. Wanita yang telah melepaskan keperjakaanku adalah tanteku sendiri. Dan kisah ini dimulai ketika aku masih berumur 20 tahun dan saat itu sedang menjadi pengangguran (baru lulus SMA dan belum dapat pekerjaan). Pada saat itu aku masih tinggal di rumah orang tuaku di Jakarta.

Kebetulan keluarga kami tinggal saling berdekatan dengan para sanak famili. Salah satunya adalah keluarga Om Rudi dan Tante Yok. Om Rudi ini adalah sepupu jauh dari ayahku. Om Rudi adalah seorang pengusaha dan punya usaha di Surabaya sehingga dia sering pergi ke Surabaya untuk mengurus bisnisnya. Om Rudi sudah berumur sekitar 43 tahun. Fisiknya cukup ganteng meskipun rambutnya sudah tidak selebat dulu. Tante Yok sudah berumur 38 tahun. Fisiknya masih menggairahkan, menurut pandanganku. Rambutnya masih hitam dan panjang terawat. Kulitnya putih mulus. Tubuhnya sendiri bisa dibilang sintal dan montok, meskipun memang ada kecenderungan agak gemuk di bagian pinggang, seperti layaknya wanita menjelang separuh baya. Buah dadanya tidak terlalu besar tapi proporsional dengan tubuhnya yang tinggi, sekitar 170-an. Wajah Tante Yok sendiri memang cantik, kalau anda suka nonton filmnya Suzana, nah kira-kira muka Tante Yok itu seperti Suzana yang bersuamikan Clift Sangra itu. Om Rudi dan Tante Yok punya 1 orang anak perempuan, umurnya sekitar 15 tahun namanya Camelia dan dipanggil Lia.

Sewaktu suami Tante Yok yaitu Om Rudi sering bertugas ke Surabaya maka Tante Yok menjadi kesepian dan sering bermain ke rumahku untuk mengobrol dengan ibuku. Susahnya di situ! Kadangkala Tante Yok lupa untuk duduk secara sopan, kadangkala ia tanpa sengaja menyingkapkan roknya atau bajunya sehingga beberapa kali terlihat pahanya hampir pada celana dalamnya ataupun ketiaknya. Waduh.. waktu itu aku merasa terangsang karena terus terang saja paha Tante Yok itu terlihat putih, mulus dan padat menggairahkan. Ketiaknya ketika tak sengaja tersingkap memperlihatkan bulu-bulu hitam yang sangat banyak.

Sejak saat itulah aku mulai melamunkan dia, bagaimana ya rasanya jika aku bersetubuh dengan dia, aku menelanjangi dia dan melihat seluruh anggota tubuhnya tanpa dihalangi oleh apapun. Rasanya itu terus membayang di mataku dan mulailah aku melakukan masturbasi dan selalu membayangkan Tante Yok sebagai wanitanya. Aku hampir-hampir tidak bisa menahan libidoku itu. Kalau ia berkunjung, aku kerap berusaha untuk mengintip kalau-kalau dia open lagi. Gelas minuman yang disuguhkan kepadanya sering kuminum lagi, aku mencoba mencari bekas bibirnya dan mencoba merasakannya dan membayangkan bagaimana jika aku dicium oleh Tante Yok.

Cerita ini berlanjut terus. Ketika itu aku harus menjaga rumahnya karena Om Rudi dan seluruh keluarganya harus pergi ke Surabaya. Jadi Om Rudi minta tolong orang tuaku untuk membantu menjaga rumah mereka karena letak rumah kami yang berdekatan (hanya sekitar 15 menit jika naik ojek). Karena hanya aku yang bisa dipakai kapan saja pada saat itu, maka orang tuaku menyuruhku untuk menjaga rumah Om Rudi dan Tante Yok. Waduh kebetulan sekali, begitu pikirku waktu itu. Jadi aku bisa lihat-lihat segala macam foto-foto keluarga mereka, tentu yang utamanya adalah foto Tante Yok. Kira-kira sekitar 1 minggu aku bertugas jaga rumah mereka ketika tiba-tiba pada hari ketujuh (kalau aku nggak salah hari Senin) Tante Yok terpaksa kembali sendirian karena ternyata ia harus mengurus sesuatu yang penting. Nah, waktu itu ia kembali sudah menjelang malam, sekitar jam 7.00. Aku sedang nonton TV pada saat dia pulang. Terus terang aku cukup surprise dan deg-degan juga karena aku hanya berdua saja dengan perempuan yang sering jadi tamu mimpi ini.

Tante Yok sendiri langsung memasak untuk menyiapkan makan malam dan aku menawarkan diri untuk membantunya. "Boleh, makasih banget lho Barry.." katanya. Waktu aku bantu tanpa sengaja ia sedang duduk untuk membersihkan dan aku berdiri mencuci pisau dan segalanya. Bajunya tersingkap sehingga aku melihat buah dadanya meskipun tidak sepenuhnya. Buah dadanya ukurannya sedang dan putih dibungkus oleh BH berukuran sedang. Aku rasanya naik melihat pemandangan itu. Buah dadanya bergoyang seirama dengan gerakannya. Aduh mak! Ketika aku lagi begitu, ia menoleh dan tersenyum padaku, rasanya senyumnya adalah senyum yang paling manis di dunia saat itu.
"Kenapa Barry?" dia bertanya.
"Nggak apa-apa kok Tante", jawabku.

Kemudian aku dan dia mandi (ruangnya terpisah lho). Aku selesai duluan dan karena aku biasanya tidur di kamar Om Rudi dan Tante Yok maka aku ke kamarnya untuk pakaian dan berhias sehabis mandi. Waduh nggak tahunya dia baru selesai mandi dan cuma lagi memakai BH dan celana dalam, lagi mau milih baju mana yang dipakai. Woww, rasanya darahku naik ke kepala. Dia kaget dan agak menjerit dia berkata, "Aduh Barry, entar dulu ya, Tante lagi pakaian nih!" tapi nggak ada nada marah dalam suaranya. Aku keluar tapi aku tidak bisa melupakan apa yang kulihat tadi. Tante Yok sedang berdiri di depan lemarinya yang terbuat dari kaca. Di kaca itu aku lihat tubuhnya, buah dadanya yang tidak begitu besar tapi rasanya aduh gimana gitu, menggantung ditutupi BH-nya. Ketiaknya yang berbulu hitam dan sangat lebat tumbuh di sekitar pangkal lengannya yang putih. Perutnya yang padat dan ranum, pusarnya yang masuk ke dalam. Pinggulnya yang sedikit gemuk tapi masih sintal. Terus pahanya yang ditutupi celana dalam coklat, mulus, putih dan padat. Aku tidak bisa lihat apa yang ada di balik celana itu, tapi rasanya waktu tidak sengaja kulihat tadi ada sebagian bulu-bulu hitam yang keluar dari celana dalamnya. Berarti kayaknya bulu-bulu kemaluannya memang banyak banget, kayak bulu ketiaknya. Waduh, aku tambah terangsang saja melihatnya.

Makan malam kami biasa saja dan suasananya jadi kaku karena insiden tadi. Kami jadi diam-diaman. Aku diam karena aku malu dan nggak enak karena kejadian tadi. Dia juga diam aja tapi kadangkala curi pandang ke arahku. Terus selesai makan aku bilang pada Tante Yok.
"Tante nanti jam sembilanan aku pulang dech."
"Oo, kok buru-buru Barry, besok pagi aja, malam ini nginep aja di sini. Tante juga di sini agak lamaan sekitar dua minggu", dia bilang begitu.

Aku takut semakin lama aku di situ semakin ngeres pikiranku, jadi aku berkeras untuk pulang. Akhirnya dia menyerah dan bilang oke. Malangnya (atau mestinya aku bilang pucuk di cinta ulam tiba) keadaan bilang lain. Nggak tahunya tidak lama setelah kami makan bersama, turun hujan deras sekali sampai hujan angin. Yah jelas aku nggak mau sakit, jadi dech aku malam itu menginap lagi di rumahnya bersama Tante Yok. Aku tidur di kamar Lia, sepupu jauhku dan dia tidur di kamarnya. Saat malam hujannya bukan berhenti dan tambah deras, dingin dech! Sebelum tidur kami mengobrol sambil dia bercerita bisnis Om Rudi di Surabaya dan aku cerita rencanaku untuk ambil kursus supaya bisa lebih siap untuk kerja. Ternyata Tante Yok lupa untuk duduk sopan lagi sehingga pahanya tersingkap sampai agak jauh sehingga aku melihat pahanya yang mulus, waduh rasanya gimana gitu, terus aku melihat badan dia secara keseluruhan, terus mulai membayangkan kalau aku mulai menindih dia dan bersetubuh sama dia, bagaimana ya?

Pas malamnya hujan belum berhenti dan tetap deras, kami mulai tidur. Di kamar aku nggak bisa tidur, aku terus memikirkan Tante Yok, bagaimana rasanya Om Rudi kalau lagi bersenggama dengan dia, enak pasti! Untung dech Om Rudi mendapatkan Tante Yok yang montok itu. Bodoh dia mau tugas ke Surabaya meninggalkan isteri yang begini seksi dan merangsang birahi ini.

Tiba-tiba ada suara gedubrak dan aku kaget dengar jeritan Tante Yok, aku loncat dan memburu ke kamarnya. Dia menjerit soalnya ada ular masuk ke kamarnya. Maklum, lokasi rumah kami ada di daerah pinggiran Jakarta Selatan dan waktu itu masih banyak tanah kosong. Ularnya sudah ada di tempat tidur, jadi cukup dibayangkan bagaimana perasaannya Tante Yok saat itu. Panik sekali dan sudah histeris. Lalu aku bergegas ke dapur mengambil golok terus kupotong ularnya, lalu kubuang ke depan. Terus aku balik ke kamarnya, kulihat rupanya itu ular sawer kena hujan angin yang memang lagi kencang sekali.

Aku duduk di sisi ranjang Tante Yok, dia lagi diam karena shock, lalu kupikir bagaimana ya, kemudian seperti dalam film-film yang kulihat, kupegang tangannya, "Tante, udah nggak ada apa-apa lagi, udah aman kok.." Tiba-tiba saja dia meraup dan menyembunyikan kepalanya di dadaku. Hep, rasanya aku kaget menerimanya, aku dengan sedikit berdebar memeluk dia. Aku benar-benar agak nervous soalnya Tante Yok yang aku impikan tadi kini ada dalam pelukanku. Aku bisa memegang badannya, kuelus-elus punggungnya, aku bisa mencium wangi rambutnya yang harum dan subur terawat dengan baik itu. Waduh rasanya aku nggak bisa berbicara apa-apa. Aku terus menghiburnya dengan mengusap-usapnya, menenangkannya dengan kata-kata pelan.

Tiba-tiba ia menengadah melihat kepadaku. Di tengah remang-remang cahaya lampu kamarnya yang cuma 10 watt, aku melihat dia. Matanya sayu melihatku, mulut yang sedikit terbuka, bibir yang ranum, merah, basah dan matang, nafasnya yang hangat dan harum menderu di wajahku.
"Makasih Barry, Tante bener-bener kaget tadi.. Aduh makasih banget ya?" Aku ketawa dan bilang,
"Nggak apa-apa kok Tante, aku juga kebetulan tadi belum pules banget.."

Aku terus mau beranjak dan dengan agak menyesal aku melepaskan pelukanku padanya, aku rasanya rugi melepaskan tubuhnya yang hangat dan menimbulkan rangsangan aneh bagi diriku itu. Setelah aku benar-benar melepaskan dia aku baru perhatikan dia, Tante Yok sangat cantik dengan baju tidurnya yang berwarna lembut, tanpa lengan sehingga memperlihatkan pangkal lengannya yang putih dan berisi, dan ketiaknya yang berbulu hitam keriting lebat dan menebarkan aroma harum deodorant pula. Dengan perasaan campur aduk aku mulai beranjak keluar kamar dan keluar. Terus aku diam sebentar di balik pintu kamarnya dan aku merenung. Aku merasa betul-betul jadi laki-laki yang paling beruntung di dunia ini tadi ketika aku memeluk Tante Yok. Badannya begitu montok dalam bayanganku, padat dan harum khas seorang wanita yang matang. Aduh coba saja aku bisa menciumnya, menelanjangi dia dan mulai menyetubuhinya, hem rasanya.. Aku betul-betul iri sama Om Rudi yang bebas untuk bersetubuh sama Tante Yok ini, ya soalnya istrinya sendiri.

Saat aku sedang gila oleh pikiranku ini, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan dia berdiri memanggilku pelan dan lembut "Barry.." Aku berbalik dan aku sedikit tertegun. Tante Yok berdiri di depan pintu dengan pandangan sayu menatap ke arahku, begitu cantik di mataku. Mukanya terlihat putih dan mulus. Pipinya sedikit kemerah-merahan. Bibir yang merah dan sensual. Rambutnya yang agak panjang terurai hingga hampir mencapai pinggangnya. Semuanya terasa begitu indah dan alami di mataku dan semakin menambah birahiku.
"Apa Tante.." jawabku.
"Tante takut tidur sendiri, takut.. nanti ularnya dateng lagi, kamu udah tidur?" dia diam sejenak dan sambil menundukkan kepala ia bertanya, "Kamu maukan temani Tante tidur di sini malam ini?" sambil berkata demikian ia memandangku.

Waduh rasanya saat itu aku nggak bisa berkata apa-apa, aku seperti kejatuhan bulan saja. Bayangkan, Tante Yok yang sering aku gila-gilai ini kini memintaku tidur menemani dia.
"Boleh Tante, tapi kan tempat tidurnya cuma satu, jadi gimana dong?" Dia tersenyum mendengar pertanyaanku, ya soalnya aku juga tahu sopan dong masa aku tidur sekamar dan seranjang lagi dengan seorang perempuan, perempuan dewasa dan menggairahkan lagi.
"Pokoknya beres Barry, kamu nggak usah takut.." sambil berkata demikian Tante Yok melemparkan senyum manis kepadaku dan mengedipkan sebelah matanya kepadaku.
"Yuk, anginnya dingin.. di kamar lebih hangat."
Tante Yok kemudian masuk sambil melemparkan senyum kepadaku. Saat itu aku merasa panas dan dingin, saat itu antara takut, senang, cemas kumpul jadi satu. Takut soalnya ini pengalamanku yang pertama tidur sekamar dan seranjang sama wanita yang bukan ibuku, senang karena aku dapat tidur seranjang sama Tante Yok yang sering aku lamunkan itu, cemas karena aku takut ketahuan sama Om Rudi.

Aku nekat dan mulai membuka pintu dan melangkah masuk. Aku melihat Tante Yok sedang berbaring pada sisi seberang jendela yang sawer tadi. Tempat tidurnya ukuran besar sehingga aku dapat tidur pada sisi jendelanya. Kamarnya sejuk karena ada AC yang disetel bercampur dengan udara hujan. Aku membaringkan diri dengan perasaan campur aduk. Bayangkan, Tante Yok yang selalu aku impi-impikan itu kini berada dekat sekali denganku dan dalam situasi yang paling pribadi. Dia tidur menghadap ke tengah sedang aku memunggunginya. Aku tidak berani melihat ke wajahnya, aku malu, takut dan berbagai perasaan lain berkecamuk menjadi satu dalam benakku.

"Barry.." panggil Tante Yok lembut, tangannya meraih bahuku. Aku membalik dengan perasaan kacau."Ya Tante.." jawabku.
"Kamu benar-benar lelaki yang hebat, berani sekali.. Tante kagum sama kamu, makasih ya Tante sudah kamu tolong.." Tante Yok tersenyum manis kepadaku.
Aku tersipu mendengar pujiannya. Lelaki yang hebat? Waduh asyik banget dia menjuluki aku begitu. Aku cuma menunduk saja, ketika aku menaikkan pandanganku, ternyata Tante Yok masih melihat kepadaku. Pandangannya agak lain dengan pandangan seperti yang biasa kulihat kalau ia berkunjung ke rumahku.

"Malam ini.." ia berbisik, "Kamu akan Tante kasih hadiah terima kasih dari Tante karena kamu sudah menyelamatkan Tante dan bantu jagain rumah ini.." ia diam sejenak. Aku tidak sabar dan berkata,
"Hadiah apa Tante?" Ia tersenyum dan menjawab,
"Apa yang paling kamu ingini untuk Tante berikan pada kamu?"
Lidahku kaku, dalam hati aku menjawab, aku ingin menyetubuhi Tante, ingin merasakan bagaimana rasanya memasuki tubuh Tante. Tapi tentu saja aku tidak berani berkata demikian, hanya aku melihat dia saja bingung mau ngomong apa. Ia mengelus kepalaku dengan sebelah tangannya yang bebas dan berkata,

"Kamu sudah melihat Tante habis mandi tadi sore kan?"
Aku gugup dan menjawab, "Tapi aku nggak sengaja Tante, sungguh, aku minta maaf.."
Ia tertawa dan melanjutkan, "Tante sudah maafkan.. Kamu senang?"
Ia menggoda, Aku merasa mukaku panas tapi aku jujur menjawab, "Ya senang juga Tante.."
Tante Yok tertawa kecil dan kembali berkata, "Kamu mau lihat lagi nggak?"
Aku melengak tidak mengerti, ia menjelaskan, "Kalau kamu janji tidak cerita pada siapa pun termasuk orang tua kamu, Om Rudi, anak tante, kamu boleh lihat lagi tante kayak tadi, mau nggak?"
Jantungku berdegup kencang, rasanya kalau ada seribu guntur pun aku tidak akan kaget, aku tanpa berpikir langsung mengangguk dan mengangguk.

Tante Yok tersenyum melihat tingkahku, dan mendekatkan wajahnya kepadaku sehingga aku bisa merasakan nafasnya yang hangat dan harum di hidungku. "Kalau kamu mau janji, Tante akan kasih tahu hadiah yang Tante bilang tadi.." ia diam sebentar dan melanjutkan, "Malam ini.. Tante akan ajarin kamu jadi laki-laki dewasa sebagai rasa terima kasih Tante.." Tante Yok tertunduk malu setelah berkata demikian. Ternyata perasaanku tidak bertepuk sebelah tangan, Tante Yok pun menginginkan aku, membuatku jadi laki-laki dewasa? Waduh istilahnya benar-benar merangsang.

"Gimana Barry, kamu mau?" Tante Yok bertanya dengan pelan. Kini tanpa keraguan meskipun rasa takut itu masih ada aku menganggukkan kepala.
"Aku mau Tante, tapi.."
"Tapi kenapa Barry?" Ia bertanya nggak mengerti sambil memegang bahuku.
"Aku masih hijau Tante, aku takut Tante hamil, takut kalo Om Rudi tahu, takut kalau ternyata aku nggak bisa memuaskan Tante.."
Tante Yok merengkuhku dalam pelukannya sambil berbisik di telingaku, pelukannya terasa hangat, bau harum dari badannya tercium. "Serahkan semua resikonya kepada Tante, Barry. Pokoknya malam ini akan jadi malam yang tak terlupakan buat kamu."

Lalu ia melepaskan pelukannya dan berdiri memunggungiku sehingga retsluiting-nya menantang untuk kubuka. Dengan memberanikan diri aku mulai menyentuh kepala retsluiting-nya dan menariknya ke bawah.. terus ke bawah.. dan aku baru sadari bahwa retsluiting yang hanya 40 cm saja sangat panjang dalam situasi seperti ini. Aku bisa melihat punggungnya. Punggung yang tadi aku lihat kini aku pelototi, begitu putih dengan tali BH-nya masih terikat. Ketika aku memberanikan diri untuk menyentuh tali BH-nya Tante Yok membalikkan badan, melihat kepadaku, tersenyum dan meraih tubuhku ke dalam pelukannya. Wajahnya sangat dekat denganku, bibirnya mulai mengarah dan bibirku mulai mengarah tepat ke arah bibirnya dan kami berciuman.

Aku merasa seperti di dalam mimpi, aku berhasil mencium Tante Yok. Dunia harus tahu aku telah berhasil mencium wanita yang begitu aku nafsukan ini oh.. oh.. oh.. Mulutnya terasa hangat, basah. Bibirnya mulai bergerak dengan liar mengulum bibirku. Lidahnya mulai keluar dari sarangnya dan mencari lidahku. Hup! lidahku tertangkap, lalu dengan tak kenal ampun dikulumnya lidahku, ditariknya masuk ke dalam rongga mulutnya sehingga mulut kami seolah-olah telah menjadi satu. Aku mencoba menarik lidahnya, ia mempertahankan, aku tarik, ia bertahan, bertahan, "Aaahh!" dengan menjerit ia menyerah dan membiarkan aku mulai mengulum lidahnya, menjilati langit-langit mulutnya, sementara bibirku dan bibirnya saling melumat dan mengunyah. Entah berapa lama aku dan Tante Yok berciuman, namun jelas itu merupakan ciuman yang tak terlukiskan nikmatnya.

Ketika bibir kami berpisah dengan suatu bunyi yang sangat keras tanda bahwa kami telah mengelemnya dengan sangat erat, Tante Yok memandangku dengan nanar. "Barry, bahkan Oom Rudi pun nggak sanggup mencium Tante seperti itu.." ia merahupku kembali dan kembali kami berciuman dengan ganasnya, saling menyerang, mengulum, menjilat, menggigit. Kulumatkan bibirnya hingga Tante Yok mengerang-ngerang. "Enghh.. enghh", ketika aku lengah ia yang menjadi agresor dengan melumatkan mulutku dan intervensi dalam rongga mulutku. Tiba-tiba ia menyemprotkan ludahnya kepadaku dan tanpa pikir panjang aku langsung kumur-kumur dan aku telan. Duh.., ludahnya pun terasa begitu hangat dan nikmat.

Selesai berciuman Tante Yok bergerak menggerayangi badanku dan mulai menggerayangi pakaianku. Dengan penuh pengalaman ia membuka kaos tidurku, dan menjerit senang melihat tubuh telanjangku. Lalu dengan lincah pula Tanteku yang montok dan sintal ini membuka celana pendek tidurku, tapi ia tidak membuka celana dalamku. Kini aku seperti Tarzan di hadapannya, hanya dengan sebuah cawat di hadapan wanita matang. Aku merasa risih karena baru sekali itu ada seorang wanita (Tante Yok lagi!) melihatku hampir telanjang bulat. Tapi sungguh Tante Yok memang pintar, ia langsung memunggungiku dan dengan mendesah ia berkata, "Bukain baju Tante dong Barry.." Dengan sedikit gemetar aku membuka daster tidurnya, dan meluncurlah daster tidur itu menuruni tubuhnya yang putih itu. Darahku serasa naik ke kepala. Inilah pemandangan yang kulihat tadi sore, tapi tadi sore jauh, sekarang amat dekat dan rasanya tubuh Tante Yok itu sekarang begitu mantap, montok, padat, pahanya kencang dan putih mulus, perutnya memang agak buncit sehingga pinggulnya agak besar seperti layaknya wanita yang hampir separuh baya tapi buatku itulah yang asyik dan menggairahkan karena pinggul itu sudah berpengalaman.

Tiba-tiba Tante Yok berbalik sehingga aku tidak sempat untuk melepaskan aksesorisnya yang lain. Ia tersenyum dan berkata lembut penuh sayang padaku, "Nanti ada waktunya Barry, sekarang kita ciuman lagi yuk, Tante seneng dech dicium kamu.." Aku mengangguk dan Tante Yok segera kupegang kepalanya, mengarahkan mulutnya pada mulutku dan mulailah kami berciuman kembali. Kali ini lebih panas karena kami sudah setengah telanjang. Aku merasakan kulitnya yang mulus, punggungnya yang bersih dan tangannya menggerayangi dadaku, perut, pusar dan.. aggh! tangan Tante Yok dengan nakalnya memegang batang kemaluanku dengan perantaraan celana dalamku dan terus meremasnya.

"Oooggh.. Akkhh.. Eeennggkh.. Barryy.. Adduhh, besar ya.." Tante Yok mengerang, sementara aku kegelian karena Tante Yok meremasnya dengan sangat berpengalaman.
"Tante.. aduh Tantee! Eenngkh.." aku mengerang. Tante Yok tertawa lagi dan mulai menciumku lagi dan kali ini aku nggak mau kalah dari dia, tanganku juga belajar menggerayangi tubuhnya. Aduh mak, perutnya kupegang, bulat besar mulus loh, pusarnya kukorek-korek, waktu pas mau kuremas dadanya, dia pegang tanganku dan dia melihatku, "Kalau mau pegang musti bisa cium Tante sampe Tante minta ampun dulu. Bikin Tante menjerit minta ampun sama Barry.." Tante Yok menantang. Langsung kali ini tanpa ragu aku pagut bibirnya dan mulai kukulum, kulumat dan kuhisap aroma mulutnya. Melumatnya panjang-panjang, kutarik lidahnya, kusedot air ludahnya. Tante Yok cuma mengerang biasa. Aku nggak mau nyerah, kupercepat frekuensi melumatnya, lidahku mulai kuulur hingga hampir sampai kerongkongannya. "Aaauughh.." Tante Yok menjerit, "Adduuhh.. Barryy, ampun.. ookkhh." Ia menjerit keenakan dan kesenangan, dan dengan begitu aku mendapat pass untuk menggerayanginya.

Tante Yok tersenyum, dan dengan sedikit serak ia berkata, "Kamu benar-benar hebat Barry.. Oom Rudi sendiri nggak bakal bisa menandingi kamu. Kamu pantas untuk menikmati susu Tante." Ia berdiri dan tangannya bergerak ke belakang, melepas tali BH-nya. Kemudian dia diam menunggu inisiatif dariku. Ia tersenyum manis dan dikedipkan sebelah matanya menggodaku. Aduh mak, aku gemetar saat itu, aku belum pernah melihat buah dada telanjang Tante Yok, dan memang aku impikan itu, tapi sekarang begitu Tante Yok mau kasih lihat aku jadi ngeri juga, tapi melihat senyumnya yang malam itu rasanya memabukkan, aku jadi berani.

Dengan deg-degan aku menarik tali BH yang sudah kendor itu dan melucutinya ke bawah diiringi dengan senyum yang menawan dari Tante Yok. Tante Yok membantu mempermudah pelepasan itu, dan entah ke mana BH itu terbang aku tidak peduli karena kini ada satu pemandangan indah yang selalu aku impikan. Buah dada telanjang milik Tante Yok. Buah dadanya ukurannya sedang, putingnya coklat agak kehitaman dan berkeriput, menonjol keluar. Buah dadanya tegak keras menanti untuk dikulum. Aku melihat kepada Tante Yok minta ijin dan dengan anggukan dan senyuman manis ia berkata, "Nikmati hakmu Barry sayang.." Aduh aku dipanggil sayang oleh Tante Yok. Keraguanku hilang dan dengan hati penuh geloraku mulai mengarahkan kepalaku ke dada Tante Yok.

Tante Yok membaringkan dirinya sehingga dengan leluasa aku mulai mendaki bukit Tante Yok. Bukit sebelah kanan mulai kujelajahi lereng-lerengnya sementara putingnya bergerak-gerak menggelitiki hidung, mata, dahi karena aku memutari lereng itu, dan pada puncaknya kuemut puting buah dada Tante Yok dan mulai mengulumnya, belajar untuk menghisapnya. Tante Yok menjerit kenikmatan, meneriakkan namaku berulangkali sambil terengah-engah seksi. Rasa putingnya itu manis-manis dan kenyal, sehingga aku terus mengulumnya sementara tanganku mengeksplorasi buah dada Tante Yok yang sebelah kiri. Kemudian dengan gerakan cepat aku berpindah ke puting susu Tante Yok yang sebelah kiri dan mulai mengulumnya kembali dengan penuh cinta dan nasfu birahi. Aku sungguh merasa beruntung mendapat kesempatan ini, aku selalu memimpikan Tante Yok dan kini aku telah berhasil menyetubuhinya meskipun aku belum tahu apakah aku bisa menikmati permainan cinta dengan Tante Yok ini sepenuhnya seperti yang Om Rudi perbuat.

Tak lupa kuciumi pula kedua ketiaknya yang sangat seksi dengan bulu-bulu hitam yang sangat lebat itu. Ketiaknya berbau harum dan bulu-bulunya yang keriting menggelitik hidungku. Ketika aku mulai menjilati ketiaknya, Tante Yok menggelinjang kegelian sambil mendesah-desah sambil menggigiti bibirnya dan kadangkala melenguh memanggil namaku. Sekitar 20 menit aku bermain dengan susu dan ketiak Tante Yok, lalu aku mencari mulut Tante Yok, aku rindu untuk mengulumnya kembali. Aku menggeser badanku dan kini aku mengangkangi Tante Yok, aku menindih Tante Yok. Tapi masih ada penghambat untuk masuk yaitu celana dalam kami berdua. Aku melihat wajahnya dan mulai mengulum bibirnya kembali. Tante Yok membalas dengan penuh semangat dan terus memelukku, memegangi kepalaku seolah takut terlepas. Ciuman penuh cinta itu kembali kami lakukan, saling menarik, mengulum, melempar ludah, menjilati rongga mulut, hingga rasanya aku tahu betul rasanya mulut Tante Yok.

"Barry, rasanya Tante rela kalau kamu Tante kasih seluruhnya, kamu memang pandai dan cepat belajar.." Tante Yok berbisik mesra padaku setelah kami berciuman selama hampir setengah jam sehingga nafas kami terengah-engah karena ciuman kami yang penuh birahi itu. "Maksud Tante apa?" aku bertanya sambil terus memandangi Tante Yok yang sudah memberikan segalanya buatku ini. "Tadinya Tante pikir cuma sampai di sini aja, cukup biar kamu tahu dan puas. Tapi Tante jadi sayang sama kamu Barry, rasanya kamu perlu diberi sampai selesai.." Tante Yok menjawab dengan lirih.
"Maksud Tante sampai.." belum selesai aku berbicara Tante Yok sudah mengulum mulutku lagi dengan penuh cinta, begitu lembut dan nikmat.
"Betul Barry.. Tante pingin supaya kamu tahu diri Tante sampai yang sedalam-dalamnya, dan tahu gimana rasanya orang bersanggama."
"Oom Rudi gimana Tante?" aku bertanya. "Yach, kamu nggak usah pikir itu, pokoknya tetap asal kamu janji diam, ini akan jadi rahasia kita berdua, mau?" Tante Yok melihat padaku. Aku diam, rasanya sih kepingin, aku memang sudah lama memimpikan untuk bersenggama dengan Tante Yok. Tapi setelah Tante Yok sendiri yang menawarkan, aku jadi ngeri dengan konsekuensinya.

Seolah tahu keraguanku, Tante Yok menciumku lagi dan mulai menggerayangiku lagi. Aku mulai memberikan balasan, namun Tante Yok tidak berlama-lama, Tante Yok mengangkangiku, menindihku dan langsung bergerak ke pangkal pahaku dan dengan cepat membuka benteng pertahananku, sehingga batang kemaluanku mencuat keluar dengan tegak. Aku terpesona oleh tindakan Tante Yok dan sebelum sadar sepenuhnya, Tante Yok mulai mengulum kemaluanku dengan mulutnya. Dia hisap dan dia sedot perlahan-lahan dan aku merasakan nikmat yang luar biasa, tak tahan aku untuk tidak menjerit, "Akkhh.. aduhh.. hohkh.. Yok.. Yok.. ookh.. Yok.. Yok sayang.. mmhh.. mokh Yookk! Yook!" Kini aku baru tahu kenapa Om Rudi suka mengajak Tante Yok ke Surabaya jika keadaan memungkinkan. Benar-benar luar biasa Tante Yok ini. Mulutnya yang ranum itu terus mengulum kemaluanku, menghisapnya dengan sangat ahli sambil sedikit diemut-emut dan digigit.

Tiba-tiba ia berhenti dan sebagai gantinya ia menjilati seluruh selangkanganku, pantatku dengan lidahnya. Setelah selesai ia naik menggeser tubuhnya di atasku. Oh, aku langsung menariknya dan langsung menghujani mulutnya dengan ciuman-ciuman birahi. Ia membalas dan kami kembali larut dalam kulum-kuluman itu. Mulut kami sudah saling mengerti, mulut Yok, mulut Barry.

Setelah nafas kami hampir habis dengan terengah-engah Tante Yok berkata, "Sekarang Barry.. jilati selangkangan Tante yang.., Tante udah buat terhadap kamu.. Ayo Barry jangan takut.." Tante Yok memintaku untuk mulai beraksi. Aku bangun dan mengamati tubuh Tante Yok dan aku agak ragu, ngeri. Aku melihat Tante Yok membuka pahanya, paha yang putih mulus dan menjadi santapan mataku (dan pria lain yang normal). Kini paha putih mulus itu cuma dibatasi selembar kain celana dalam dan di balik celana dalam itu menanti kenikmatan dunia untuk kureguk. Aku melihat kepada Tante Yok minta dukungannya, dan kembali Tante Yok tersenyum lembut bagai bidadari menguatkan hatiku. "Ayo Barry, tarik celana Tante, Tante bantu lepasin.."

Aku mulai menarik celana itu dan Tante Yok mengangkat pinggangnya yang besar itu untuk mempermudah melepas celananya. Celana itu sudah terbuka. Kini di hadapanku berbaring Tante Yok dalam keadaan 100% bugil, Tante Yok yang selalu menjadi impianku, kini berbaring telanjang bulat di hadapanku yang juga telanjang bulat. Pandangan mataku menggerayangi liang kemaluannya. Oh luar biasa! Di pangkal pahanya yang besar dan putih itu ada seonggok rambut hitam ikal dengan lebatnya memenuhi pangkal paha Tante Yok. Begitu lebatnya sehingga bulu-bulu itu tersebar hingga ke daerah sekitar bawah pusar Tante yok. Pusat onggokan bulu itu melindungi satu rongga yang tertutup seperti mulut dalam posisi berdiri. Darahku serasa berhenti berjalan melihat itu. "Barryy.. ayoo.. cobain dong..!" Tante Yok memekik manja melihatku hanya diam saja. "Jilat Barry! Kamu pernah makan es krim kan, jilatin Barry.. Ini es krim yang paling enak, Barry.." Tante Yok berkata membuatku semakin terpana.

Perlahan-lahan kepalaku mulai tunduk dan tanganku mengunci lutut Tante Yok dan kepalaku mulai merasuk melalui pahanya yang selalu kuidamkan itu. Oh pahanya mulus dan hangat, terus naik, terus naik, hingga akhirnya aku hampir tiba di tujuan dan ikatan tanganku pada dengkulnya lepas lalu dengan attraktif Tante Yok membuka kakinya dan mempersilakan aku untuk terus. Aku mulai mendaki dan mendaki hingga kini kepalaku menggantikan posisi celana dalam Tante Yok yang terbuang entah ke mana. Aku merasakan bulu-bulu halus menggelitikku, tapi aku nggak perduli. Selangkangan Tante Yok ini benar-benar luar biasa. Liang kemaluannya kuemut seperti aku makan es krim dan benar rasanya asin, berbau khas selangkangan, agak bau oleh cairan dari dalam kemaluannya, hangat dan basah. Kuemut terus dan tiba-tiba aku mendapatkan ide bahwa aku dapat mencium bibir bawah Tante Yok ini. Aku miringkan kepalaku dan kumulai mengaggresi lidahku masuk mulut bawah Tante Yok ini dan mulai mencicipi hangatnya kerongkongan Tante Yok ini.

Ada satu lidah panjang dan bulat berada pada rongga mulut Tante Yok dan tanpa pikir panjang aku segera menangkapnya, menjilatnya, menghisap dan mengulum serta menggigitinya dengan penuh cinta. Ternyata perbuatanku itu membuat Tante Yok bergelinjang dengan hebatnya membuat ciuman kami semakin masuk dan dengan tangannya ia menekan kepalaku untuk terus mencium mulutnya itu. Tante Yok sudah berteriak-teriak tanpa kendali, begitu liar tapi sangat merangsang dan membuat aku semakin bersemangat, "Baaryy.. Aaakkhh.. Adduudduuhh.. Ooohh! Barry! Barry! Barry.. Ohh.. Barr.. haakghgg.. sayangg.. Oohh Barryy sayanngg.." Begitu dia berteriak, sementara lidahnya makin aku mesrai dan kini lidah itu mengeluarkan ludah lendir yang hangat, agak asin dan agak berbau khas tapi justru di situ letak kenikmatannya.

Kuminum ludah itu, tapi tidak dapat kuminum semuanya sehingga sebagian mengalir membasahi daerah mulut dan hutan di selangkangan Tante Yok ini. Aku merasa belum puas, selangkangan Tante Yok ini selalu aku impi-impikan, aku selalu berpikir kalau Om Rudi belum pernah mencoba seperti aku ini, dia rugi. Selangkangan Tante Yok ini tidak ada tandingannya, nikmat tiada tara, lubang kemaluannya, klitorisnya, semuanya itu aku impikan dan sekaranglah kesempatan itu. Aku raup selangkangannya sekali lagi, kini tanpa ragu-ragu, kuhisap seluruhnya, kujilati seperti induk kucing menjilati anaknya. Bulu-bulu lebat liang kemaluannya sudah basah, mulut Tante Yok pun sudah becek dan licin.

Tiba-tiba Tante Yok memanggilku. Aku pun naik menemuinya.
"Kamu senang Barry? Kamu puas?" Tante Yok bertanya sambil tersenyum.
"Sangat.. Tanntee.. Yok", jawabku terbata-bata.
"Luar biasa kamu, Oom Rudi pun nggak pernah bisa bikin Tante kayak begitu Barry. Sekarang setubuhi Tante ya.. Barry siap?" Tante Yok mendesah dan memandangku dengan pandangan yang bisa membuat lelaki normal manapun serasa berada di kahyangan. Kini saat yang kuimpikan. Setelah puas menggerayangi tubuh Tante Yok kini tiba saatnya Tante Yok memberikan ijin untuk bersanggama dengannya. Sebelum aku dapat berkata-kata lebih lanjut, Tante Yok meneruskan omongannya, "Tapi kamu harus ingat, nanti waktu Barry masukin kemaluan Barry ke Tante, maka Barry boleh ucapkan selamat tinggal sama status perjaka Barry.." kata Tante Yok tersenyum mesra kepadaku.
"Kamu rela nggak kalo Tante yang melepas keperjakaan kamu?"

Lidahku saat itu kelu. Apa lagi yang dapat kukatakan? Memang itulah keinginanku selama ini. Aku sungguh-sungguh ingin diperjakai oleh Tante Yok, dan inilah kesempatanku. Aku hanya mengangguk-angguk dengan penuh semangat sambil menatap mata indah milik Tante Yok. Rupanya Tante Yok mengerti suasana, ia tersenyum lembut keibuan dan memelukku. Kemudian dia menciumku dengan mesra sambil berbisik pelan, "Jangan takut Barry, Tante juga bahagia sekali bisa membantu kamu menjadi lelaki dewasa. Kamu nggak akan menyesal sudah mengambil keputusan ini.." Lalu ia kembali menciumku dengan mesra dan mengulum lidahku dengan penuh nafsu.

Setelah itu Tante Yok mengambil posisi berbaring terelentang dan menyuruhku untuk mengangkanginya. Dengan kedua belah tangannya Tante Yok membantu batang kemaluanku untuk melakukan penetrasi sedangkan kedua tanganku berusaha menahan bobot tubuhku supaya tetap ada jarak. "Ohh.." dengan bantuan Tante Yok batang kemaluanku menemukan jalan dan bles! kemaluanku tenggelam dalam selangkangan Tante Yok tanpa ampun lagi. Baik aku dan Tante Yok menjerit kesenangan dan keenakkan. Betul-betul enak, aku nggak pernah bayangkan bahwa bersenggama dengan perempuan begini enak, pantas saja begitu banyak orang ngebet kepengin kawin. Rasanya seluruh badanku jadi badan dia dan seluruh badan Tante Yok jadi badanku. Kami jadi satu tubuh dan berpadu seolah-olah kami tidak dapat terpisahkan lagi. Tubuh Tante Yok bergerak liar, pinggulnya menari-nari sementara badanku menjadi terayun-ayun bagai ayunan. Aku menusuk Tante Yok dan menggenjotnya untuk mengimbangi tariannya.

"Tanntee.. Yyookk.. gimana.. audhdhu.. nich.. Tannttee Yyyookk.. aku mau keluar.. adduhh.." aku menjerit cemas tatkala tahu bahwa aku tidak dapat mengontrol lagi kehendak batang kemaluanku. Tapi dalam erangannya Tante Yok malah mengencangkan ikatan selangkangannya sehingga kami tidak mungkin lagi terpisah karena pahanya mengunci pahaku, "Hh.. hh.. hh.. hh.. Ahh.. biar Barry.. biar Yang.. biaarrhh.. ooaaghh.." Tante Yok mendesis hebat dan aku pun merasakan gelombang itu datang. Tante Yok memelukku erat dan aku pun memeluknya erat-erat. Kami takut terpisah. Kami berciuman dengan panas dan gelombang itu datang melanda kami berdua. Aku menyemprotkan spermaku di dalam liang kemaluan Tante Yok. Tante Yok berteriak kesenangan dan keenakkan demikian juga aku. Oohh, klimaks yang kuimpikan itu terjadi.

Aku telah menyetubuhi Tante Yok, tanpa kecuali dan aku bahagia dan aku yakin Tante Yok pun bahagia. Ia mengucapkannya berkali-kali sambil mendesah di telingaku. Kami tertidur tanpa saling melepaskan tubuh kami. Kami tidur berperlukan dan tetap dalam posisi senggama kami, sementara hujan masih cukup deras di luar. Aku memeluk Tante Yok dan kepalanya bersandar di dadaku sepanjang malam yang indah ini. Aku melihat Tante Yok tidur dalam pelukanku sambil tersenyum, membuatku bertambah bahagia karena telah memberikan kebahagiaan juga kepada Tante Yok. Malam ini aku telah menjadi lelaki dewasa, dan Tante Yok lah yang melepaskan keperjakaanku. Dan aku tidak menyesal dengan keputusanku karena aku memang menginginkan bersanggama dengan Tante Yok dan memang sungguh-sungguh berharap bahwa dialah yang memperjakaiku. Pengalaman pertamaku ini akan selalu kuingat.